Part-10 BERAKHIR

2 0 0
                                    

    Pak Harun bersunggut-sunggut berjalan ke kantor guru setelah mendengar cerita dari Ikhsan. Namun, setelah sampai di kantor. Pak Harun tidak menemukan Bu Erni dan Anty disana.

    "Kamu gak lagi mempermainkan bapakkan, San?" tanya Pak Harun pada Ikhsan.

    "Enggak pak, soalnya tadi Anty berangkat sama saya." Ikhsan menyapu pandangannya, mencari sosok Anty tapi nihil tidak dia temukan.

     Pak Harun memberi kabar pada tukang kebon dan satpam melalui anak-anak yang sedang berlalu-lalang untuk membantu mencarikan Bu Erni.

    Di belakang sekolah, Anty tengah menunduk. Dia tidak tahu apapun dan dia hanya diam saja ketika Bu Erni memarahinya.

    "Anty, sekarang kamu cepat kumpulkan plastik dan sampah yang berserakan di sini. Cepat!" perintah Bu Erni, galak.

    Anty segera melakukan yang diperintahkan oleh Bu Erni. Memungguti sampah-sampah yang berserakan di belakang sekolah.

    "Dengar ya Anty, gara-gara mamakmu nikah sama Mas Bagus sekarang aku mendapat suami yang gak bisa dipercaya." Bu Erni terus berbicara disela Anty mengambil satu-persatu sampah.

    "Bu, Anty tidak tahu dengan Pak Bagus." Anty menjawab kali ini sambil jongkok.

    "Iyalah, gak tahu. Gara-gara mamakmu juga Mas Bagus jadi meninggal." Bu Erni menjawab dengan ketus.

    Anty menelan saliva. Meninggal, begitulah ekspersi wajahnya saat ini. Di sela kesibukannya, Pak Harun dan Ikhsan datang.

    "Bu, apa yang anda lakukan dengan Anty?" tanya Pak Harun ketika melihat Anty memasukkan sampah di kantong kresek.

    "Pak Harun, saya cuma memberi dia hukuman saja soalnya dia gak mengerjakan PR dan nilainya ambles dibawah rata-rata." Bu Erni menatap ke arah Anty.

     "Kenapa sepagi ini?" tanya Pak Harun.

    "Karena kalau nanti siang, saya mengisi materi di kelasnya dan kemungkinan dia tidak akan mengikuti pelajaran kalau saya hukum nanti." Bu Erni pandai berbicara.

    "Ya sudah, cepat kalian masuk sebantar lagi pelajaran dimulai." Pak Harun memberi perintah.

    Ikhsan berjalan kearah Anty. Tangan Anty sudah kotor dan berkeringat.

    "Sial!"

     Bel berbunyi. Bu Erni langsung masuk ke kelas lima dan Anty bersama Ikhsan masuk kelas tiga sedangkan Pak Harun kembali ke kantor.

****

    Siang semakin menunjukkan rona cahaya. Membuat suasana belajar menjadi tidak semangat lagi dan rasa kantuk yang menganjal seakan menjadi halangan tersendiri bagi siswa-siswi kelas tiga. Padahal baru jam sebelas tetapi rasanya sudah akan menjelang maghrib.

    "ANTY!!!" teriak Bu Erni ketika melihat Anty yang tertidur dikelas.

    Anty terperanjat dan mengedipkan mata sesekali menguap.

    "Kamu itu lagi sekolah bukan lagi dikamar." Bu Erni gregetan dan menarik paksa lengan Anty.

    "Aduh, Bu. Ampun, maafin Anty." Anty menyeringai kesakitan karena telinganya dijewer oleh Bu Erni.

    Ikhsan melihat kejadian itu tetapi dia tidak berdaya selain tetap diam. Lusie tersenyum sinis karena melihat Anty yang disiksa lagi oleh Bu Erni.

    "Kamu emang harus kasih pelajaran yang setimpal!" Bu Erni mendorong Anty sampai keluar kelas.

    "Rasain kamu makanya jadi anak gak usah manja."

     Anty menatap nanar. "Bu, maafin Anty tadi Anty gak sengaja tidur di kelas." Anty memohon.

LUKA RIANTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang