Mara Kesih Bestari biasanya dia memperkenalkan diri dengan nama Ara, cuman tidak ada yang minat. Malah orang orang suka memanggilnya Esih. Lebih matching katanya.Tidak jarang dia mengeluh tatkala musim hujan datang. Rumahnya yang berada di kawasan pegunungan, membuatnya selalu enggan untuk keluar rumah. Apalagi sekolah, jarak antara sekolah dan rumah memang jauh. Sekitar 1,5 jam jika di tempuh dengan jalan kaki. Tentu saja jika musim hujan datang, tanahnya akan menjadi lembab. Belum lagi sepatunya yang warna putih, sehingga jika terkena tanah akan kentara sekali kotornya.
Lagi, selain tanah, pakaian juga lama untuk kering. Di tambah di rumahnya sangat sempit lahan jemuran pasti ujung ujungnya bajunya tidak di jemur, alhasil bau apek. Selain keadaan baju, teman temannya di sekolah juga menjadi salah satu faktor Esih mengeluh saat hujan.
Tidak sedikit temannya bertanya perihal rumah dan hujan, seperti "di gunung aman?", "Gimana rumah Lo, gak terguling ke bawah kan?". Itulah pertanyaan yang sering muncul jika sudah musim hujan. Belum lagi Esih tidak punya banyak umbrella alias payung untuk menemani saat ia keluar rumah.
Keluarga bapak tidak hanya ada Esih, tapi juga Mama, Wati, Radi, Uki, dan si bungsu Umna.
Keluarga kami terkenal dengan keluarga Suwarban RT 01. Bukan apa apa, hanya saja di RT 03 juga ada yang namanya Suwarban. Dan kabar buruknya, pak Suwarban tidak punya nama belakang. Jadi terapkan saja nama RT nya supaya tidak tertukar katanya.Keluarga Suwarban RT 01 ini, awalnya dua keluarga yang berbeda, yang masing masing sudah mempunyai anak. Mama Wina dulunya di tinggal mati oleh suaminya beberapa tahun lalu. Mama juga punya anak, namanya Wati dan Radi.
Jika Mama di tinggal mati, lain dengan bapak. Bapak itu di tinggal cerai, bukan karena bapak selingkuh, bukan juga karena suka judi. Bapak dan Istrinya dulu bisa di bilang berbeda pendapat dalam agama. Mereka sama sama beragama Islam, tapi berbeda madzhab. Ya, bisa di bilang begitu.
Pendapat mereka itu bertolak belakang, sehingga mereka rentan dengan yang namanya konflik dalam rumah tangga. Bapak dan Istrinya dulu, punya anak juga, namanya Mara Kesih Bestari. Iya, anak itu Esih.
Dan kini, Allah punya jalan tersendiri dengan menyatukan Bapak dan Mama Wina. Dan lahirlah seorang putra putri yang lucu-lucu dan unyu unyu kayak cilok. Namanya Uki dan Umna mereka tidak kembar. Tidak. Hanya selisih beberapa tahun saja.
Karena dua keluarga sudah bersatu, jadilah anak pertama di sini adalah Wati Nurmala. Kelahiran tahun 2000. Dan sekolah hanya sampai SMP karena katanya ingin di lanjut mondok.
Karena permintaan teh Wati mondok, akhirnya bapak mewujudkan permintaan teh Wati, dengan memasukan teh Wati ke ponpes Darul Hikmah. Sama seperti bang Toyib, teh Wati juga jarang pulang, paling setahun sekali. Itu pun kalau lebaran. Kalau untuk pembiayaan, palingan bapak akan mengiriminya bahan makanan, uang, pakaian, kitab, dan hal lainnya setiap 3 bulan sekali, itu pun kalau sudah habis persediaan di sana. Tapi, Alhamdulillah tahun sekarang teh Wati pulang kerumah. Di jemput bapak sampai terminal, pekan lalu.Anak ke dua, namanya Mara Kesih Bestari. Dulu, kata Emak (nenek). Pas Esih masih dalam kandungan, Pas di USG katanya jenis kelaminnya lakik. Kebetulan bapak pengennya anak lakik. Makanya bapak kasih nama Mara Bestari. Coba, bayangkan aja nama Mara itu cocok nya jadi Abang. Bang Mara. Sampai nama panjang nya aja Bestari. Tapi, Emak ngasih saran pas Esih di kasih nama, karena, kata emak, Mara Bestari itu terlalu lakik. Dan usulan nama itu yaitu KESIH. Pantes aja namanya kuno, toh orang yang ngasih namanya juga emak emak.
Tapi kembali lagi pada perkataan bapak, " tidak apa apa toh, kan namamu juga sudah di Marhaba–kan, sama seperti yang lainnya. Ya walaupun Marhaba-nya cuma masak nasi tumpeng, sama ikan asin di tambah tempe orek. Tapi tetep sah" jika sudah begitu Esih tidak bisa berbuat apa apa.
Berhubung Esih ini tidak jadi berjenis kelamin lakik, jadilah sikapnya yang lakik, tapi receh juga. Tomboi, dahulu saja, pas Esih masih Unyu unyu-nya, dia suka ikut bapak solat Jumat di mesjid layaknya kaum Adam. Ya, memakai baju Koko dan sarung. Hanya saja Esih tidak memakai kopiah, tapi pakai kerudung yang belakangnya Gambar kodok, warnanya ijo pula, Yang waktu itu lagi trend tren-nya.
Anak ke tiga Radi Rama Kusuma orang yang satu ini kalemnya minta ampun. Kadang, saking kalemnya, anak ini suka minta di banting. Kadang, Radi juga jadi babu untuk adik adiknya. Tapi, kalo di suruh sama teteh tetehnya bawaannya jadi rentenir, malak Mulu. Dikit dikit upah, apa apa duit. Emang keluarga kita itu mesin duit apa?. Tapi, walaupun demikian, si Radi adalah orang yang paling apik sama duit. Minta duit tiap sekolah 10 ribu buat jajan, 10 ribu buat kuota, 10 ribu buat bensin motor. Tapi, yang di beliinnya paling 20 ribu, yang 10 ribu lagi mah dia simpan.
Masih untung nyimpennya di celengan, lah ini di botol bekas toner milik Mama. Pernah, satu kali, botol bekas itu Mama bakar bersama sampah sampah di halaman rumah, akhirnya si Radi ngamuk dan gak mau sekolah karena uangnya ikut ke bakar. Alhasil pada ngebujuk.
Sekarang si Radi juga mondok, di pesantren Darul Hikmah juga. Soalnya, kata Mama si Radi takut terkena pergaulan bebas. Jadi untuk menghindari, Mama masukan saja si Radi ke ponpes. Tapi tidak seperti teh Wati, si Radi pulangnya paling 3 bulan sekali karena masih lumayan kecil.
Adik ke dua Esih, namanya Ramadhan Shauki Al-athaf. Nama terbaik dari yang terbaik. Kadang, Esih insicure sendiri saat membandingkan namanya dan nama Uki di Kartu Keluarga.
Uki bisa di bilang anak kesayangan bapak, karena dia laki laki. Anak yang sangat bapak harapkan.
Uki itu di ibaratkan sebagai jembatan yang menghubungkan antara wilayah satu dengan wilayah lainnya untuk semakin di per-erat.Namun, setiap pagi pasti saja ada keributan antara Esih dan Uki. Entah itu berebut Nasi kerak, cangkir plastik atau hal hal yang tidak berguna seperti mobil mobilan. Selain Nama, Esih juga merasa insecure dengan kasih sayang dan kedudukan Uki. Meskipun dia masih kecil. Lebih tepatnya baru berusia 6 tahun, tapi sudah mendapat jatah tentang hak waris. Ya, segitu detailnya bapak memikirkan tentang masa depan Uki. Bahkan, jika dipikir-pikir, itu bukan saatnya untuk di perhitungkan, mengingat Uki kan masih kecil. Jangankan warisan, ngompol aja masih di celana kalo dia gak ngompol dulu pas mau tidur.
Selain Uki, adik unyu yang satu ini juga gak kalah membuat Esih insecure. Yumna Tamara Liora. Wajah orang yang satu ini juga gak kalah cantik sama namanya, kulitnya yang putih, matanya yang sedikit lebih besar membuat siapa saja yang melihatnya merasa gemas sendiri. Ditambah dengan pipinya yang gembul, jika saja sedang tidak ada bapak atau Mama, Esih tidak segan segan untuk mencubit bahkan menggigit pipinya berkali kali dalam sehari. Hingga bocah berusia kurang lebih 2 tahun itu menangis kejer, alhasil Esih akan menenangkannya dengan iming iming "jangan nangis ya anak pinter, nanti ada guguk alias anjing".
Tapi siapa sangka, bocah dua tahun itu, setelah bapak dan Mama pulang kerumah, akan bercerita panjang lebar dengan memperagakan kembali apa yang kita lakukan padanya. Waktu itu saja Umna menggigit kembali pipi Esih di depan Mama dan bapak. Terus dia mengatakan "danan anis ya nak itel ati ada guk as Jing" katanya waktu itu. Membuat Mama dan bapak tergelak bukan main karena merasa gemas sendiri pada bocah itu. Mungkin, Umna akan jago publik speaking nantinya. Amin.
Umna itu paling dekat sama Esih, soalnya, si Esih tuh emang paling terdepan kalo di suruh jagain si Umna, tidak seperti di suruh nemenin si Uki. Soalnya begini, kalo si Uki kan udah gede katanya, di tipu juga udah bisa nipu lagi. Lah, kalo si Umna kan belom bisa ngapa-ngapain.
Seperti kala itu, Esih yang seharian menjaga Umna di rumah, karena Mama sedang ada pekerjaan di ladang sebelah. Umna nangis nangis tidak jelas selama beberapa menit, eh tau taunya anak itu mau jajan. Maklum lah, yang namanya anak kecil makan nya aja sudah lelet, di ajak main dulu. Nah, itu tuh yang bikin Esih gemes. Kenapa gak langsung di makan aja sih, gitu? Kenapa musti di ajak main? Orang cuma jajanan taro doang, lama lama juga alot kan?.
Saking lamanya si Esih ngeliatin tuh anak ngajak main Jajan. Makin gemes juga, akhirnya, si Esih beraksi dengan teknik seadanya.
"Umnaaaaa, tuh, liat ada cicak!" Katanya menunjuk pada langit langit rumah yang padahal gak ada cicak sama sekali, yang ada malah laba laba.
Anak kecil ya auto nurut. Takut kesempatan terlewatkan, Esih mencomot dua butir Taro yang tadinya Umna ajak main. Terus Esih masukkan kedalam mulutnya takut ketahuan. Bisa ngamok ntar.
Setelah itu, si Umna balik nengok ke Si Esih, alhasil, ya si Esih cuma watados aja cungar cengir gak jelas, seakan gak terjadi apa apa. Kejadian itu tidak hanya sekali, tapi berulang kali bahkan terus menerus sampai jajanan bocah itu habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bestari [ON GOING]
Aléatoire"Tidak ada sebuah ending untuk sebuah buku yang mengisahkan seseorang yang masih hidup. Melainkan sebuah kelanjutan perjalanan yang sedang dia jalani"