3# Tenang, Ada Aku Disini

2 1 0
                                    

Selepas mendirikan shalat Maghrib, Esih tidak dulu melepas mukena nya, ia lanjutkan dengan tadarus Al-Qur'an sebagai rutinitas. Entah kenapa, rasanya seperti ada yang menghimpit dadanya tatkala ia melantunkan ayat-ayat Allah. Sedih rasanya ia belum lancar membaca Alquran.

Esih mendengar bapak yang sedang mengajarkan Uki mengaji, rupanya anak berusia 6 tahun itu sudah mencapai iqro 4. Rasanya, Esih malu sendiri. Uki saja sudah lancar mengeja. Sedangkan dirinya, makhroj dan tajwidnya pun masih ada yang salah.

Jika bapak mengajarkan Uki di rumah bapak, maka Esih yang menangis tersedu-sedu di rumah Abah. Ya, sejak dulu Esih memang tinggal bersama Abah. Ceritanya panjang, namun kesimpulannya adalah kamar Esih yang berada di rumah Abah membuatnya nyaman dengan hal apapun.

"Sekarang, sekolah aja yang bener, terus cari kerja. Ya minimal penghasilannya bisa memenuhi kebutuhanmu. Kalau soal Da'i, bapak akan masukan Uki ke pesantren saat dia keluar sekolah dasar nanti. Jadi penerus bapak, dia kan anak laki-laki"

Seperti kaset rusak, memori ingatan itu masih setia berputar di otaknya. Maka rasa sakit itu akan kembali menggerayangi dadanya.

Tidak terasa ia menangis sambil bersedu sedan. Ia kecewa pada dirinya sendiri yang tidak mampu membacakan ayat Alquran dengan benar. Esih memandang Al-Qur'an dengan tatapan kosong.

"Membaca Al-Qur'an itu harus betul betul, makhroj dan tajwidnya. Karena, salah mengucap satu huruf saja, maka akan berbeda arti, juga itu kesalahan patal"

"Orang yang membaca Al-Qur'an dengan lancar, tahu maknanya, tahu artinya, di terapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka di ibaratnkan seperti buah jeruk. Kenapa buah jeruk? Kenapa tidak buah yang lain?. Maka jawabannya adalah

Buah jeruk itu berbeda dengan buah kurma, jika kurma terasa manis, namun tidak wangi. Maka buah jeruk, ya sudah manis, wangi pula.

Orang yang mengupas jeruk dirumahnya, kemudian ia pergi ke suatu tempat. Maka, wangi jeruknya tetap ikut bersama orangnya kemanapun. Tetap akan tercium wanginya.

Dan orang yang membaca Al-Qur'an dengan lancar, namun tidak tahu makna dan arti, maka di ibaratkan dengan buah kurma. Manis, tapi tidak wangi.

'lalu apa kabar dengan Esih yang belum lancar membaca, juga tidak tahu makna dan artinya?'

Tapi, meskipun bacaan kita tidak lancar, tetaplah membaca Al-Qur'an. Karena Allah mencintai hamba-nya yang melantunkan ayat-ayat-Nya"

Secercah ingatan kembali muncul, saat itu Esih sedang ngantuk-ngantuknya, disitu ada guru mapel tilawah yang mengajarkan tentang bacaan Al-Qur'an. Mau tidak mau Esih akhirnya menguatkan matanya untuk kembali terbuka.

Seperti saat ini, Esih kembali membuka matanya dan berusaha terus agar bacaannya lancar. Tidak perlu sekaligus, tapi dengan proses. Biar sedikit sedikit, tapi melekat. Dari pada sekaligus tapi hanya sementara, tidak melekat. Hanya melebur.

Selesai dengan kegiatannya, kemudian Esih mengambil handphone yang sedari tadi menganggur tanpa ada yang menyapa. Dibukanya aplikasi hijau yang bertuliskan WhatsApp. Pesan pesan muncul tertera di layarnya, tidak ada satu pesan pun yang minat untuk Esih balas. Namun, Esih tertarik untuk menghubungi teman dekatnya yang sedari dulu ia selalu bersama.

Money📌sobat.

Tumben jam segini Lo online?

Nama money 📌 sobat itu Esih terapkan saat mereka bekerja mencari uang bersama. Entah itu berkebun atau yang lainnya. Tidak lama, muncul balasan dari sang objek.

 Bestari [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang