Taman

1.5K 208 18
                                    

Keesokan harinya Aamon terbangun pukul 8 pagi,dia langsung mencuci mukanya dan berniat mengunjungi kamar Natan. Sesampainya Aamon disana dia tidak melihat adanya siapapun,dia berlari turun kebawah mencari Natan. "Natan kau dimana?" Tanya Aamon sembari melihat sekelilingnya.

"Aamon?apa yang kau lakukan disini?"

"Lance?sedang apa kau disini?"

"Dimana adikmu?odette menyuruhku memberikan ini untuk Gusion."

"Dia dirumah hayabusa, ngomong-ngomong adakah makanan untukku?apa dia hanya masak untuk Gusion?"

"Cih jangan berharap masakan apapun dari kekasihku,cari orang yang tepat agar kau bisa makan masakannya. Dan untuk makanan ini hanya Gusion yang boleh memakannya."

"Aamon turunlah makanan sudah si-" Natan terpaku ketika mendapati Aamon dan lance yang menatapnya. Dia sadar memakai celemek yang sudah kotor ditubuhnya dan segera melepaskan nya. "Anu sejak kapan kalian disini?" Tanya Natan.

"Oh Tuhan kau darimana saja?aku mencarimu." Tanya Aamon.

"Aku sedang memasak,maaf telah membuatmu khawatir."

"Kau Natan?apa yang kau lakukan disini?apakah kau OH- AHAHAHA ternyata kau sudah menemukannya ya Aamon? baiklah makanan untuk Gusion ku letakkan disini, aku pergi dulu sampai jumpa." Ucap lance sebelum pergi keluar.

"TUNGGU! Ini tidak seperti itu..." Dia kesal karena lance selalu salah paham pada hubungannya dengan Natan,dia juga kesal karena lance pergi tanpa mendengarkannya.

"Ada apa?apa kalian bertengkar?" Tanya Natan dengan wajah polosnya.

"Kami tidak bertengkar,aku hanya jengkel padanya"

"Hufft sudahlah sekarang lupakan itu,ayo kita sarapan" ajak Natan sembari menarik pelan lengan Aamon. Aamon mengikuti Natan dan duduk disebelahnya,dia hanya bisa melihat Natan yang mengambilkan 1 porsi makanan untuknya. (Udah kek pasangan anjrit AAAAKKKK)

"Sekarang makanlah,atau mau aku suapi?"

"Aku bukan anak kecil!" Tegas Aamon,dia mengambil makanan itu dari tangan Natan. "Aku akan makan sendiri"

Natan tertawa geli melihat tingkah lucu Aamon,dia merasa gemas dengannya. Natan tidak menyangka lelaki dingin seperti Aamon bisa bertingkah seperti anak kecil.

Aamon tersenyum karena sudah lama dia tidak makan masakan buatan Natan,namun dia tetap mencoba tenang dan berusaha seperti tidak terjadi apa-apa.
"Jangwan tertawa, syekarang mumakan makaunanmu" ucap Aamon dengan mulut yang penuh makanan.

"Baiklah,maafkan aku." Natan pun mulai menyantap makanannya. "Apakah enak?atau ada yang kurang?"

"Tidak,ini enak. Aku mau lagi tolong ambilkan satu untukku"

"HAHAHA,baiklah baiklah kemarilah" Natan mengambilkan beberapa masakan yang sudah dia masak,dia merasa senang karena Aamon menyukai masakannya.

Selesai mereka menghabiskan sarapan masing-masing Aamon mengajak Natan pergi bermain ketaman belakang, Natan yang sudah lama tidak pergi ketaman pun mengikuti Aamon dengan antusias.

"Kemarilah,duduk disini." Aamon menggeser sedikit tubuhnya memberi ruang agar Natan bisa duduk disampingnya. Natan yang melihat itu pun duduk disamping Aamon. "Apa kau menyukai taman ini?" Tanya Aamon.

"Iya,aku sangat menyukainya."

"Bagaimana denganku?"

"Apa?apa maksudmu?"

"Apa kau juga menyukaiku?" Aamon memegangi tangan kanan Natan sembari menarik pinggang Natan agar jarak antara mereka menjadi lebih dekat.

"Aku tidak menyukaimu,kau lelaki menjengkelkan dan sekarang lepas kan tanganmu dari pinggulku" Berontak Natan.

"Iya iya kau cerewet sekali,aku akan melepaskan mu jika kau memperbolehkanku untuk memelukmu."

"Untuk apa kau memeluk-".

Aamon langsung memeluk tubuh Natan dengan erat,dia menyenderkan dagu nya di pundak Natan. Sekilas kenangan pahit itu muncul dalam pikirannya,dia masih merasa bersalah atas kepergian Natan sebelumnya. Dia teringat wajah Natan ketika berlumur darah dan Aamon hanya bisa menangis tanpa melakukan apapun. Tanpa disadari air matanya jatuh menyentuh pundak Natan,Natan yang sadar akan hal itu langsung mengelus rambut Aamon dengan halus,dia juga menepuk-nepuk punggung Aamon dengan penuh kasih sayang. "Hey?apa kau baik-baik saja?ada masalah apa?" Tanya Natan penuh perasaan khawatir.

"Tidak ada,aku menangis tanpa alasan"

"Kau berbohong,baiklah jika kau tidak ingin menceritakannya. Kau boleh menangis sepuasnya,aku tidak akan mendorongmu"

"Terimakasih"

Selang beberapa menit Aamon melepaskan pelukannya,dia menggeserkan tubuhnya untuk menciptakan jarak dari Natan. Natan tiba-tiba meraih wajah Aamon "Kau terlihat lebih menyebalkan ketika menangis,jadi jangan menangis Aamon" Natan menghapus air mata yang sedari tadi tak kunjung berhenti.

"Jangan lihat wajahku,aku benci ketika orang lain melihatku seperti ini" ucap Aamon sembari memalingkan wajahnya.

"Itu wajar,kau tak perlu malu. Kau hebat Aamon" bujuk Natan sembari memberikan senyuman yang sangat tulus.

Wajah Aamon memerah,dia merasakan detak jantung yang lebih cepat dari biasanya. "Jangan tersenyum aneh seperti itu,itu mengerikan"

"Huh?kau mulai lagi. Dasar lelaki menjengkelkan" 

Aamon tersenyum tipis,akhirnya dia bisa melihat kembali wajah Natan ketika sedang marah.

[Aamon X Natan] Time And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang