7.

2 0 0
                                    


Selamat membaca
*
*
*
*

Mohon maklum jika ada typo (^^)
*
*
*


Acara yang digelar dari jam tujuh hingga sebelas malam berjalan dengan lancar tanpa halangan. Beberapa undangan sudah meninggalkan ball room hotel dan juga masih ada beberapa undangan yang masih setia berada di sana. Seperti yang dilakukan oleh kelima laki-laki yang duduk melingkar menikmati minuman. Walau mereka sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.

"Gue balik dulu." Toro menyelesaikan game yang ada di ponselnya lalu menatap keempat temannya.

Imanuel melirik Toro, ia mengambil minuman lalu menghabiskannya dengan sekali teguk. "Gue juga."

"Tunggu!"

Mereka berdua yang sudah berdiri mengerutkan dahi dan menatap Arlo yang mencegah mereka.

Arlo menyodorkan telapak tangannya tepat dihadapan Toro. Hal itu membuat Toro mengerutkan dahi bingung.

"Apa?"

"Kunci mobil."

Ucapan Arlo yang tidak masuk akal semakin membuat Toro bingung. "Lu mau ngrampas mobil gue, sadar diri. Udah kaya mau begal milik orang!"

Arlo menatap datar Toro. Ia mengambil sesuatu di dalam saku celananya lalu melemparkannya pada Toro. "Tukeran."

Toro melihat isi dari genggaman tangannya, terdapat kunci motor di dalam genggamannya.

"Apa susahnya tinggal bilang minjem mobil buat antar Khana. Ribet amat hidup lu, dasar babi!" Fajar menyambar.

Mendengar ucapan fajar adalah hal paling akhir bagi Arlo. Ia lebih memilih menerima kunci mobil milik Toro lalu pergi. Tidak lupa, Arlo mendorong kursi yang sedang diduduki oleh Fajar hingga temannya itu tersentak dan hampir terjungkal ke belakang.

"Babi!" Geram Fajar menahan kesal. Ia sudah berdiri dan ingin mengejar ke mana perginya Arlo namun seperti biasa Udin mencegahnya.

"Udah malem ngga usah ribut, besok aja." Udin menarik kerah Fajar yang masih merasa kesal secara perlahan, ia juga harus pulang.

Fajar meninju udara kosong, "awas lu babi!" Ia masih berjalan mundur karena Udin menarik kerahnya, lucunya Fajar tidak memberontak atau protes dengan perbuatan Udin.

Imanuel menatap Udin dan Fajar datar. "Apa mereka ibu dan anak?"

Toro terkekeh geli, "bisa jadi walau Fajar lahir dari rahim lain." Setelah menyelesaikan ucapannya Toro tertawa, merasa aneh dengan perkataannya sendiri.

Imanuel hanya menatap Toro malas.

Sesampainya diparkiran Toro berdiri diam, sepertinya ia melupakan sesuatu.

"Ngga balik?"

Menengok kesamping dan mendapati Imanuel yang sedang mengendarai sepeda motor dan berhenti tepat disampingnya.

"Motornya Arlo mana?" Tanya Toro bingung.

Udin dari arah belakang berjalan menghampiri Imanuel dan Toro. "Kenapa masih di sini?" Setelah memastikan Fajar kembali dengan mobilnya ia menghampiri Imanuel, mereka berdua akan pulang bersama.

"Arlo motornya mana?"

Dahi Udin berkerut saat melihat kedua temannya menatapnya bingung. Ia menatap area parkir, menyusuri deretan sepeda motor dan tidak menemukan sepeda motor yang sudah tidak asing baginya.

"Tunggu."

Udin langsung menatap kedua tamannya saat Toro bersuara.

"Anjing!" Toro menatap kunci sepeda motor yang ada di genggamannya. "Motornya Arlo ngga di rumah gue, bangsat!"

Hanya kamu (Khana & Arlo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang