"Arlo, where are youuu?!"
Teriakan itu membuat para mahasiswa yang sibuk dengan kegiatan masing-masing serempak menengok ke sumber suara.
Tanpa rasa malu Fajar menyusuri koridor sambil berteriak kencang memanggil nama salah satu sahabatnya.
"Lu bisa diem?" Udin menatap Fajar malas, dari tadi mereka mencari keberadaan Arlo tapi tidak menemukan satu orang bucin tersebut.
Fajar menatap Udin lalu menyengir lebar. "Biar cepat!"
Udin menghela nafas pelan, ia menghiraukan Fajar yang masih berteriak dan sesekali bertanya dengan mahasiswa lain.
"Liat Arlo ngga?"
"Ngga."
"Liat."
Sebuah suara membuat keempat pemuda yang masih berjalan menyuruh koridor menengok kebelakang.
Fajar mendekati mahasiswi yang berdiri tidak jauh dari mereka. "Dimana, cepet ngomong. Gue ngga ada waktu soalnya ngomong sama lu, temen gue ngilang nih. Bisa bahaya tuh cewek kalau ketemu temen gue, sok-sokan mosting-mosting foto orang. Udah gila kali itu cewek, astaga kenapa lu diem aja ngomong cepet. Lu kalau ngga tau ngga usah banyak ngo_"
PLAK
Toro menampar kepala Fajar, kesal sekali mendengar omongan yang tidak ada hentinya. "Lu yang diem!"
PLAK
"Banyak omong lu, anjing!"
PLAK
Tiga kali Toro menampar kepala Fajar dari belakang hingga tubuh Fajar menunduk rendah.
"Aduh!"
Imanuel dan Udin hanya menatap mereka berdua jengah.
"Kenapa lu main pukul, dasar monyet!" Fajar mengusap kepalanya yang terasa nyut-nyutan karena ulah Toro.
Toro kembali memukul kepala Fajar kesal.
"Anjing!"
Udin menghela nafas pelan ia menghampiri mahasiswi itu yang sepertinya merasa kesal dengan tingkah laku Fajar. "Di mana?" Tanpa basa-basi Udin bertanya langsung.
Mahasiswi itu menatap Udin lalu menunjuk kearah samping. "Temen lu tuh bikin takut orang tau, untung aja gue udah nyembunyiin Fani!"
"Terus Arlo mana?"
Imanuel menarik Fajar yang akan memukul Toro, tugas Udin terlempar padanya.
"Lepas, si anjing!" Fajar menunjuk Toro kesal. Matanya melotot saat melihat Toro tersenyum mengejek.
Imanuel menghela nafas pelan, "diem, Jar!"
Udin mengikuti langkah mahasiswi itu yang berjalan kearah koridor yang ditunjuk beberapa menit yang lalu. Dibelakangnya Toro mengikuti, sedangkan Imanuel berusaha menjauhkan Fajar dari Toro. Tangannya terus menarik kerah bagian belakang Fajar seperti pemilik dan peliharaan. Hanya butuh beberapa langkah hingga orang yang mereka cari-cari terlihat sedang berjalan membelakangi mereka. Dan lihatlah kenapa ditangannya ada satu cup minuman. Mungkin saat mencari Fani, Arlo haus lalu membeli minuman.
"Arlo, yuhuuu!" Fajar melambaikan tangannya semangat.
Imanuel melepaskan Fajar saat sahabatnya itu berlari kearah Arlo. Dahinya berkerut saat Fajar mengerem mendadak hingga tubuhnya membungkuk ke depan. Ia menatap Toro dengan alis terangkat. Sedangkan Toro yang ada di sampingnya mengangkat bahu tidak tahu.
Langkah kaki Udin semakin cepat saat melihat Fajar berlari kearah Arlo.
"Anjim, ngga seru." Fajar membalikan tubuh, melangkah menjauhi Arlo. Fajar menghampiri Toro lalu bersembunyi dibalik tubuh tegap Toro, melupakan rasa kesal pada sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya kamu (Khana & Arlo)
General FictionBersama Khana, berjuang untuk Khana, hanya untuk Khana. Arlo yang menyayangi dan mencintai Khana yang cuek dan tidak perduli dengannya. Arlo yang berjuang untuk mendapatkan cinta Khana. Walau hati kekasihnya itu sudah mendingin karena masa lalu. Ber...