1. Awal KKN

343 112 907
                                    

Hai, welcome to our new story. Cerita ini adalah karya kolaborasi dari dua penulis amatir sanssastra dan MakPluto. Selamat membaca kisah Reyhan, Felica dan lainnya. Jangan lupa untuk di vote, komen and share yah.

[HAPPY READING]
==============

POV REYHAN

"Dompet, laptop, colokan, pakaian udah, alat-alat lapangan juga udah, apalagi yah?"

Sesekali melihat isi tas, namun sedetik kemudian menatap lemari yang ada di hadapannku. Aku mengentuk-etuk dagu dengan telunjuk pertanda aku sedang kerja keras mengingat-ingat apa yang harus dibawa. Aku tidak mau jika harus pulang mengambil, kalau ada satu barang pun yang kelupaan. Jangan sampai.

Netraku terus menelisik setiap bagian lemari pakaian yang ada di hadapanku. Aku harus ekstra hati-hati, aku tidak mau jika melakukan kesalahan dan harus mendengar omelan panjang dari kawan-kawan serta Pak Broto selaku Dosen pembimbing yang pergi bersama kami dalam acara KKN tahun ini.

Brak! Brak! Brak!

Aku sedikit terlonjak ketika seseorang mengetuk pintu kamar kostku. Tidak. Bukan mengetuk lebih tepatnya menggebrak seakan-akan ada dendam pribadi di antara mereka berdua. Ngeri juga!

Tanpa dia bicara dan mengomel, aku sudah tahu siapa di balik pintu yang tak bersalah itu (Kasihan pintunya). Dia pasti Alim Cakra Hardinata, yang kebetulan satu kost, satu kampus, satu Fakultas, Jurusan, dan satu kelompok KKN denganku.

Bisa kubilang ini cukup menyebalkan. Namun, ada baiknya juga sih. Setidaknya dengan hadirnya Alim yang menjelma menjadi anak kuliahan dan satu jurusan denganku. Aku tidak merasa begitu kesepian, karena dia adalah orang yang begitu dekat denganku selama beberapa tahun ini. Bisa dibilang kami adalah Bestie, kata anak-anak zaman now.

"Woi! Cepetlah, beres-beresnya. Barusan Pak Broto nelpon aku dan bilang pukul 9 kita harus berada di kampus, kalau terlambat ikutnya tahun depan aja!" Bersama gendoran dahsyat di pintu, suara Alim yang langsung menyapa gendang telingaku membuatku langsung mendengkus.

Satu lagi, perlu Aku ingatkan. Kalian jangan pernah mempunyai teman yang suaranya memiliki frekuensi di atas 20. 000 Hz, bisa-bisa kamu akan tuli permanen dibuatnya, dan untung sih Alim tidak seperti itu hanya mendekati.

Aku menutup lemari. Kemudian menoleh menatap pintu dan menyandarkan tangan di sudut lemari bagian luar. Kugelengkan kepala pasrah dengan kelakuan Alim yang begitu bagus dilakban mulutnya. Lama-lama, aku bisa tuli permanen kalau begini jadinya.

Tak lama aku melihat dia berusaha masuk karena aku belum juga menjawab koar-koarnya dari tadi.

Ceklek! Pintu terbuka dan seketika mata kami bertemu.

Alim menggelengkan kepala, tapi sedetik kemudian dia memasang muka judesnya, lebih judes dari dosen killerku di kampus kalau lagi berurusan dengan mahasiswa yang telat masuk kelas. Cukup bagus untuk menakut-nakuti kucing jalanan.

"Kenapa kau Lim, teriak-teriak. Kayak bebek mau bertelur aja." Aku kembali melanjutkan acara facking-ku sembari meledeknya.

"Aduh beban keluarga, kau abis ngapain sih?! Kenapa kamar kau berantakan begini? Abis berantem sama tikus yah," tanya Alim balik bertanya disertai cerocosnya tanpa rem. Dia mendekat dan duduk di kasur empukku dengan ekspresi terkejut seperti melihat sesuatu yang begitu mengagetkan. Aneh sekali orang ini.

"Tikus impor dari Hongkong?" tanyaku sedikit sewot.

"Emm ... bisa jadi, kau kan suka sangat impor-impor barang tak berguna dari Makassar."

Stabat Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang