5. Tisu dan Perkenalan

49 17 35
                                    

Happy Reading


Pukul 13.00 WIB

Kring ... Kring ... Kring ...

Bel sekolah berbunyi, menandakan akhir dari hari sekolah. Siswa-siswi Madrasah Swasta Al-Washliyah Stabat berhamburan keluar, bergegas pulang ke rumah masing-masing. Felica juga segera berjalan menuju gerbang sekolah, membawa tasnya yang cukup berat.

Di dekat gerbang, Felica melihat Reno sedang duduk di atas motornya, menunggunya dengan sabar. Felica segera menghampirinya dengan senyum di wajahnya.

"Yuk, kita pulang," ucap Felica sambil naik ke motor Reno.

Reno mengangguk dan segera mengendarai motor, meninggalkan gerbang sekolah yang semakin sepi.

Sesampainya di rumah Felica, dia turun dari motor dengan hati-hati. Reno mengambil HP dari sakunya dan menyerahkannya kepada Felica. "Nih, HP-mu. Kemarin aku mau kasih kau tapi kamu gak ada."

"Iya, gak papa. Terima kasih, Reno," jawab Felica sambil mengambil HP-nya. "Mampir dulu yuk, kita ngobrol sebentar," ajak Felica dengan penuh harap.

"Ntar malam aja, Fel," jawab Reno sambil melihat jam di pergelangan tangannya.

"Gak bisa, Ren. Aku ada janji sama Bulan nanti malam," jelas Felica dengan nada memohon.

Reno terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Yaudah lah," katanya sambil menghidupkan mesin motornya.

Felica bisa melihat sedikit kekecewaan di wajah Reno. Dia tidak ingin pacarnya salah paham. "Kau merajuk nih? Aku gak bakalan macam-macam kok," Felica berusaha meyakinkan Reno, memperlihatkan ketulusannya.

Reno tersenyum tipis. "Gak, aku percaya sama kau, Fel. Aku pulang dulu ya," lanjutnya sambil menatap mata Felica.

"Iya, hati-hati di jalan, sayang," ucap Felica dengan lembut.

Reno mengangguk sekali lagi sebelum akhirnya melaju meninggalkan pekarangan rumah Felica. Felica berdiri di depan rumah, melambaikan tangan sampai Reno tidak terlihat lagi. Dia merasa lega namun tetap sedikit cemas, berharap semuanya akan baik-baik saja.

*****


Setelah selesai sholat Maghrib, Felica segera bersiap-siap. Ia mengenakan pakaian yang rapi dan menyisir rambutnya dengan teliti.

"Mau kemana, Nak?" tanya ibunya yang kebetulan melihat Felica berpakaian rapi.

"Mau ke alun-alun sama Bulan," jawab Felica sambil merapikan kerudungnya di depan cermin.

"Gak sama Reno?" tanya ibunya lagi, penasaran.

"Bosen, Mak," jawab Felica sambil tertawa kecil.

"Ya udah, hati-hati. Jangan pulang malam-malam," ucap ibunya, mengingatkan.

"Siap, Mak," jawab Felica sambil menyalami tangan ibunya dengan hormat.

Tiba-tiba terdengar suara dari luar rumah. "Assalamualaikum!" teriak Bulan dengan suara nyaring.

"Waalaikummussalam," jawab Felica dan ibunya serentak.

Felica keluar menemui Bulan di depan pintu. "Bisa gak sih, gak usah jerit?" tanya Felica, sedikit jengkel namun tersenyum.

Bulan hanya tertawa mendengar komentar temannya itu. "Buk, anaknya boleh dipinjam dulu?" tanya Bulan dengan nada bercanda ke arah ibu Felica.

Ibunya Felica tersenyum dan mengangguk. "Jangan malam-malam ya pulangnya," ucapnya dengan tegas namun penuh kasih sayang.

"Siap, Buk," jawab Bulan sambil mengacungkan jempol kecilnya.

"Kalau begitu, kami pergi dulu ya, Mak." Felica dan Bulan menyalami tangan ibu Felica sebelum berangkat.

Felica dan Bulan menuju ke motor yang terparkir di depan rumah. "Naik kereta kita?" tanya Felica sambil menunjuk motornya. Dalam bahasa lokal, "kereta" berarti motor.

"Ya, jadi naik apa? Motor? Macam kaya betol bapakku," jawab Bulan dengan nada bercanda, menyamakan istilah lokal yang mereka gunakan. Di sini, "motor" berarti mobil.

"Ya udah yok!" ajak Felica dengan semangat.

Mereka berdua pun berangkat, Felica yang mengendarai motor dan Bulan duduk di belakangnya. Suasana malam di Stabat terasa sejuk, angin malam yang lembut membuat perjalanan mereka menuju alun-alun semakin menyenangkan. Mereka tertawa dan berbincang sepanjang jalan, menikmati momen kebersamaan mereka.

*****

Note : Anggap aja malam🌃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Note : Anggap aja malam🌃

Setibanya di tugu Tengku Amir Hamzah, yang biasa disebut tugu garuda oleh penduduk setempat, Bulan segera menghampiri penjual jagung bakar yang sudah tua. "Kek, dua jagung bakar ya, satu manis dan satu pedas," katanya dengan ramah. Kakek itu mengangguk dan mulai membuat pesanan mereka.

Felica duduk di tangga tugu, sementara Bulan mengatur posisi duduknya di sebelahnya. Beberapa menit kemudian, pesanan mereka pun datang. Felica mengambil jagung bakarnya dan mulai menikmatinya. Namun, tak lama kemudian, seorang anak kecil berlari-lari dan tersandung, menyebabkan minuman yang dibawanya tumpah ke rok Felica.

"Eh, maaf, dek," kata ibu anak itu dengan wajah penuh penyesalan.

"Gapapa kok, Bu," jawab Felica sambil membersihkan roknya yang basah.

"Sekali lagi ibu minta maaf ya, dek," ibu itu kembali meminta maaf, merasa sangat bersalah.

"Iya, Bu, gak apa-apa kok," balas Felica dengan senyuman. Ibu dan anak itu kemudian meninggalkan mereka.

Sementara Felica sibuk membersihkan roknya, tiba-tiba ada yang memberikan tisu dari sampingnya. Felica menoleh dan melihat seorang pemuda berdiri di sana, tersenyum ramah. "Sepertinya butuh ini," ucap pemuda itu sambil mengulurkan tisu.

"Terima kasih," kata Felica sambil mengambil tisu tersebut. Dia mengeringkan roknya yang basah.

"Namamu siapa?" tanya pemuda itu, mengulurkan tangannya untuk berjabat.

Felica cukup terkejut. "Felica," ucapnya sambil menjabat tangan pemuda itu.

"Aku Reyhan," balas pemuda itu dengan senyum manis.

"Ekhm!" Bulan menyenggol lengan Felica, mengingatkannya.

"Baru sehari di sini sudah dapat kenalan aja," ledek seorang teman lelaki Reyhan yang belum dikenal oleh Felica dan Bulan.

"Iri ya, Bang?" tanya Bulan dengan nada menggoda, meskipun sebenarnya dia yang merasa iri.

Jiwa jomblo ku meronta-ronta!

.

.

.

.

See you next part
Salam Sanssastra & MakPluto

Stabat Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang