Bismillah, lanjut lagi gengs ....
••
•
•
Di alun-alun Stabat, dua remaja, Felica dan Bulan, sedang bersantai menikmati angin malam dan menyaksikan orang-orang yang berlalu-lalang. Namun, Felica melihat ada yang aneh dengan sahabatnya malam itu.
"Napa kau?" tanya Felica penuh perhatian.
Bulan membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah undangan, lalu memberikannya kepada Felica. Felica mengambil undangan itu dan terkejut melihat nama di sana: Dadi dan Ida.
"Eh, ini bang Dadi?" tanyanya.
"Iya," jawab Bulan dengan lesu.
"Yaudah, mau gimana lagi. Bukan jodoh kau," ucap Felica mencoba menyemangati sahabatnya. "Yok kita cari brondong!" ajaknya dengan semangat.
"Untuk apa?" tanya Bulan bingung.
"Di makan lah paok," jawab Felica sambil tertawa.
"Oh, kukira," ucap Bulan terpotong.
"Apa?"
"Gapapa," jawab Bulan akhirnya.
Mereka berdua lalu berjalan menuju pedagang gula-gula kapas dan brondong jagung.
Sesampainya di sana, Felica menarik dua brondong berwarna hijau dan kuning yang digantung oleh abang penjual. "Bang, gula-gula satu," ucap Bulan.
"Inikan ada," ucap Felica menunjuk permen kapas yang tergantung.
"Warna biru, Bang," lanjut Bulan.
"Oke, Kak. Sabar ya," jawab abang itu sambil membuat pesanan Bulan.
"Berapa, Bang?" tanya Felica sambil mengambil uang di sakunya.
"Sepuluh ribu, Kak," jawab abang satunya yang tampaknya lebih tua dari yang membuat permen kapas itu.
Felica memberikan uang sepuluh ribu kepada abang itu, yang kemudian menerima uangnya dengan sopan. "Terima kasih, Kak."
"Sama-sama, Bang," balas Felica.
Sambil menunggu pesanan Bulan, tiba-tiba ada sepasang kekasih yang datang. "Bulan, Felica!" panggil mereka.
Felica dan Bulan menoleh, dan Bulan segera memalingkan wajahnya.
"Eh, bang Dadi, kok gak undang aku sih?" tanya Felica sambil tersenyum.
"Lupa, abang, Fel," jawab Dadi sambil tertawa. "Nanti datang ya!"
"Insyaa Allah, Bang," jawab Felica.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya permen kapasnya jadi. Bulan langsung mengambilnya dan pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Belom bayar tuh bocah," ucap Felica melihat Bulan yang pergi dengan cepat.
"Yaudah dek, gapapa cuma sepuluh ribu doang kok, keknya lagi galau dia," ucap abang penjual permen kapas tersebut.
"Iya, Bang, karena ditinggal nikah," jawab Felica spontan, lalu langsung menutup mulutnya. "Duluan ya, Bang, Kak," pamitnya sambil meninggalkan Dadi dan calon istrinya.
"Maafin aku ya, Lan," batin Dadi melihat Bulan yang pergi.
Bulan terus berlari kecil hingga tanpa sengaja menabrak seseorang, "Bisa jalan gak sih?" katanya kesal melihat es krim miliknya jatuh.
"Maaf, Kak, gak sengaja," jawab Bulan sambil melihat wajah orang yang ditabraknya.
"Bulan!"
"Vina," seru mereka serentak. Vina adalah teman sekelasnya Bulan.
"Kau kenapa?" tanya Vina, melihat mata Bulan seperti menahan tangis. "Lagi berantem sama Felica?" lanjutnya.
Bulan menggelengkan kepala, tanda tidak.
"Bulan!" teriak Felica ngos-ngosan.
"Ini ada apa sih kelen?" tanya Vina dengan logat Medannya yang kental.
"Gak ada apa-apa kok," jawab Felica. "Kau belom bayar gula-gulanya," lanjutnya.
"Lupa," jawab Bulan singkat. "Aku pulang dulu ya," lanjutnya sambil kembali ke abang-abang penjual permen kapas.
"Naik apa? Aku antar gimana?" teriak Felica.
"Naik becak, gak usah," jawab Bulan tanpa menoleh, kemudian melangkah pergi.
Felica hanya bisa menghela napas panjang, berharap sahabatnya bisa segera merasa lebih baik. Di kejauhan, Felica melihat Bulan menaiki becak, wajahnya masih terlihat sedih meskipun ia berusaha tersenyum pada tukang becak.
Setelah Bulan pergi, Felica tetap bersama Vina yang masih penasaran dengan kejadian tadi. "Bulan kenapa?" tanya Vina penasaran.
"Masalah pribadi," jawab Felica terkekeh. Ia tidak mau membocorkan ke siapapun.
"Kalau begitu, aku duluan ya," pamit Felica sambil melambaikan tangan kepada Vina. Ia pun berjalan pulang, meninggalkan alun-alun yang mulai sepi. Felica tahu, malam ini akan menjadi malam yang panjang bagi sahabatnya.
•
•
•
•
To be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Stabat Love Story
Teen FictionSTABAT LOVE STORY - Sebuah novel kolaborasi dua penulis amatir, Sans Sastra dan Mak Pluto. Kisah ini tentang pertemuan Reyhan dan Felica saat Reyhan mengikuti KKN di Kota Stabat- Langkat. Tabrakan mereka di perpustakaan Stabat di hari itu, adalah fi...