6. Diskusi Kelompok

26 6 5
                                    

Lanjut lagi ya gengs, jangan lupa di read dan voment ya ges.

"Njir ... bisa ae kau Rey. Udah ngepincut anak Stabat aja, padahal baru sehari kita di sini." Alim terlihat sangat heboh sambil lompat-lompat kayak anak kecil yang habis dibelikan permen oleh ayahnya. Sesekali ia menepuk pundak Reyhan yang hanya berjalan pelan, tak acuh dengan sikap Alim yang habis kemasukan jin bar-bar.

"Apa sih, Lim. Ngasih tisu doang ... lagi pula roknya kan basah abis ditumpahin sama anak ibu-ibu tadi." Reyhan geleng-geleng melihat ekspresi Alim yang sangat berlebihan. Jelas-jelas tadi itu biasa aja, gak ada satu pun yang perlu dihebohkan. Apalagi sampai lompat-lompat, ingat Lim kau dah besar lho. Bukan anak kecil lagi.

Alim hanya mengangguk, meskipun dia tetap berpikir jikalau Reyhan luar biasa malam ini, bisa nambah citra anak KKN lho.

Beberapa saat kemudian, keduanya duduk di kursi taman tak jauh dari tugu. Udara malam di sini gak terlalu dingin dan ramai pengunjung, mungkin karena, tugu ini merupakan salah satu destinasi wisata di Stabat kali yah?

"Reyhaannn." Tiba-tiba perasaan Reyhan gak baik-baik karena lengkingan nan manja itu mengusik gendang telinganya.

Matanya langsung tertuju pada perempuan yang sedang menyampirkan tangannya di leher Reyhan tanpa permisi, membuatnya langsung berdiri, karena tidak suka. "EH, Lampir! Bisa jaga sikap gak?! Main rangkul-rangkul aja!" pekik Reyhan tinggi namun tak mengganggu ketenangan pengunjung yang lain. Mereka hanya cuek bebek.

Alim yang ada di samping Reyhan juga ikut berdiri karena terkejut dengan pergerakannya dan langsung menggelengkan kepala ketika tahu siapa penyebabnya. Siapa lagi kalau bukan Safira - Si Mak Lampir versi Reyhan.

"Reyhan, kok kau tega cakap aku macam mak lampir, udah cantik begini juga," gerutu Safira memperlihatkan muka sedihnya, tapi, membuat Reyhan menghela napas kesal.

"Eh, Safira, kalau kau tak ada kerjaan lain, mending kamu balek ke posko, jangan ganggu kita-kita yah, kita mau berduaan," ucap Alim tenang tapi langsung mendapat hadiah jitakan dari Reyhan.

"Heh, maksud kau apa cakap macam tuh. Ingat yah, aku masih normal, ogah kali aku berduaan sama kau!" protes Reyhan dengan raut muka mautnya yang menyala terang - tanda dia sedang kesal.

Alim hanya terkekeh pelan sambil mengelus-elus puncak kepalanya.

"Cum, balik. Aku dah muak di sini!" ajak Reyhan berlalu pergi.

"Dadah, Safira, Awak duluan, yah," ledek Alim berlalu pergi mengikuti Reyhan. Safira hanya mendengkus sebal.

*****

Keesokan harinya di posko. Reyhan, Alim dan dua teman cowok lainnya sedang bercengkerama ria sembari menyeruput kopi panas disertai pisang goreng yang juga sama-sama panasnya di teras rumah kepala desa. Safira dan Rabecca tidak kelihatan. Kedua cewek itu sedang memasak di dapur untuk makan siang nanti.

"Bagaimana, Lim?" tanya Sanur - anak Teknik Sipil yang juga satu kelompok dengannya.

"Bagaimana apanya?" tanya Alim yang sedang menguyah pisang goreng.

"Program kerja kita, kapan kita musyawarakan dan kita laksanakan?" balas Sanur kemudian. Di kelompok mereka, Alim adalah ketua dan Sanur yang menjadi wakil.

"Kita nanti bicarakan kalau Safira dan Rabecca sudah datang," balas Alim.

"Sip lah," putus Sanur.

Reyhan dan Arsen sebagai anggota hanya diam menyimak. Tak lama Rabecca dan Safira sudah selesai. Mereka berdua ikut bergabung sembari membawa teh mereka dan duduk melingkari meja besar yang tingginya 30 senti.

"Nah, Safira dan Rabecca sudah datang, kita mulai bahas saja kalau begitu," ucap Alim kemudian ketika kedua personel ceweknya sudah ada.

"Bahas apa?" tanya Rabecca.

"Proker kita selama di Sidomulyo," balas Sanur.

Rabecca dan Safira mengangguk. "Jadi aku mulai yah," ucap Alim kemudian memperbaiki posisi duduknya.

Dia memulai diskusi pagi ini, ditemani dengan suara burung walet tetangga yang sedang asyik-asyiknya berkicau. Meski demikian, mereka tidak peduli. Mereka terlihat serius. Alim sedang menjelaskan disertai dengan tangannya digerak-gerakkan menyerupai dirjen sedangkan yang lain manggut-manggut tanda mengerti. Cukup lama mereka diskusi hingga akhirnya, Safira tidak fokus lagi, dia hanya senyam-senyum menatap Reyhan yang hanya menampilkan muka masamnya.

"Gimana, Safira? Jelas?" tanya Alim yang terusik dengan sikap Safira yang tidak peduli dengan penjelasannya.

"He'em, meskipun, Reyhan selalu judes, dia tetap ganteng kok," balas Safira dengan mata tetap tertuju ke Reyhan.

"Hah?!" kelimanya terkaget termasuk Reyhan, dia mengubah posisi duduknya yang tadi bersandar di dinding kursi kini menegakkan punggung.

"Sadar Fira, kita lagi diskusi," ujar Rabecca mengguncang-guncangkan pundak Safira.

Arsen tampak membuang muka. Dia memilih mengambil kopinya dan menyeruputnya.

"Fira, sadar woi!" ujar Rabecca lagi.

"Tau dah, pelototin aja terus, sampe bintitan tuh mata," sindir Sanur melipat kedua tangan di dada.

"Ng?" balas Safira menoleh ke Rabecca, setelah sekian lama Rabecca mengguncang tubuhnya.

"Kita lagi diskusi, Fira, yang fokus dong, jangan liatin Reyhan mulu," balas Rabecca mengekus sebal.

"Oh, iya, sorry, maaf hehe," kekeh Safira dengan muka merona karena malu.

"Tau dah." Sanur, Alim, dan Arsen sama-sama menghela napas resah, sedangkan Reyhan hanya asyik membatu di tempat seperti habis dikutuk jadi patung.

"Okey, yang lain, ada saran?" tanya Alim.

"Interupsi paketu, menurut awak, biar proker kita berjalan lancar, mungkin kita akan berkolaborasi dengan remaja-remaja desa ini. bagaimana?" papar Sanur memberikan pendapatnya.

"Ya, kalau aku pun begitu, Lim. Kan kalau kita ada interaksi dengan mereka, akan lebih mudah meminta bantuan," sambung Rabecca setuju dengan Sanur.

"Yang lain?" tanya Alim menatap satu per satu Reyhan-Arsen-Safira.

"Aku ngikut aja lah, yang penting proker kita berjalan sesuai rencana," ujar Reyhan.

"Kalau aku sih, kita bicarakan ini dengan kepala desa juga," kata Arsen.

"Aku seperti Reyhan aja, biar jadi couple gitu, kece banget aaa," balas Safira centil membuat Sanur, Rabecca, dan Alim menampilkan raut muka cringe mendengarnya.

"Oke, kalau begitu, kita tunggu Pak Desa pulang, tadi beliau bilang ada kepentingan di luar, jadi pergi pagi-pagi," putus Alim.

"Siap, paketu!" balas Sanur antusias. Kemudian Alim menutup diskusi mereka.

*****

TBC
Salam Sanssastra & Mak Pluto

Stabat Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang