4. Madrasah Swasta Al-Washliyah

100 56 410
                                    

Up lagi 🔥🌹
Happy Reading guis

Felica berjalan sendirian menyusuri trotoar, matanya sesekali melirik ke jalan raya, berharap melihat becak yang lewat. Ketika akhirnya dia sampai di ujung jalan yang ramai, yang biasa disebut pasar oleh penduduk setempat, dia duduk di bangku yang telah disediakan oleh pemerintah, tepat di pinggir jalan.

Menunggu tak lama, Felica melihat sebuah becak datang mendekat. Dengan penuh semangat, dia berdiri dan berteriak, "Becak!" Semua orang di sekitarnya menoleh, mungkin mengira dia sedang kesurupan reog karena teriakannya yang tiba-tiba.

"Santai saja, dek," kata seorang pria yang duduk tidak jauh dari situ, sambil tersenyum tipis.

Felica hanya bisa tersenyum malu. Dengan cepat, dia berjalan ke arah tukang becak yang berhenti di dekatnya.

"Kemana, dek?" tanya abang tukang becak dengan suara ramah.

"Kemana saja, Bang," jawab Felica setengah bercanda.

"Eh?!" Abang tukang becak terlihat bingung.

"Canda, Bang! Saya mau ke Pasar 5 Sidomulyo," jawab Felica serius.

Abang tukang becak itu mengangguk. "Sepuluh ribu, dek."

"Tiga ribu saja, Bang. Cuma sampai situ kok," ucap Felica menawar. "Dari rumahku sampai beleking saja cuma tiga ribu," lanjutnya.

"Ya sudah, goceng aja, dek. Kalau nggak mau ya sudah," tukang becak itu mulai menghidupkan mesin motornya, bersiap untuk pergi.

"Ya sudah deh, Bang," kata Felica menyerah. Dia pun naik ke atas becak, dan abang tukang becak itu mulai mengantarkannya.

Sesampai di depan rumahnya, Felica turun dari becak. "Terima kasih, Bang," ucapnya sambil melangkah pergi.

"Duitnya mana?" tukang becak itu mencegat dengan nada serius.

"Eh, hehe... Maaf, Bang. Lupa." Felica cengengesan sambil menyerahkan uang sepuluh ribu.

"Ini ada uang pas?" tanya tukang becak itu sambil memeriksa uang yang diterimanya.

"Kalau semuanya buat abang, nanti aku beli somaynya pakai apa?" Felica bertanya balik dengan wajah memelas.

"Asik jajan mulu," tukang becak itu mengomel sambil menyerahkan uang kembalian.

Felica mengambil uang kembalian itu dan tersenyum lebar. "Terima kasih, Bang. Kalau nggak jajan, rasanya ada yang kurang."

"Sama-sama," jawab tukang becak sambil berlalu.

Saat Felica hendak masuk ke pekarangan rumahnya, matanya menangkap sosok kakeknya yang berdiri bersama dua pria asing di sudut pekarangan. "Eh! Bolang!" teriak Felica dengan kaget, membuat dua pria asing itu lari terbirit-birit.

Felica bergegas menghampiri kakeknya. "Bolang, nggak apa-apa?" tanyanya cemas.

"Nggak apa-apa kok, Felica," jawab kakeknya dengan tenang.

"Kenapa Bolang ada di sini? Sudah mau maghrib, masih saja di luar. Tadi itu siapa, kok bersama Bolang?" tanya Felica penuh curiga.

"Ini juga mau pulang, tadi anak-anak itu mau nolongin Bolang," jawab kakeknya sambil tersenyum.

"Astagfirullah, kok malah kabur?" tanya Felica kebingungan.

"Nggak tahu, mungkin mereka takut," jawab kakeknya dengan santai.

"Ya sudah yuk, pulang!" ajak Felica, lalu menuntun kakeknya masuk ke dalam rumah.

*****

Keesokan Harinya ....

Di Madrasah Swasta Al-Washliyah Stabat, hari yang baru dimulai dengan suasana yang tenang. Felica dan Bulan sedang berdiri di dekat sungai yang mengalir di samping sekolah mereka. Sungai itu sering membuat sekolah banjir saat hujan deras, tapi sekarang sudah dibenteng setinggi harapan kalian ke dia, jadi masalah banjir sudah teratasi.

"Fel, kok semalam aku telepon kok gak diangkat?" tanya Bulan sambil memperhatikan aliran air sungai.

"HP-nya lagi sama Reno," jawab Felica dengan nada cuek.

"Napa lagi sih?" tanya Bulan, penasaran dan menoleh ke arah Felica.

"Gapapa, yaudah yok ke kelas!" ajaknya Felica mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Ngapain ke kelas? Kita kan mau apel pagi," jawab Bulan sambil mengingatkan.

"Oh iya, lupa!" Felica menepuk dahinya, sedikit tertawa.

Tak lama kemudian, bel sekolah berbunyi. Seluruh siswa-siswi Al-Washliyah, dari Tsanawiyah sampai Aliyah, berhamburan ke lapangan. Di Madrasah Swasta Al-Washliyah Stabat, terdapat tiga lembaga pendidikan yaitu Tsanawiyah, Aliyah, dan SMK-TIK. Namun, hanya Tsanawiyah dan Aliyah yang melaksanakan apel pagi.

Di tengah apel pagi, Bulan menoleh ke belakang dan melihat anak-anak serta ibu-ibu warga sekitar sedang mandi dan mencuci di sungai. "Pengen deh, ikutan," ucapnya pelan.

Arden, teman sekelasnya yang berdiri di dekatnya, mendengar dan berkata, "Yaudah sini, aku gendong, biar aku campakkan ke sungai," katanya sambil tersenyum jahil.

"Diamlah kau," balas Bulan sambil mendelik ke arah Arden.

Saat itu, seorang guru berdehem keras, membuat semua siswa langsung terdiam dan memperhatikan.

Selesai apel pagi, Felica dan Bulan menuju kantin untuk membeli minuman. Mereka berdua merasa segar setelah berdiri di bawah sinar matahari pagi yang cerah.

"Ntar malam raon yuk!" ajak Bulan tiba-tiba.

"Boleh, mau kemana kita?" tanya Felica sambil meneguk minumannya.

"Ke alun-alun, makan jagung bakar, dekat tugu garuda," jawab Bulan dengan antusias.

"Hm, oke," kata Felica sambil tersenyum. "Minjam HP kau," ucapnya langsung mengambil HP Bulan tanpa menunggu jawaban.

"Eh, sabar dulu lah," keluh Bulan sambil tertawa melihat kelakuan temannya itu.

Hari di Madrasah Swasta Al-Washliyah Stabat berjalan seperti biasa, penuh canda tawa dan semangat, menanti petualangan kecil di malam hari.

.

.

.

.

Thx for reading
Sampai jumpa di part selanjutnya
Salam sanssastra dan MakPluto

Stabat Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang