Pukul setengah sebelas, Kalandra pamit untuk pulang ke rumah orangtuanya di daerah BSD. Setelah banyak berbincang dengan Mama dan Papa, bahkan ia sempat melihat koleksi vinyl milik papa.
"Maaf ya Mas, mama papaku malah nahan kamu sampai siang begini" aku benar-benar merasa tidak enak, karena seharusnya dia sudah sampai rumah dan beristirahat, kalau saja tidak ditahan oleh kedua orangtuaku.
"It's okay, Le. Saya juga senang berbincang dengan orangtua kamu." Ucapnya sambil memamerkan senyum berlesung di pipi sebelah kirinya.
Demi bunga bunga di taman, pasti sudah banyak yang bilang, perpaduan lesung pipi dan senyuman Kalandra itu sangat menyilaukan.
"maaf juga. Kamu jadi dikira macem macem"
"Maksud kamu, Le?"
"Mmh.. itu.." Kalandra memicingkan matanya menunggu jawabanku.
Beberapa detik kemudian, ia melemparkan senyum kembali karena aku juga tidak melanjutkan ucapanku, "oh, saya ngerti. It's ok Aleira. Saya tidak keberatan"
Kali ini giliran aku yang kaget dan memicingkan mata ke arahnya.
"Maksud saya, hal seperti itu sangat wajar diasumsikan oleh orangtua kalau putrinya membawa lelaki ke rumah, bukan?" Lanjutnya tenang
"Selagi tidak memberatkan saya ataupun kamu" tambahnya sambil menghampiri mobil yang sudah terparkir di depan gerbang.
Aku pun dapat bernafas lega. Ini memang pertama kalinya aku membawa teman lelaki dan hanya sendiri. Bisanya kalau pun ada yang mengantar. Mereka tidak sampai turun dan bertemu kedua orang tuaku.
Hanya saja tadi, aku sangat tidak enak hati jika harus memintanya menunggu di dalam mobil, sedangkan aku tidak tau berapa lama dia harus menungguku mengeluarkan sepeda di gudang sebelah mana, ditambah mama dengan segala rentetan pertanyaan kenapa jarang pulang ke rumah.
"Salam ke tante Rania dan Om Rishad yaa, Mas"
"Lain kali saya yang bawa kamu ketemu mereka ya, Le" ucap Kalandra dengan nada penuh arti. Aku hanya dapat terdiam dengan jantung bertalu. Jangan salahkan kesalahpahamanku.
"Saya pulang dulu, terima kasih Aleira" ucapnya sambil menepuk pelan kepalaku dan masuk ke dalam mobil.
Dear Aleira, please jangan norak gini dong cuma karena ditepuk kepalanya sama abang temen lo. Emang susah kalo jomblo dimanisin gini.
***
Aku sudah siap menyalakan laptop di depanku, sebelum suara merdu Ayasha menginterupsi dan dirinya sudah duduk di kursi sampingku sambil membawa dua cup kopi di tangan kanan dan kirinya.
"Mas Kala main ke rumah lo, Ra?" tanyanya penasaran dan menyodorkan salah satu cup kopi kepadaku
Masih pagi dan diawali dengan "Mas Kala", aku menyeruput kopi sebentar dan menarik nafas panjang, ini akan jadi cerita yang berlanjut hingga Ayasha puas dengan jawabanku.
"Lo inget kan pas gue engga sengaja ketemu Mas lo di tukang godo-gado? engga sengaja tercetus olahraga bareng dan gue baru tau kalau abang lo suka sepedaan dengan sok taunya gue ngajakin dia sepedaan."
wanita di sampingku masih menunggu kelanjutan dengan senyum yang tidak juga pudar.
"terus?"
"yaudah gue sama dia sepedaan, dia jemput ke apartemen."
"pulang ke rumah Bintaro bareng dong?"
aku memutar bola mata mendengar pertanyaan basa-basi Ayasha, "sepeda gue di rumah sana."
"tunggu.. tunggu.." ucapku teringat satu hal yang agak aneh
"kok lo bisa tau Mas Kalandra ke rumah gue?"
Ayasha baru akan hendak menghidar pergi, tapi dengan gesit aku sudah menarik dirinya agar duduk kembali dan meminta penjelasan.
"Mami tanya habis sepedaan dimana? Karena dia pulang ke BSD bawa sepeda. Padahal di di rumah juga ada. Dia jawab sepedaan di Bintaro. Otak cemerlang gue langsung tertuju ke lo dong."
"kenapa bisa? siapa tau emang Mas lo sepedaan disana sendiri"
"siangnya dia upload di Instastorynya Le, kumpulan vinyl gitu. Gue inget banget yaa Om Rishad koleksi vinyl."
aku menghela nafas dan tidak membantah, "iya, ngobrol bareng papa. sampai pulangnya kesiangan karena ditahan juga sama mama."
kali ini giliran Ayasha yang memutar bola matanya, "kesenangan deh tuh si Kalandra."
"maksudnya?" tanyaku tidak mengerti
"Ra, Mas gue jomblo dari lahir. lo harus percaya itu. dia engga ada pengalaman pacaran sama sekali. tapi sumpah dia baik kok, engga suka main-main sama cewek setau gue. Dia udah mapan, punya rumah sendiri, plusnya tampangnya lumayan buat diajak kondangan... walaupun gue engga mau mengakui itu."
"then, why?" tanyaku makin tidak mengerti dengan jawaban Ayasha.
"kalau dia ngajakin pacaran, mau aja Ra!"
****
KAMU SEDANG MEMBACA
The Traffic-Stopper
Romance"Le.." panggilnya lembut "iya Mas?" "nikah sama saya, Mau?" tanyanya serius "Mas pernah ditolak?" "Saya belum pernah lamar wanita lain. Jadi belum tau." "kalau aku tolak?" yang ditanya hanya memicingkan mata tanpa berkata apapun