Part 5- Aleira

106 10 0
                                    

Rasanya kemarin masih hari sabtu, aku masih bersantai di apartemen menikmati waktu tanpa memikirkan akan memakai baju apa senin nanti. Tapi di sinilah aku sekarang dengan blouse hijau mint dan rok span hitam selutut sambil menunggu pesanan kopiku dibuat oleh barista kedai kopi yang terletak di lantai dasar gedung kantor Vision.

"Ra, nitip satu macchiato double shot" pesan whatsapp yang baru saja ter pop-up di layar handphone ku.

"siap princess. Mba Aleira nanti anterin ke meja ya" balasku mengirimkannya kembali ke Ayasha yang sudah kupastikan sedang ada di dalam lift.

setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit dengan dua kopi ditangan dan satu sandwich yang sudah ada dalam paperbag aku segera bergegas menuju lift sebelum jam-jam krusial yang akan membuat lift semakin banyak peminatnya.

"kok lo bisa tau sih kalo gue lagi di coffeetime?" rundungku sambil meletakan cup kopi Ayasha tepat di atas mejanya.

Ayasha memperlihatkan seringaiannya dan tertawa pelan, "tadi ngga sengaja ngeliat lo di dalem. Pas banget gue tadi buru-buru. Mas Arka ngajak bareng."

mendengar satu nama itu disebut, aku kembali teringat pertemuan kami sabtu pagi lalu di penjual gado-gado.

"loh, nanti lo balik gimana?"

"ada Mas Abi, gampang." ucapnya enteng

aku hanya menggelengkan kepala dan mendudukan diriku di kursi tepat di samping Ayasha. "Dasar keras kepala."  

"apa Ra?"

"Kalian! ngapain sih nolak-nolak terus padahal udah kayak gembok sama kunci?"

tidak ada jawaban sama sekali dari teman di sampingku, "pingsan lo?" tanyaku lagi

"berisik deh Aleira calon kakak iparnya Ayasha." balasnya dengan nada dibuat-buat yang membuatku menjitak kepalanya pelan.

"in your dream!"

"Leira galak sama Yayash, nanti bilangin Mas Arka nih." 

aku kembali menjitak kepalanya. "udah kerja. nanti gajinya dipotong kalau ngobrol terus"

"tinggal minta tambahin sama papi dan Mas Arka. Hidup beres." balasnya kembali yang tidak berhenti membuatku ingin mencubit anak pak Boss ini.

akhirnya kembali hening setelah aku tidak menanggapi ocehan tidak jelas Ayasha. Aku membereskan dokumen yang akan aku bawa nanti, karena dua jam lagi aku harus bertemu klien di luar. Ayasha pun sama, kami hanya beda tempat saja. Aku masih di sekitaran Sudirman sedangkan Ayasha dan Pak Abi akan ke daerah Timur.

**
Jam makan siang pertemuanku dengan klien Vison akhirnya selesai juga. Tiga hari lagi aku harus kembali bertemu untuk memberikan solusi terbaik bagi dua perusahaan agar kerjasama menjadi lebih baik.

"maaf ya mba Aleira, jadi engga bisa makan siang bareng karena saya harus secepatnya kembali ke kantor" tutur lelaki didepanku yang sudah siap pergi dengan tas dan dokumen ditangannya.

"it's ok Pak Hari. Hati-hati di jalan" balasku melepas kepergian Pak Hari yang aku taksir umurnya sudah diatas 35 tahun tersebut.

Baru hendak keluar dari coffeeshop tempat pertemuanku dengan Pak Hari. Aku kembali dibuat terkejut dengan seseorang yang baru saja masuk dan berada tepat dihadapanku.

"Le?"

"Hei⸺Mas" jawabku masih dengan mode sedikit terkejut dengan pertemuan kami

"baru selesai meeting?" tanyanya memerhatikan dokumen yang berada ditanganku

The Traffic-StopperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang