"Aku tahu kamu menyukainya, maka dari itu buatlah ia bahagia."
♧♧♧
"Ini dimana?" Nara meringis pelan, mengamati sekeliling ruangan tempatnya berada.
"Oh, Nara! Kamu sudah sadar?" celetuk seorang gadis muda yang Nara yakini seusia dengannya. Gadis itu bertingkah seolah-olah sudah kenal dekat, membuat Nara merasa sedikit tidak nyaman.
Nara menggaruk-garuk kepalanya, masih tidak paham dengan situasi saat ini. "Kamu siapa?"
"Hah? Kamu bercanda ya?" gadis itu mengangkat sebelah alisnya keheranan. "Kanara, masa kamu gak kenal sahabat sendiri sih?!"
"Barusan kamu memanggilku Kanara?" tanya Nara kebingungan. Nama itu terdengar tidak asing di telinganya.
Gadis yang berdiri di depan Nara itu merapikan poninya yang sesekali menghalangi mata saat ditiup angin. Dengan gaya yang dibuat-buat, ia mengibas-ngibaskan rambutnya. "Ra, kamu ini aneh deh. Masa lupa sama Yuna Geraldina, gadis tercantik se-Eucasia."
Nara spontan membelalakkan matanya begitu mendengar kalimat terakhir dari gadis tadi. "Eucasia katamu? Sekarang ini aku ada di Eucasia?"
Yuna mulai merasakan gelagat aneh dari seseorang yang ia sangka sebagai sahabatnya. "Sepertinya kamu belum benar-benar sadar deh. Aku akan kembali sebentar lagi. Kamu bersiap-siaplah."
Gadis itu berjalan meninggalkan Nara yang masih mematung di tempat, dengan segenap pertanyaan yang timbul dalam benaknya. Nara yakin sekali, sebelumnya ia berada di pantai, namun tiba-tiba entah mengapa ada di tempat asing seperti sekarang ini. Ia ingat gadis bernama Yuna itu mengatakan bahwa saat ini dirinya berada di Eucasia.
"Tunggu sebentar, apa dia bilang Eucasia? Selain itu, nama perempuan tadi sama persis seperti nama adik dari tokoh second lead. Kalau benar, apa saat ini aku berada di dalam novel?" monolog Nara.
Tanpa diduga, sebuah suara berat terasa seperti menghinggapi langit-langit ruangan yang ditempati Nara. "Hanara Olfieta, apa kamu ingin kembali ke dunia asalmu?"
Nara yang tak tahu siapa pemilik suara itu, mulai menoleh kesana kemari. "Siapa kamu? Apa maksudmu berkata seperti itu?"
Pemilik suara itu terkekeh pelan. "Aku bisa membuatmu kembali dengan sebuah perjanjian."
Nara terdiam seolah membiarkan suara misterius itu melanjutkan ucapannya.
"Seperti yang kamu tahu, akhir dari kisah ini menyisakan kesedihan bagi Yuno Geraldi, sang second lead. Aku tahu kamu menyukainya, maka dari itu buatlah ia bahagia. Setelah tak ada lagi kesedihan yang tersisa darinya, kamu bisa kembali ke tempat asalmu," jelas suara itu.
Nara memutar bola matanya, masih ingin mencari asal suara dan pemilik suara yang sedikit tak asing baginya. "Bagaimana jika aku menolak?"
"Kamu tak akan bisa kembali," sahutnya enteng.
Nara mendelik tajam pada udara kosong. "Bodoh, kalau begitu aku tidak punya pilihan, selain menerimanya."
"Aku hanya akan memberi tahu satu hal. Yuno memiliki sifat dingin yang tak mudah ditaklukkan. Jadi, perjalananmu mungkin akan cukup berat. Bersemangatlah," terangnya sembari menunjukkan bayangan hitam yang perlahan menghilang.
Sedetik kemudian, Nara berteriak kencang sembari meloncat-loncat di atas tempat tidur. Gadis itu mulai tersadar, bahwa saat ini ia menjadi salah satu tokoh dalam novel Into the Story of Eucasia. Tokoh bernama 'Kanara' hanyalah tokoh figuran yang menjadi sahabat Yuna, adik sang second lead. Kemunculan tokoh Nara hanyalah terhitung jari dan tidak memegang peranan penting. Tetapi Nara tidak masalah akan hal itu, baginya yang terpenting adalah ia bisa melihat wajah Yuno sang pujaan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Pemeran Utama (Not a First Lead)
FantasySetelah membaca novel tua yang misterius, Nara mendapati dirinya terbangun di dunia novel. Demi bisa kembali ke dunia nyata, Nara harus menyelesaikan sebuah misi untuk membahagiakan seorang second lead dalam novel tersebut. Akankah Nara berhasil mem...