Dengan perlahan namun pasti Chenle mencoba membuka mata nya, menatap sekeliling ruangan dengan cat Putih lengkap dengan peralatan rumah sakit.
ia bisa melihat seseorang yang baru memasuki kamar ini, sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyum manis yang sangat simpul, ntahlah dia sedikit merasa agak tenang setelah melihat jisung yang ikut memandangi nya.
Bisa ia lihat jisung berjalan pelan ke arahnya tak luput sebuah kertas terselip di balik tangan besar nya.
"Ji..."
Chenle mencoba meraih tangan jisung dan ia sempat berpikir bahwa jisung akan langsung memeluknya dan menanyakan keadaannya, namun di luar dugaan ia malah menepis kasar tangan chenle.
"Gak le....Kok bisa?, nyadar diri lo itu cowok, gua yakin itu bukan anak gua"
Chenle seketika menahan nafas nya saat mendengar perkataan jisung, apa apaan perkataan nya itu? Katakanlah bahwa jisung saat ini sedang bercanda.
"Maksud lo? Setelah kejadian malam itu? Hasil USG dokter?, tau gw itu emang cowo tapi ya mau gimana lagi? Sempat juga tadi gw gak percaya ji"
Jika saja ia sedang tidak dalam keadaan tubuh yang lemah, mungkin sekarang dan saat itu juga ia akan membanting kepala jisung ke lantai dengan sangat keras.
"Lo mau gw harus apa? Gugurin anak yang gk berdosa ini? Lo harus tanggung jawab"
"Not today, Tunggu waktunya" katanya sangat pelan dan tentu saja tidak bisa di dengar oleh chenle.
Dapat ia lihat dengan inner yang normal Jisung keluar begitu saja tanpa memperjelas perkataannya barusan, meninggalkannya dalam kedinginan suasana dan tidak mempedulikannya dalam keadaan yang begitu rapuh.
"J-ji?......."
Sama sekali dan tidak pernah ia berpikir bahwa akan seperti ini endingnya, hanya ada kekecawaan, hampa, terjang terlalu dalam ke lautan hitam yang sangat pekat akan kepahitan, dan juga ilusi yang tidak sesuai dengan ekspetasi.
Di bulan yang lalu ia masih bisa merasakan keharuman kehidupan dan bersosialita dengan keadaan sekitar juga pada orang terdekatnya, di hari yang lalu ia masih bisa membubuhkan senyuman dalam setiap harinya, tidak seperti sekarang.
Masih bisa menerapkan Canda tawa pada keluarganya tanpa sedikitpun terpikir bahwa hari hari berikut contohnya saat ini dia sudah memancarkan aura kesedihan dan liquid bening berbondong bondong turun dari kisat indah di bagian kepalanya.
Rasanya sangat berat untuk dia tahan saat ini.
"BAJINGAN LO JISUNG, GUA BENCI SAMA LO ANJING MATI KEK LU DI JALANAN ARGHHHHH !!!!" amuknya lalu membanting apa saja yang bisa ia tangkap melalu penglihatan.
Membuka secara paksa infus yang menyerup di tangan kiri kanannya, saat turun dari atas ranjang dan membuka pintu hal pertama yang ia lihat adalah kesunyian, pantas saja dia tak merasakan ada tanda tanda dari teman temannya.
Pukul 21:27, pantas saja keadaan sekitar sudah sangat sunyi dan bahkan ia masih menggunakan seragam sekolah, saat tadi pagi karina membawa nya untuk pulang dan hal yang tidak bisa ia terima telah terjadi lalu sungchan yang membawanya healing sebentar dan sampailah dirinya pada ruangan yang berbau obat menyengat ini.
Bahkan sama sekali ia tidak melihat adanya sang ibu dan ayah juga kakak dan kedua abang nya itu.
Sampailah dirinya di sebuah Jalan yang sudah sepi, hanya beberapa kendaraan saja yang masih menyempati waktu untuk berlalu lalang.
'Byurrr'
Bisa dia rasakan sebuah benda dingin bertitik perlahan menyentuh ubun ubun kepalanya yang semakin kian membanyak dan turun begitu deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Musuh |•chenji
Historical Fictionkatanya MUSUH tapi kok NIKAH? ⚠WARNING⚠ BXB MENGANDUNG KATA² KASAR/TOXIC MENGANDUNG UNSUR² 18+🔞🔞 MPREG📌