Prolog

130 28 63
                                    

SETELAH KEPERGIAN, ini karya kedua aku.

Sudah kasih vote? Sudah siap membaca? Kalau sudah siap, komen siap, ya. Terimakasih 🌷

Apapun kedepannya, nikmati rintangannya, jangan menyerah untuk tetap hidup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apapun kedepannya, nikmati rintangannya, jangan menyerah untuk tetap hidup.

-Setelah Kepergian.

***

"Gue cuma mau ngingetin, jangan asal masuk ke perasaan seseorang yang sedang tidak bersahabat, atau lo sendiri yang bakal tertampar kenyataan."

***

10 Agustus 2023.

"Hai, sayang. Apa kabar?"

Kita tidak pernah apa yang akan terjadi selanjutnya di kemudian hari. Maka pasrah, akan menjadi alibi seseorang yang terlihat begitu tenang padahal jiwanya sedang mencari jalan keluar.

Seperti apa yang terjadi pada hari ini, hari di mana Albian kehilangan sosok perempuan yang dirinya sayang. Hari di mana Tuhan mengambil kembali gadis yang dirinya ingin ajak bersama selamanya.

"Gue jahat, ya? Gue udah buat lo kaya gini..." Baru beberapa jam yang lalu jenazah perempuan yang dirinya sayang di kebumikan, Albian tidak sanggup untuk beranjak bangkit dari makam gadis itu.

Air hujan terus mengguyur sekitar kota Jakarta Pusat dari sejak tadi pagi, rintiknya air yang jatuh dari langit dengan derasnya tidak membuat Albian berfikir untuk pulang. Bajunya sudah basah kuyup, bibirnya menggigil.

Semua itu terjadi dalam peristiwa pada tanggal 9 Agustus 2022, tepat satu hari yang lalu.

Rasanya hampa, sunyi, kosong, juga gelap di dalamnya. Dengan perlahan jemari Albian meletakkan satu buket bunga lavender di atas makam gadisnya, dengan kerongkongan yang tercekat, Albian berucap seperti ini, "Tuhan benar-benar nggak adil," Celetuknya.

"Gue udah berusaha buat ikhlas, tapi semakin gue berusaha untuk itu, hati gue semakin sakit. Gue cuma minta sama Tuhan buat bangunin gue dari mimpi ini."

Mimpi.

Albian berharap apa yang terjadi pada hari ini adalah mimpi semata. Albian ingin segera di bangunkan, ini sudah terlalu menyakitkan untuk Albian terima.

"Tuhan, kenapa harus gue yang merasakan ini? Kenapa orang yang paling gue sayang ninggalin gue untuk selamanya? Apa salah gue sampai lo hukum kaya gini, Tuhan ... "

Takdir Tuhan tidak pernah salah, pun tidak boleh di salahkan. Manusia saja yang kurang bersyukur akan hal-hal yang jarang sekali mereka sadari. Sekiranya, mereka sudah menerima banyak porsi akan hal baik dalam hidupnya, dan poros garis takdir yang ikut adil untuk memutar 180° dari hal baik tersebut. Jadi, jangan kecewa, jangan sedih. Tapi, bersabarlah untuk menantikan hal baik di kemudian hari.

Setelah kepergian, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa yang perlu kita harapkan pada seseorang yang sudah dengan jelas memilih untuk abadi?

"Tuhan, saya belum ikhlas."

Belum ikhlas, bukan berarti kita tidak bisa ikhlas suatu saat nanti. Menangis karena kepergian orang yang kita sayang itu tidak pernah ada salahnya, memang sudah di wajibkan atas dasarnya.

***

Gimana dengan prolog nya? 🥺

Masih sanggup untuk membaca bab selanjutnya?

3k vote + 1k komen, kita lanjut <

Setelah Kepergian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang