Bab 5 - Perkenalan Pertama

37 1 0
                                    

Terimakasih sudah berkenan untuk meramaikan 💘

Vote dulu sebelum membaca, ya.

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sepanjang perjalanan menuju ke arah kelas, Ferrari tidak berhenti untuk berdecak kagum dengan sekolah barunya ini. Dari lantai dua, tempat Ferrari berdiri sekarang, gadis itu melihat beberapa sekumpulan anak-anak yang sedang berolahraga, bermain basket di lapangan.

"Jadi ingat Plentus, pasti dia senang banget kalau sekolah di sini, secara kan dia suka sekali dengan basket," Ujar Ferrari dengan hembusan nafas berat, kemudian kembali melangkahkan kakinya menuju ruang kelas melewati koridor yang sepi.

Namun, tepat di belokan koridor, mata Ferrari menyipit saat melihat seorang siswi menarik kasar murid perempuan dengan mulut yang di bungkam.

"Baik anak-anak, kita kedatangan teman baru, silahkan masuk Ferrari," Kata Bu Lili, selaku guru Fisika yang terkenal killer di SMANSA, juga wali kelas di 11 MIPA 3.

Ferrari menepis rasa ingin tahu itu, tidak ingin berurusan dengan bullying di sekolah barunya.


Gadis itu melipat seragam bagian lengannya, dengan tas ransel nya tersampir di bahu kiri. "Hai, gue Ferrari Audia, kalian bisa panggil gue Ferra, Vira, mau panggil gue Audia sekalipun audio juga nggak papa, asal jangan panggil Ari kalau kalian nggak mau kena tabok sama gue!" Perkenalan Ferrari membuat seisi kelas tertawa, kecuali satu laki-laki yang duduk di bangku paling pojok.

"Baru masuk udah ngelawak aja, btw, nomernya kosong berapa neng cantik?" Tanya salah satu teman sekelasnya, yang bernama Hidro Magesta.

"Tenang, asal ada traktiran aja gue bagi, kok," Jawab Ferrari.

Bu Lili menggelengkan kepalanya pelan, tidak habis pikir dengan tingkah Ferrari yang menurutnya konyol.

"Sudah, sekarang kamu silahkan duduk," Ferrari mengangguk. "Baik, Bu."

Baru melangkah satu langkah, Ferrari berhenti membuat Bu Lili mengerutkan keningnya. "Ada apa lagi, Ferrari?"

Ferrari menderetkan giginya cengengesan, "Mau nego, Bu, saya izin duduk satu meja sama cowok yang itu," Tunjuk Ferrari mengarah ke sudut kelas, ada laki-laki yang sedari menenggelamkan wajahnya di sana.

Amel dan Mutia menepuk jidatnya pelan, ada-ada saja Ferrari itu. "Baru satu hari aja udah ugal-ugalan begitu, aman nggak, nih, buat hari-hari berikutnya?" Celetuk Mutia berbisik di telinga Amel, membuat gadis itu mengendikan bahunya acuh.

"Baru mau gue berjuang, udah di kasih kode buat mundur aja, nggak asik!" Keluh Hidro, bahunya melorot ke bawah.

"MUNDUR FER, SAINGAN LO BERAT!" Itu teriakan keras dari Sagara.

Setelah Kepergian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang