Bab 4 - SMA ANTARIKSA

53 11 13
                                    

Jangan lupa vote terlebih dahulu.


Kota Jakarta Pusat, salah satu kota yang terkenal dengan kepadatan dari kalangan manusia-manusia yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing di setiap harinya.

Pagi ini, Ferrari melajukan motor sport dengan kecepatan sedang membelah keramaian tengah-tengah kota Jakarta untuk pertama kalinya setelah gadis itu memilih untuk menetap di kota besar itu. Suara bising antar klakson saling sahut menyahut satu sama lain, bahkan beberapa persimpangan yang Ferrari lalui macet. Setiap hari, apa Jakarta selalu seperti ini?

Sekitar lima belas menit terhitung, Ferrari akhirnya sampai ke tempat tujuan. Tulisan besar SELAMAT DATANG DI SMA ANTARIKSA menyabut hangat kedatangannya. Melihat itu, seketika senyum simpul terbit dari sudut bibir Ferrari, "Selamat untuk berkenalan dengan orang-orang baik di SMANSA juga," Katanya dalam batin.

Di hari ini, esok, dan seterusnya, semoga Ferrari bertemu dengan orang-orang baik di setiap sudut SMANSA. Seperti itulah harapannya.

Ternyata benar apa kata orang, jika Jakarta memang seramai itu untuk di bicarakan. Maklum, ini kali pertama Ferrari menjejakkan kakinya di sana, sempat kaget dengan keramaian yang tidak terbatas, berbeda dengan pagi hari di Purworejo.

Ferrari memarkirkan motornya di samping deretan kendaraan yang sudah tertata rapi di sana. Gadis itu membuka helm full facenya, kemudian merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Gokil, ini sekolah apa istana? Besar banget," Monolog Ferrari speechless.

Parkiran SMANSA dengan sekolah lamanya di Purworejo sangat jauh berbeda. Jika di ingat-ingat tentang sekolahnya dulu, area parkir hanya cukup untuk beberapa motor dan sepeda saja, tidak sampai ratusan motor yang bisa terparkir di dalamnya seperti area parkir SMANSA.

Ferrari menatap gedung SMANSA yang menjulang tinggi tanpa berkedip. "Plentus harus tau kalau sekolah baru gue sebagus ini," Tidak lupa dengan Restin, sahabat laki-lakinya di kampung, tangan Ferrari bergerak mengambil handphone dari balik saku seragamnya. Beralihkan ke aplikasi kamera.

"TUS, PLENTUS! LO HARUS LIHAT SEKOLAH BARU GUE SETINGGI INI WOI GEDUNGNYA!" Teriak Ferrari begitu antusias. Tidak sadar jika sedari tadi ada sorot mata yang menatapnya.

Ferrari merekam jajaran mobil dan motor-motor bagus di sana, lalu menekan tombol send di kontak WhatsApp Restin. "Gila, Tus, jiwa insecure gue merombak-rombak ini, Tus, gimana dong," Ferrari sama sekali tidak melihat ada motor Supra buntut seperti milik Restin yang terparkir di sana.

Di tempat yang sama dengan Ferrari, empat laki-laki yang tengah duduk santai di sana menatap kedatangan Ferrari yang begitu asing untuk di kenal.

"Dia murid baru? Yang katanya dari kampung itu?" Celetuk Sagara spontan.

Dimas menganggukkan kepalanya, "Penampilan sama sekali nggak kampungan, si, menurut gue, malah kece badas gitu," Sahut Dimas menilai, tidak setuju dengan asumsi orang-orang yang sempat membicarakan gadis itu di akun sosmed lambe turah SMANSA, mulutnya penuh dengan roti tawar yang sedang dirinya kunyah. Di rumah tadi belum sempat sarapan, katanya.

"Tus, ya ampun, lo harus lihat ada motor sport yang mirip banget sama motor lo di sini, mana ada empat mirip semua lagi, gimana kalau kita angkut aja, bagi dua buat kita balapan," Untuk pertama kalinya gadis itu menginjakkan kakinya di SMANSA, banyak hal-hal random yang Ferrari rekam untuk di pamerkan kepada Restin. Benar-benar kota pribumi yang luas, pikirnya.

Setelah Kepergian Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang