10

639 45 11
                                    

"Loh Tappei?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Loh Tappei?"

Miiko baru selesai dengan kegiatannya untuk Pengurus Kelas dan menemukan pacarnya duduk di bangku mejanya. Ruangan sudah kosong, bel pulang sekolah sudah berdering hampir satu jam yang lalu.

"Kok, masih di sini? Nggak pulang bareng Kenta dan Mari-chan?" tanya Gadis itu menghampirinya.

"Maunya bareng Kamu,"

Huft. Tappei sedang manja. Tampak sekali dari nada bicaranya. Miiko sedikit terkekeh dan mulai bersiap, merapihkan meja, mengeluarkan buku pelajaran juga tempat pensil dari laci dan memasukannya ke dalam tas.

"Kau nggak papa? Sibuk banget?" Tappei  mengubah posisi duduk, menyamping menghadap Miiko.

Gadis Yamada itu memutuskan untuk ikut duduk, menutup ransel dan menjadikannya sebagai bantalan dagu. "Iyaaa... Semua Ketua Kelas sekarang harus ikut rapat dengan OSIS. Sebentar lagi ada Undoukai dilanjut dengan Festival Sekolah, Aku harus mengoordinasi kelasku dan melaporkannya secara rutin untuk membantu jadwal  acara OSIS," katanya panjang lebar.
"Banyak sekali yang harus mulai dikerjakan. Membayangkan kedepannya saja, rasanya sudah capek sendiri," lanjutnya bercerita. Wajahnya kini sudah rebah di atas ransel.

Tappei mengulas senyum. "Jangan dipikirkan kalau begitu. Urusan nanti, Kau cukup kerjakan apa yang kau bisa saat ini. Mana Miiko yang kukenal?  biasanya urusan seperti ini Dia yang paling optimis?"

Bibir Miiko menekuk, Tappei tertawa. Ia mengangkat tangannya, mengusap kepala Kekasihnya, sesekali memainkan beberapa helai rambut hitam yang halus. "Tapi senang, kan? Di Forum Pengurus kelas, jadi banyak teman baru?"

"Hu-um," Miiko bergumam setuju, "Beberapa lucu sekali tingkahnya, dan ada yang sangaaattt rajin padahal masih kelas satu!" Miiko mulai bersemangat, lagi-lagi tampak menggemaskan. Tappei mengusak kepalanya lagi.

Berdua, Mereka diam sejenak. Menikmati suasana yang ada. Suara sorak-sorai siswa yang ikut ekstrakurikuler di bawah sana, sepoi angin sore yang menelusup dari jendela kelas. Tangan mereka bertaut di bawah meja, saling menggenggam erat.

"Mungkin setelah Ketua OSIS hadir, akan tambah sibuk,"

Kening Tappei mengerut, "Memang selama ini Dia tidak datang?"

Miiko mengangguk, "Dia sedang ikut perlombaan atletik daerah untuk mewakili SMA Suginoki. Hebat, ya?"

"Hah? Klub Atletik?"

"Dia Salah satu pelari unggulan di sekolah Kita. Tappei nggak ingat?" tanya Miiko, "Dia Kak Ootomo! Kita pernah satu SD dengannya, Dia pemenang lomba lari saat kita kelas empat, dan sainganku untuk penghargaan Makan Siang Kelas,"

Tappei mulai mengingatnya, tapi wajahnya ikut menjadi masam. Jelas ia tahu siapa pemuda yang disebut Miiko. Kalau tidak salah, nama panjangnya adalah Ootomo Takaki. Dulu ia dikenal pelari tercepat dan anak seorang Guru Olahraga. Sikapnya agak menyebalkan dan selalu 'mengejek' Miiko jika ada kesempatan.

"Kenapa wajahmu seperti itu?"

"Jangan terlalu dekat dengannya,"

"Hah? Kenapa? Dia kan yang akan mengawasi sebagai Ketua OSIS?"

Tappei memutar bola mata jengah, Ketidakpekaan Miiko terhadap sekelilingnya memang harus diacungi lebih dari dua jempol. "Abaikan omonganku kalau begitu," ucapnya Lelah.

Gadis itu mendengus, Ia kembali merebahkan kepalanya di atas meja, memeluk ranselnya. Kini ganti tangannya yang meraba rambut Tappei yang pendek. Tappei memejamkan mata, sentuhannya membuat nyaman dan ia jadi sedikit mengantuk.

"Klub Baseball Tappei bagaimana? Sudah bertemu dengan Tochiro?"

Kepala cowok itu segera terangkat, wajahnya makin suntuk. "Jangan mengejekku begitu, dong," kesalnya. Miiko terkikik geli lalu tertawa lepas.

Sebelum masuk Semester Baru, Klub Baseball Tappei melakukan pelatihan, dan beberapa senior mengatakan di pelatihan tersebut akan ada mentor spesial yang tidak lain adalah legenda pemain BaseBall Jepang- Idola Tappei; Tochiro.

Tappei jelas senang bukan kepalang, dan hampir setiap hari bercerita ke Miiko bermaksud pamer. Namun, saat sampai di tempat tujuan, bukan Tochiro yang menyambut, para Siswa malah diminta untuk membersihkan penginapan sebagai bentuk Latihan.

"Ahahahahahaha!!" Miiko tak berhenti tertawa saat mengingatnya.

"Sudah, jangan tertawa lagi, dong," pinta Tappei seraya menangkup wajah Miiko, memilin pipinya yang bulat hingga bibirnya mengerucut dan tidak bisa mengeluarkan suara tawa.

"Maaf, Maaf. Jadi ada kabar apa lagi?"

Dengan satu tangan, Tappei menopang dagunya, menatap keluar jendela dengan bosan. "Tidak ada yang lain. Ya, hanya- Akan ada pemilihan manajer baru untuk klub Kami,"

"Oh ya?"

"Hu-uh, Pak guru mungkin akan mulai menyeleksi anak-anak kelas satu yang terlihat kompeten,"

"Siswi perempuan?"

"Tentu saja, kan selama ini memang-... kenapa? Cemburu ya?" Tappei tersenyum lebar, terlihat sangat menyebalkan di mata Miiko.

"Tappei terlalu percaya diri," kata cewek itu.

"Katanya, cemburu itu tanda sayang. Kau nggak sayang?" raut wajah Tappei berubah, berpura-pura untuk tampak sedih. Tapi Miiko malah merasa malu dengan pertanyaan itu. Bukan malu dalam artian negatif. Tentu saja Ia sayang pada Tappei, tapi, apa harus ditunjukan secara frontal?

"Sa-sayang loh," jawabnya sedikit gugup.

"Buktikan,"

Entah mengapa atmosfer kini menjadi lebih serius. Tappei menatap lurus kepadanya. Tubuhnya tegak dengan dua lengan silang di dada. Miiko rasanya sulit bernapas. Ia tidak penah melihat Tappei seperti itu sejak pernyataan perasaan Mereka di kelas empat bulan lalu. Gadis itu memainkan jemari, cukup lama- beberapa menit sampai ia mengulang lagi tindakan terberani yang pernah Ia lakukan; Mengecup dua jarinya dan menempelkannya ke pipi Tappei. Dengan kecepatan kilat.

"Tuh, sudah."

Enam puluh detik tidak ada tanggapan, sampai Tappei berdiri dari duduknya, membungkuk, mensejajarkan wajah dengan Miiko, Menatapnya sekali lagi, sebelum akhirnya mengecup langsung pipi kiri gadis itu. Dengan kecepatan kilat.

"Kalau cium pipi tuh, yang benar."

****

****

****

A/N: Jangan berekspektasi macam-macam. Semoga jenjang hubungan Mereka bisa lebih dari ini, ya? Meskipun pasti akan lamaaa sekali setiap fasenya.

Aku menunggu komentar kalian ya, membaca banyak komentar positif, kritik atau cerita kalian, bikin aku beyond happy ❤️

Kocchimuite, Love!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang