3. Pesantren

30 7 0
                                    

~~Menerima Pilihan~~

Setelah kejadian tadi diruang tamu Aisya menenangkan diri di kamar.
Pikirannya kini sedang kacau. Bagaimana tidak? Kejadian tadi benar benar membuat hati nya kini berombang-ambing. Secepat itu Ayah dan Bunda akan memasukkan Aisya ke PESANTREN. Dan mereka menyuruh Aisya agar memutuskan Angga.
Akan kah dia menuruti dua pilihan itu dari Ayah dan Bunda? Atau hanya menuruti Salah satu dari kedua pilihan itu?

"Aaakh! Aku itu udah gede. Masadepan aja harus dipilih sama keinginan Ayah dan Bunda." Gerutu Aisya.

Dan ia sedari tadi memainkan hp, menunggu kabar dari Angga yang tak kunjung mengabarinya.
"Ga. Ko gak ada kabar sih. Apa kamu marah sama kejadian tadi. Ga,
Aku butuh kamu. Aku gak mau masuk PESANTREN." ungkapan kata dalam lubuk hati Aisya, dengan mata berkaca kaca.

"Aargh! " kesal Aisya, dan membantingkan Hp nya kedalam Kasur.
Sambil mengacak ngacak rambutnya.
tiba tiba suara dari ponsel Aisya berbunyi.
"Dring. Dring "
Secara Aisya langsung segera mengambil ponsel yang berbunyi telepon tersebut.

"Halo!l! Ga
Kamu kemana aja, ko gak kabarin aku
Kamu marah ya sama Ayah dan Bunda? Aku dari tadi nunggu kabar dari kamu
Kamu kemana aja sih" ucap Aisya tanpa titik dan koma.

"Apasi Sya. Ini gue Dinda" ternyata bunyi telepon yang aisya angkat adalah Dinda.
Awalnya ia mengira Angga yang menelponnya sehingga ia lupa melihat nama siapa yang menelponi nya.

"Ih, Lo Din. Gue kira Angga." ucap Aisya.

"Angga, Angga, Angga terus.
Emang angga mikirin lu? Lu sampe gitu ya kecintaannya sama dia. Sampe gue nelpon aja lu ga tau kalo ini gue. Mangkanya liat dulu telpon siapa yang lu angkat, udah mah lu ngomongnya kaya burung beo, nyerocos gitu." ujar Dinda, yang sedikit kesal.

"Ye.. Apa si lo Din. gitu lo sama gue. Habisnya gue kesel akhirnya gue ketauan pacaran sama orang tua gue." Aisya menceritakan kejadian yang tadi di ruang tamu.

"Hah? Ko bisa, trus gimana? lo putus kan" ucap dinda. Sebenarnya Dinda tidak pernah suka diantara hubungan Aisya bersama Angga, ntah alasannya apa. Karena bagi dinda wajah Angga adalah tampang kelihatan seorang fakboy. Sudah ia memberi tahu nya kepada Aisya ,namun Aisya tak mendengarkan nya.

"Lo doain gue putus sama Angga? Parah ya lo. huh, dah lah gue cape" ucap Aisya yang merasa kesal karena ucapan Dinda.

"Eh. Eh. Bentar, lo mau apa ya nelpon gue." sambung Aisya

"Jadi gini sya. Gue cuma mau ngasih tau, kan kita udah lulus SMA nih. Besok gue langsung ikut orang tua gue, ke luar negri sambil langsung kuliah."

"Serius lo din? Besok? Lo kuliah?" tanya Aisya.

"Iya nih Sya. Doain gue ya." balas Dinda.

"Hmm. Selamat ya Din, semoga sukses." tak lupa kata dan doa dari Aisya yang ia beri kepada Dinda.

"Makasih Sya. Nanti pokonya kita jangan lost kontak ya. Tetep saling kabar kabarin.
Oiya, lo lanjut kemana Sya?" tanya Dinda yang membuat Aisya bingung menjawabnya.

"Gue mau...." Aisya tidak melanjutkan ucapannya.

"Mau apa Sya? Lo mau nikah? Widih.. Sama Angga?
Yang bener lo. Angga kan orangnya....." Aisya lalu memotong dan pembicaraan dinda.

"Shut! Apasi lo. mau ngomong apa?. Lo mau ngomong Angga orangnya yg gak baik buat gue?
Cape gue dengernya" kesal Aisya.

"Sorry. Sorry. Gue bercanda yaelah gitu doang ngambek" rayu Dinda kepada Aisya.

"Jadi gini Din. Gue mau.." terpotong lagi omongannya,omongannya se akan aisya tau kalo Dinda tau bahwa dia mau dimasukin ke pesantren, pasti ngakak banget.

"Apasi sya. Terpotong mulu ngomongnya" ujar Dinda.

"Tapi lo janji ya jangan ketawa. Awas aja lo" Aisya meyakinkan agar Dinda tidak mengetawainya setelah ia tahu yang sebenarnya.

"Iya iya dah, gak bakal" ucap Dinda.

"Gue mau dimasukkin ke PESANTREN Din." terkuak juga ucapan yang sedari tadi Dinda tunggu tunggu.

"Bhahahah.. Yang bener Sya? Lu mau tapi?" tanya Dinda sambil ketawa namun sebisa mungkin ia tahan.

"Tuh kan, lo malah ketawa. is gue gak boong din, serius. Ayah sama Bunda udah bener- bener mau masukin gue ke pesantren. Apalagi setelah tau kalo gue pacaran, ya keputusan mereka lebih yakin. Gak bisa nolak gue din." ucap Aisya kepada Dinda memberitahukan isi hatinya.

"Emmm. Tapi menurut gue si bagus. Lo mending masuk pesantren aja, emang nya gak malu, keluarga lo pada ngerti agama, Bunda lo juga berhijab, lo kapan Sya?
Mau? Jadi anak yang ngebantah mulu. Itu semua kan yang terbaik buat lo Dari Ayah sama Bunda lo." ucapan Dinda membuat Aisya mulai menyadari akan semua hal itu.

"Tadinya sih Din, gue pengen kuliah kaya lo. Pengen ngelakuin apa yang gue mau. Tapi Ayah sama Bunda pilihannya ke situ. Mau gimana lagi." keluh Aisya kepada Dinda.

"Yang sabar ya Sya. Lo pasti bisa, setiap orang kan gatau masa yang akan datang kedepannya gimana. Mungkin ini jalan terbaik buat lo." ucap Dinda yang begitu memberikan semangat kepada Aisya.

"Makasih ya Din, lo temen gue yang paling the best!" Aisya yang kini hatinya mulai menerima dengan semuanya, dan mendapati support dari Dinda.

"Sama-sama Sya. Udah ya, gue tutup dulu telepon nya." ujar dinda.

"Emm, okey." ucap Aisya, lalu Telepon pun berakhir.

"Bun. Aku mau ngomong sama Bunda." ucap Aisya, yang kini sudah mandi dan menyampiri Bunda diruang televisi.

Bunda pun menjawab, sambil mematikan televisi didepannya." iya? Mau ngomong apa."

"Hemm jadi gini Bun. Sekarang Aisya mau ngasih jawaban, kalau Aisya mau kok masuk pesantren." perkataan Aisya yang membuat hati Bunda senang nya tak karuan. Dan memberitahukan Ayah sehingga membicarakannya bersama sama.

"Yang bener kamu sayang? Bunda seneng banget dengar nya. Yah.. Sini dulu." jawab Bunda, sambil meneriaki Ayah.

"Iyah.. Ada apa bun, teriak teriak begitu. Ada apa sih" terheran Ayah.

"Anak kita yah. Aisya akhirnya mau kita pesantren kan." ucap Bunda kepada Ayah yang keduanya pun tak karuan senangnya.

"Alhamdulillah.. Ayah senang dengar nya. Makasih ya sayang, kamu mau nurutin pilihan kita." Ujar ayah yang kini mereka ber-tiga berpelukan.

"Besok kita berangkat antar kan Aisya ke pesantren ya Bun.
Gak papa kan Sya. Besok? Tanya Ayah yang memastikan Aisya agar tidak keberatan hati.

"Emm hehe, mau gimana lagi, iya gak papa Yah. Aisya mau kok" jawab Aisya, yang tak ingin membuat hati Ayah dan Bunda kecewa lagi.

#Gimana guys!? cerita di chapter 3 ini..
# Wajib baca, sunnah meng vote dan komen okeeey!..
supaya aku bisa koreksi kalau ada kesalahan🤗. Kelebihan dan kekurangannya.
#oiya ini masih tahap cerita awal, jangan Bosan ya! Untuk menunggu kelanjutan ceritanya.
#pantengin terus❤🤗

Genggam Harapan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang