7.Siapa Dia

25 5 0
                                    

Ke-esokan harinya, Aisya menuju ke taman, mencari kesejukan suasana di lingkungan pesantren.

"Blug!" suara tumpukan buku jatuh dari tangan laki-laki, yang tidak sengaja bertabrakan dengan Aisya. Terlihatnya laki-laki itu sangat terburu-buru.

"Duh. Sorry sorry. Gue gak sengaja" kata maaf dari Aisya kepada laki laki tersebut, karena tidak sengaja ia menabrak nya.

"Iya gak papa." ucap laki-laki itu, sambil mengambil buku yang berjatuhan.

"Sini gue bantuin." tawar Aisya.

"Gak usah, saya bisa sendiri." rupanya ia tak menoleh bantuan dari Aisya.

"Permisi saya buru-buru." sambung laki-laki tersebut.

"Sombong banget tuh orang. So-so an nolak buat di bantuin." kesal Aisya kepada laki-laki itu.

*Aisya melanjutkan perjalanan nya.*

Kemudian tampak Nadia dan Aas sedari tadi diam di sebrang Aisya, melirik kepadanya.
"Apakah dia melihat kejadian barusan?" Ucap suara hati Aisya.

"Kamu kenal? Siapa cowo tadi itu." tanya Aas kepada Aisya.

"Engga. Kenapa memangnya?" jawab Aisya.

"Bagus deh. Jangan sampe kamu nanti suka deh sama dia." ujar Aas ,yang membuat Aisya tidak mengerti yang ia maksud.

"Aas. Gak boleh gitu." Sahut Nadia kepada Aas.

"Kenapa sih lu. Aneh!
Gak sengaja tadi itu ketabrak. Lagian gue gak tau siapa cowo itu." Ucap Aisya.

"Iya sya. Maafin Aas ya. Dia emang gitu. Yuk As, katanya mau ke dapur." Jawab Nadia, kemudian menarik Aas yang tadinya mereka berdua berjalan menuju dapur, namun tidak sengaja melihat kejadian tadi.

Ternyata laki-laki yang tidak sengaja bertabrakan dengan Aisya, ia bernama Rama.

Rama adalah santri putra yang begitu banyak digemari oleh santri putri, termasuk Nadia putri dari pimpinan pesantren ini, ia pun begitu sangat menyukainya. Tetapi Nadia sampai saat ini belum berani menyatakannya, dan seperti nya Rama belum tahu bahwa Nadia menyimpan perasaan padanya. Apakah Rama juga memiliki perasaan yang sama?. Oleh karena itu Nadia tak memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya terlebih dahulu.

"Allah hu akbar allah hu akbar."

Adzan maghrib berkumandang.
"Suara siapa itu merdu sekali" ucap salah satu santri putri.

"Maa syaa allah.
Suara siapa ya ini teh." tanya Siti kepada Nadia dan Aas. Mereka bertiga membawa mukena di tangannya. Menuju masjid untuk sholat maghrib berjamaah.

"Allah hu akbar Allah hu akbar."

"Aku tau. Ini suara siapa." jawab Nadia dengan tersipu malu.

"Emmm.. Rupanya ini suara si dia. iya kan Nad?" Tanya Aas dengan gurauan kepadanya.

"Apasi. Yaudah yuk ah." ucap Nadia, dan mengakhiri pembicaraan mereka bertiga agar segera menuju ke masjid.

"Hayya 'alas-shola"

"Suara siapa ini yang adzan. Bagus juga. Gue penasaran, ngintip ah" Aisya yang mendengar suara adzan tersebut, ia pun sama dengan yang lain nya, merasakan keindahan dari suara adzan itu. Dan terlebih lagi ia memberanikan diri perlahan untuk mengintip suara siapakah yang adzan tersebut.

"Hah? Itukan laki-laki yang siang tadi, dan yang sombong itu." ucap Aisya dalam hati,yang sedang mengintip laki-laki yang adzan itu.
Dan ketahuan oleh salah satu santri putra.

Genggam Harapan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang