15.Menyadari

27 4 2
                                    

      *Happy Reading*

Natasya atau biasa dipanggil Aas.
Dia masih merasa sedih atas apa yang menimpa dirinya, ia menyesali.

"Aku bener-bener nyesel Nad. Aku kehilangan semuanya, Hp aku. Ditambah iwan pergi, malau banget dijemur dilapangan." Dengan wajah pucat nya Aas menyadari dan menyesali.

"Udah As, yang terpenting kamu udah menyadari semuanya. Jangan nangis lagi, disini ada kita ko. Kamu gak sendirian." Sahut Nadia.

"Iya As, ada kita ko. Udah ya!"

"Muka kamu pucat gitu, kamu sakit?" Tanya riska yang khawatir itu.

"Engga... Ko"

"Mening lo istirahat aja, gak usah ngaji dulu.." ucap Aisya.

"Iya, biar aku yang jagain di sini, kasian." Ujar Nadia, karena Aas sendirian dan ia yang menemainya.

"Makasih ya Nad" balas Aas, Nadia tersenyum sembari membantu Aas untuk berbaring.

        ***

"Ih... Males banget sih gue harus ketemu sama si ustadz muda rese itu!" Gurutu Aisya.

"Gak boleh gitu Sya, Nanti jodoh loh."
Canda Riska, yang membuat Aisya sebal mendengarnya.

"Ih apaan sih amit-amit deh."

Mereka berjalan dan terus meledeki Aisya dengan yang bernama Alfin Syahr Ulhaq atau biasa dipanggil Alfin. Ustadz baru, keren, mana masih muda. Namun bagi Aisya tidak membuatnya tertarik sana sekali.

Sesampainya di tempat, mau tidak mau, Aisya bertemu lagi dengan orang itu. karena ustadz Alfin yang mengajar hari ini.
Ingin rasanya Aisya tutup telinga, tutup mata. Karena gak mau dengar tausyiah si ustadz so keren itu. Argh!

"Maaf, itu kenapa ya?! semua orang pokus merhatiin, tapi cuma dia yang matanya kemana, apalagi segala telinga ditutupin gitu." ucap Alfin.

Semua orang menyorakinya, terkecuali Riska, vina, Nindi.

"Huu!"

"Apaan si lo!" Sentak Aisya kepada yang menyorakinya.

"Yah, terserah gue dong. Telinga telinga gue, mata mata gue." balas Aisya kurang sopan itu.

Alfi hanya semerengeh.
"Anak muda zaman sekarang, bisanya ngelawan ya."

"Sya kamu gak boleh gitu ih." sahut salah satu santri putri.

"Tong kitu atuh kamu teh... Ka guru mah." Tembal siti.

" Udah-udah".
Kemudian melanjutkan lagi pembelajarannya sampai selesai.

           ***

(Selesai Ngaji)

"Sya, kamu gak sopan banget sama ustadz Alfin." ucap Riska.

"Dia ituuuu ngeselin."

"Oh jadi kamu udah kenal sama ustadz Alfin."

"Bukan kenal sih, lebih tepatnya emang gak kenal dan gak mau kenal."

"Wih.. Sombong amat. Sumpah Sya! Cuma kamu yang berani kaya gini apalagi ke ustad Alfin. Emang kamu gak tau? Siapa ustadz Alfin.

"Harus berapa kali gue bilang, gue gak tau dan gak mau tau."

"Emang kunaon kitu... Kamu teh kaya gak suka ke ustadz Alfin."

"wle" Aisya menjalurkan lidahnya.

"Gue kalau ketemu dia pasti sial. Udah dua kejadian." Gerutu Aisya.
"Coba ceritain awalnya kamu ketemu sama ustadz Alfin." Pinta Riska.

"Oke, jadi gini..." Aisya menceritakan kejadian waktu itu.

**
Pertama. Di jalan gue lagi buru buru bawa buku banyak, dia nabrak gue gitu aja. Waktu itu dia bawa koper, buku gue jatuh semua eh dia langsung   jalan gitu aja. Nggak tanggung jawab,  buku gue jatuh berantakan. Awalnya sih gue gak kenal dia. Ternyata dia ustadz baru ya kan?.
Kejadian ke dua:
"Gue waktu itu penasaran sama suara adzan Rama kan bagus banget tuh.. Gue pengen tau jadwal rana Adzan hari apa aja.. Yaudah gue diem-diem ke masjid ngeliat jadwalnya.

 Yaudah gue diem-diem ke masjid ngeliat jadwalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Yaudah akhirnya gue tau deh jadwalnya."
Seneng dong gue liat disitu posisinya lagi sepi. Eh tiba tiba muncul tuh si manusia aneh.
Gue juga gak kenal siapa dia. Terus bilang..
"Ehem-ehem, inikan kawasan putra ya.. Ko saya baru lihat ada santri putra pakai hijab."

Nah pas dia bilang gitu. Kebetulan waktunya mendekati adzan dzuhur. Otomatis banyak orang-orang pada dateng, ngedenger orang aneh yang ngeledek gue tadi. Dan salah satu diantara  mereka ada yang ngomong "Kayanya ada yang mau ikutan sholat jamaah dzuhur nih, tapi lupa malah pakai hijab, bukan peci hahahaha."

Semuanya ketawa dong.. Malu banget gue.. Sumpah!!
Untungnya dateng Rama.

"Maaf-maaf, ada apa sih. Bukannya langsung pada masuk"

"Ini, ada  orang yang pengen ikut jama'ah dzuhur, tapi malah ngintip-ngintip ngeliat jadwal adzan."
Mendengar ucapan si ustad rese itu, Aisya pengen sekali meremas mukanya.

"Kenapa kamu bisa di sini sya? Hemm, kalau untuk  santri putri jamaah nya di Aula Sya."  ucap Rama.

Ah dari pada makin panjang mening gue pergi.

"Oiya Ram, maaf kalau kedatangan gue disini salah."

**
"Hahahaha. Asli sih! Malu banget kalau jadi kamu Sya. Pasti merah tuh pipi." Balas Riska  ketika mendengar cerita dari Aisya.

*Baca lagi di chapter sebelumnyaya.. ada penambahan😁*
*Maaf banget baru munculin part baru lagi*
*ceritanya ke gantung, Soalnya udah balik pondok lagi😖*

*Masih banyak kelanjutannya. Pantengin aja dulu🤗*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Genggam Harapan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang