~Karena jika dipaksa memilih, aku hanya ingin kembali ke hari itu.
-R-
***
Dalam dua puluh empat tahun, Jeon Jungkook lupa, namun air mata yang jatuh terakhir kali di depan orang lain adalah 15 tahun silam, kala ibunya mengerang di bawah palang yang berkobar api, sementara dia yang terlalu kecil untuk menolong hanya bisa terisak di bawah meja. Menggapai namun tidak bisa.
Selepas hari itu, bahkan untuk kondisi paling menyakitkan sekalipun, seorang Jungkook hanya akan sampai pada desah berat juga mata terpejam. Mengigit ujung bibir agar air mata tidak sampai tumpah.
Dan hari ini ... untuk pertama kalinya Jungkook bersedia menjatuhkan air. Di depan Kim Seokjin, ketika pemuda itu dengan sorot mata terlampau tulus memintanya menjadi kekasih.
Tidak ada embel ranjang.
Tidak ada embel simpanan atau selingkuhan.
Kenapa rasanya justru menyakitkan?
"Jungkook-ah, hey ... kenapa menangis? Sayang ... hey."
Seokjin yang sama sekali tidak mengerti kenapa pemuda di hadapannya terisak hebat tanpa suara hanya bisa panik. Dengan gugup menarik pemuda itu dalam dekapanya, membelai punggungnya pelan berharap bisa menenangkan.
Menyakitkan ketika melihat bagaimana seseorang menangis hingga tersedu sedan. Namun jauh lebih buruk ketika bahkan Seokjin tidak bisa mendengar suaranya. Hanya tarikan napas kasar pada hidung, serta desah frustrasi yang tertahan.
"Sayang ... dengar, a-aku hanya mengatakan apa yang aku pendam sejak lama. K-kamu tidak perlu merasa terbebani dengan hal itu. A-aku biasa-"
Belum sempat merampungkan kalimat, sebelah tangan tahu-tahu bersarang di mulutnya. Memintanya berhenti sementara si empu yang punya menggeleng dengan kuat, air matanya masih deras, juga lengkung bibir searah gravitasi yang membuat Seokjin kian merasa buruk dan putus asa.
Kenapa menangis saja bisa seimut ini?
'Kamu tidak bersalah, tapi mencintaiku ... apakah kamu sudah memikirkannya?'
Seokjin mengerjap, menatap satu persatu isyarat tangan itu dengan perasaan campur aduk. Jungkook mengusap kasar air di wajahnya dengan punggung tangan membuat bukan hanya pipi, tapi juga puncuk hidung dan matanya memerah.
'Kamu tidak tahu menyatakan cintamu pada orang yang seperti apa, kamu tidak mengenalku, dan kalaupun kamu tahu maka kamu akan-'
"I know ...."
Seokjin menghentikan gerakan tangan itu. Menangkup dengan kedua tangan miliknya lantas menggenggam erat. Sorotnya serius dan jujur. Membuat Jeon Jungkook untuk beberapa jeda hanya bisa terpaku di tempatnya.
"Kamu mungkin tidak akan percaya tapi sebetulnya, Kookie ... aku, aku sudah tahu tentang dirimu." Seokjin mengucapkan tiap kalimat dengan getir. Menelan ludah susah payah. Dan Jungkook mengerjap, wajahnya pias, begitu juga suhu tubuh yang mulai mendingin.
'Termasuk pekerjaanku?'
Dia tidak bisa untuk tidak bertanya, dan Seokjin dengan lemah mengangguk. Tersenyum tipis sekalipun senyum itu begitu rapuh.
*Flashback*
"Boleh bicara sebentar?"
Min Yoongi tiba-tiba duduk di seberangnya. Sore hari sebelum pulang kantor, Seokjin mendongak dari layar tab di tangannya dengan sebelah alis terangkat. "Sejak kapan butuh izin? Biasanya juga asal cerocos." Dirinya terkekeh, namun Yoongi tidak mengubah garis muka sama sekali. Dan itu membuat Seokjin sadar bahwa sahabat sekaligus sekretarisnya hendak membicarakan hal penting.
![](https://img.wattpad.com/cover/292725266-288-k881475.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXIEST SILENT ( Jinkook Story)
Fanfiction"Dia pelacur, dan dia bisu." This is just a fanfiction, so ... jangan disangkut pautin sama real life oke? Enjoy!