(01) Hari Berhujan

2.7K 138 51
                                    

~Bibirnya ... adalah hal paling sulit tuk dilupakan.

-Y-

***

🎶It was fun to start

Up and down in itself

I’m tired of each other

On the meaningless feeling of consumption🎶

Seesaw, sekali lagi menggema memecah hening dini hari di sebuah kamar hotel  yang tampak luxury hanya dengan menatap funiturnya saja. Aroma uang tercium dari tiap sudutnya, seakan hendak menegaskan pada kaum pengkhayal sekalian bahwa untuk bisa berbaring di atas kasurnya saja haruslah keluar pundi yang tidak sedikit.

Tapi tunggu dulu sebentar ... ada aroma lain yang lebih menyengat sekarang ini. Aroma amis memabukan yang jika kau ... bukan salah satu dari mereka yang sudah masuk usia dewasa, maka kau akan menganggapnya amis dan menjijikan.

Berasal dari ranjang king-size yang tampak acak-acakan, sisa pergulatan dua manusia di balik gulungan selimut yang kini salah satu di antaranya meringis sedikit, berusaha melepaskan diri dari lengan kekar yang melingkari pinggangnya dengan erat.

'Tua bangka bangsat! Sudah hampir masuk kubur tenaganya masih kuat saja.'

Dengus kecil serta umpatan dalam hati menjadi pengiringnya turun dari atas dipan. Meregangkan badan yang polos tanpa sehelai benang itu sebentar sebelum berakhir melenggang ke arah meja kopi. Meraih ponsel pintarnya yang sejak semula menjerit minta ditengok.

3 missed call

3 message

Bitchy-Jim

[Hey yo bitch! Kau sedang bersama pelangganmu?]

[Kalau sudah selesai bisa tolong pergi ke Rs. Gangnam?]

[Jihoon masuk UGD]

Bola matanya membesar, rasa kantuk di mata, lelah di badan, juga perih di ujung bawah sana mendadak hilang. Sebagai gantinya si pembaca pesan lekas menyambar pakaian yang berserak di lantai, persetan jika bau amis yang menempel di badannya tak sempat dibersihkan, ada hal lebih mendesak lagi sekarang.

Enam menit, dan dia sudah sempurna ke luar dari kamar hotel itu tanpa mempedulikan sama sekali pria kepala 5 yang masih mendengkur di atas ranjang bagai seekor babi tua. Toh uang hasil 'keringat'nya tadi malam sudah mengendap di dalam rekening dengan aman.

Ting!

Pintu lift terbuka, dan wajah yang pertama kali dia lihat adalah ... pria pucat dengan rambut ikal jelaga, berdiri di sudut kanan sambil menenggelamkan kedua tangannya di dalam saku celana jeans.

Ekspresi dingin lagi datar yang ditunjukan pemuda akhir 20 itu sudah cukup jadi alasan untuk tidak dipedulikan lagi. Menjadikan keberadaan mereka yang hanya berdua di ruang sempit itu serasa hening bagai di pemakaman.

"Apa kau baru saja selesai bercinta?"

Serangan dadakan dari si pucat, dan itu membuat empu yang ditanya membola kaget. Ekspresi wajahnya itu seakan bertanya, 'bagaimana kau tahu?'

"Baumu amis sekali tuan, harusnya kau mandi sebelum pergi."

Seakan sudah bisa menebak maksud tatapan dari sang lawan bicara-yang tak kunjung bersuara-pria itu menjelaskan lagi.

Orang yang dipanggil tuan tadi mengerjap sebentar namun kemudian terkekeh, mengeluarkan ponsel dari tas kemudian menulis sesuatu di sana.

Apa kau mau bercinta denganku juga?

SEXIEST SILENT ( Jinkook Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang