HALO HAI,
HAPPY READING
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN 😼
***
"Nara?"
Langkah kaki Nara terhenti, ia menoleh lantas tersenyum ketika mendapati Altair yang berjalan ke arahnya. "Ada apa?" tanya Nara saat Altair sudah berdiri di hadapannya.
"Minggu ini lo ada waktu?"
Nara berpikir sejenak, hal itu membuat Altair menyimpulkan sesuatu. "Kalau lo nggak bisa, nggak papa, kok."
"Em ... aku bisa kok. Langsung ke cafe book, kan?" tanya Nara memastikan.
"Ya," jawab Altair seadanya.
Jika dipikir-pikir, ia sudah cukup lama tak berkunjung ke sana. Terakhir kali ia ke sana bersama Daniel. Itupun tidak membuat Nara cukup nyaman karena Daniel memang bukan seorang pembaca, cowok itu cepat bosan. Lagi pula, ia juga rindu menikmati matcha latte bersama Altair seperti sebelum-sebelumnya.
"Bagus, disuruh ke kantin malah ngobrol berdua di sini?" Daniel datang dengan tatapan tak bersahabat pada dua orang itu. Ia melirik Altair dan Nara bergantian penuh curiga, lalu tanpa aba-aba ia langsung menggenggam tangan Nara. "Ayo!"
Sampai di kantin, Daniel mendudukkannya dengan paksa. Sontak, Ares, Erick, dan Theo langsung mengeryit heran.
"Wadaw, nggak baik nih auranya," celetuk Theo seraya mengusap tengkuknya.
"Itu karena emang ada lo," jawab Erick lalu terkekeh pelan.
"Ini Daniel ngusir kita secara halus nggak, sih?" tanya Ares.
Ucapan beranda godaan dari ketiga cowok itu terus bersahutan, membuat Nara semakin lama semakin malu dan memilih menunduk. Menyadari sikap Nara, Daniel tanpa sadar tersenyum tipis. Gadis ini, ternyata bisa tersipu juga.
"Daripada kalian bertiga bacot, mending pergi deh!"
"Nah, kan, lo bener, Res. Yoi, bro. Kita pergi, inget ini di kantin," ucap Theo membuat Daniel mengeryit. Selanjutnya ia mendelik tajam.
"Lo kira gue mau ngapain, njing?!" sentak Daniel membuat ketiga temannya langsung berlalu cepat.
Setelahnya tidak ada pembicaraan. Keduanya kompak tidak ingin membuka pembicaraan lebih dulu, lagi pula tidak ada hal menarik yang akan dibahas. Mau membahas hal tak penting pun rasanya aneh. Nara melirik Daniel yang malah asik bermain ponsel seraya menyender pada tembok. Ia mendesah, lalu apa maksud Daniel membawanya ke sini?
"Sebenernya ada apa?"
Daniel melirik, akhirnya Nara bertanya. Jujur, ia juga bingung untuk memulai lebih dulu. Daniel kurang pandai untuk berbasa-basi. Sekarang, ia sibuk menyusun pertanyaan dan perintah yang harus Nara jawan dan patuhi. Setelah terdiam cukup lama, Daniel mendesah panjang. Ia meletakkan handphonenya lalu sedikit merubah posisi hingga sepenuhnya menatap pada Nara.
"Lo udah tau tentang Dania?"
"Adik kamu itu?"
"Hm, gue pikir itu jadi rahasia. Jangan sampai semua orang tau kalau Dania adik gue," jelas Daniel.
Nara mengerutkan kening. "Cuma masalah itu?"
Daniel menggeleng. "Itu bukan masalah besarnya."
"Terus?"
"Mulai saat ini, jangan terlalu deket sama orang. Terlebih orang yang tetiba baik, dan sok dekat sama lo," perintah Daniel. Nara mengerutkan alis, merasa aneh dengan permintaan tiba-tiba Daniel. Belum sempat ia membuka mulut untuk membantah, Daniel sudah menyahutnya lebih dulu. "Nggak perlu lo tanya alasannya apa, Nara. Turuti aja perintah gue."

KAMU SEDANG MEMBACA
Daniel Owns Me
Teen Fiction[Heartbeat] "Sekali lo berurusan sama Daniel. Kecil kemungkinan lo buat lepas dari dia. Karena Daniel, bukan orang yang mudah lepasin lawannya." Daniel Aska Sagara, sudah bukan rahasia umum lagi jika orang-orang menyebutnya sebagai cowok yang tidak...