"Diam berarti iya!"
-Nachita Ruby Indira***
Ruby membereskan alat-alat tulisnya ke dalam tas. Bel pulang sudah berbunyi, hingga membuat penghuni nyata sekolah buru-buru meninggalkan area sekolah.
"Ruby, gue duluan ya. Abang gue dah nunggu diluar," pamit Aura.
"Oke, titip salam buat bang Daffa!" teriak Ruby.
Aura mengacungkan jempolnya sebagai jawaban. Daffa adalah kakak laki-laki kandung Aura yang memiliki umur selisih satu tahun saja dengan Aura. Karena parasnya yang tampan membuat Ruby selalu menitip salam untuknya.
Ruby merasa dirinya beruntung menjadi teman Aura, karena ia bisa saja modus ke Daffa dengan alasan bermain bersama Aura.
Ruby berjalan menyusuri koridor menuju parkiran sambil bersenandung. Sekolah masih belum terlalu sepi karena masih ada OSIS yang berkegiatan dan anak ekskul yang tengah latihan.
Ditengah perjalanan, Ruby menghentikan langkahnya mendadak. Mulutnya yang tadi mengeluarkan senandung kecil kini terbuka begitu saja tanpa suara. Alis tebal nya bertaut menandakan ia tengah mengingat-ingat.
"Yang mirip Jungkook belum glow up itu bukan, sih?" gumam Ruby menatap cowok yang berjalan santai dihadapannya.
"Ya!" seru Ruby ala-ala Korea. Dia justru berpikir orang itu paham, nyatanya tidak. Buktinya ia tidak menoleh.
"Woy!"
Barulah orang itu menengok usai suara besar buatan Ruby keluar. Sesaat saja, orang itu langsung memalingkan wajahnya dan meneruskan kembali langkahnya yang sempat terhenti oleh Ruby.
Tak ingin kehilangan kesempatan, Ruby lantas mengejar cowok itu yang juga menuju ke parkiran.
"Tunggu dulu!" teriak Ruby.
Bergegas Ruby menghampirinya dan tersenyum.
"Apa?" Suara berat dari cowok itu keluar.
"Nama lo pasti Juki, kan? Kenalin, gue Ruby."
Ruby menyodorkan tangannya, namun tak kunjung dibalas membuat ia menarik kembali tangannya.
Cowok yang dianggap Ruby memiliki nama Juki itu menatapnya aneh. Namanya Arka kenapa tiba-tiba dipanggil Juki, batinnya.
Arka menyalakan motornya dan meninggalkan Ruby yang masih berdiri menatap kepergiannya tanpa pamit.
Tak tersinggung, Ruby justru mengambil kesimpulan sendiri. "Fix! Nama dia Juki! Dia diam berarti iya!" putus Ruby.
***
Ruby mengetuk-ngetukan jari telunjuknya pada sisi ponselnya. Jempolnya sibuk menggulir layar ponsel tak tahu arah.
Ia menghela napas panjang, kemudian beranjak ke luar kamar dan meninggalkan ponselnya tergeletak di atas kasur.
Satu hal yang Ruby inginkan saat ini, susu. Gadis itu perlu susu untuk membantunya agar cepat tidur. Ia turun menuju dapur, namun langkahnya melambat kala melihat seorang pria paruh baya berada di ruang keluarga dengan jari yang terus sibuk di atas keyboard laptopnya.
"Papa kapan nyampe nya?" Ruby mengurungkan niatnya dulu untuk membuat susu. Ia menghampiri pria yang ia sebut sebagai Papa tersebut.
"Putri Papa kok belum tidur? Udah malem banget lho, ini," ucap Adi- Papa Ruby, mengusap lembut kepala Ruby.
Ruby berdecak. "Ish, pertanyaan Ruby belum dijawab!"