10. Serba Salah

95 56 3
                                    

"Pa, Ruby minta Papa jelasin sekarang!" pinta Ruby begitu tiba di rumah. Daritadi sejak di restoran ia hanya diam, bahkan di mobil pun ia diam. Ruby tidak ingin hal buruk terjadi saat Papanya sedang menyetir nantinya.

Adi berjalan mendekati putrinya. Ia peluk sambil berucap, "kamu anak kesayangan Papa. Papa selalu sedih saat kamu selalu sendirian di rumah ini, Nak. Kesepian. Maka dari itu Papa memberi kamu Mama Sena dan Kayla. Nanti kalian akan tumbuh bersama di rumah ini."

Ruby melepas dekapan Adi. Ia menatap manik mata Papanya. Sorot kesedihan terlihat jelas dari matanya. Bukan. Bukan dia yang kesepian. Jelas dari sini bahwa Papanya lah yang kesepian. Ruby sama sekali tidak merasa kesepian. Selagi ada Papa di sisinya, itu sudah lebih dari cukup.

"Ruby hidup berdua sama Papa di rumah ini aja udah cukup, lho, Pa. Ruby nggak mau ada orang asing yang tiba-tiba masuk ke keluarga kita." Pandangan Ruby memburam tertutupi air mata. Cukup dengan sekali kedipan mata, maka air mata yang menggenang di pelupuk mata Ruby akan luruh deras.

"Nggak, Nak. Mereka orang baik, kok. Papa kenal betul dengan mereka. Tante Sena adalah teman Mama kamu dulu. Tetapi dia ditinggal oleh suaminya karena kecelakaan. Kamu nggak usah khawatir, ya?" Adi coba meyakinkan Ruby yang saat itu sudah sesenggukan menangis. Diraihnya putri tunggalnya ke dalam dekapannya.

Ruby hanya takut jika Sena dan Kayla masuk di kehidupannya, Papanya akan lebih memilih mereka dibanding Ruby. Ini akibat dia sering membaca novel genre broken home. Makanya Ruby parno. Takut dari novel yang dia baca itu betulan terjadi di dirinya nanti.

"Papa sayang kamu," bisik Adi mengecup puncak kepala Ruby.

***

Hari Senin

Ruby kembali ke sekolah seperti biasanya. Murid-murid keluar kelas menuju lapangan begitu bel upacara dibunyikan. Ruby bercermin sebentar sembari mengenakan topi.

"By, ayo."

Dirasa sudah rapi, Ruby pun menyusul teman-temannya yang beberapa sudah menyusun barisan. Keringat mulai timbul dari kulit. Pagi ini terasa sangat panas. Padahal baru pukul 7.

Upacara berlangsung. Ruby teringat satu hal. Juki. Ya, si Arka yang diberi nama Juki oleh Ruby. Ia pun menoleh sedikit untuk melirik ke barisan kelas Arka. Ia amati dulu sekitar, takut jika ia diciduk pengawas barisan.

Nihil.

Ruby mengerutkan alisnya. Mungkin Ruby kurang teliti, batinnya.

"Da, Juki tadi pagi sebelum upacara ada nggak di kelas?" tanya Ruby berbisik pada Meda, murid yang satu kelas dengan Arka. Kebetulan sekali dia baris di samping Ruby.

Meda mengerutkan keningnya bingung.

Ruby menepuk dahinya. Bodoh, nggak semua orang tau kalau Juki itu Arka. "Arka," ralat Ruby.

Meda menggeleng.

Ruby berdecak. "Tasnya? Ada nggak di kursinya?"

Meda menggeleng lagi.

Tidak ada kelanjutan percakapan. Ruby pun memilih untuk melanjutkan upacara saja. Urusan Arka, biar setelah ini ia urus. Kemana perginya cowok satu itu.

Hello, Chingu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang