Jaehyun agaknya tidak begitu fokus dengan pekerjaannya kini, bawahannya yang memang berada satu ruangan dengannya menatap sang atasan bingung sekaligus penasaran─hal apa yang membuat seorang CEO itu bisa tidak fokus dan mengabaikan rapat yang sedang berlangsung.
"Tuan Jung, apa ada masalah?" Barulah setelah Jaehyun di tegur oleh asistennya, lamunannya buyar─ Ia mengerjap dan menatap satu persatu manusia yang juga menatapnya.
"Huh?"
"Anda sepertinya sedang ada masalah jadi tidak bisa fokus, apa sebaiknya kita undur saja rapatnya, tuan?" Mendengar ucapan asistennya─Na Yuta─yang seperti khawatir dengan keadaannya, Jaehyun lantas duduk tegap dan mengubah raut wajahnya seperti biasa. Tegas dan tajam.
"Ya, sepertinya lebih baik seperti itu. Kalau begitu kalian boleh pergi kebetulan waktu sudah menunjukan jam makan siang. Aku akan mengatur ulang waktu rapatnya dan kalian harus siap kapanpun aku memutuskannya."
Perkataan Jaehyun adalah mutlak. Maka dari itu satu-persatu bawahannya undur diri untuk kembali keruangan masing-masing atau sekedar membeli makan dan menyiapkan bahan untuk rapat nanti. Sekarang hanya tersisa Jaehyun dan asistennya.
"Ada apa, bocah? Kau sangat menyedihkan tadi beruntunglah aku segera menyadarkamu." Mereka sebenarnya adalah sepasang teman dekat, maka tidak aneh jika sudah berdua seperti seorang teman kebanyakan.
"Hah~aku hanya memikirkan Jeno. Dia tidak bicara atau bahkan menerima sentuhanku akhir-akhir ini, dia sering menolak dengan beribu macam alasan dan selalu menghindariku. Aku pikir dia sedang marah padaku, tapi mengapa? Aku bahkan merasa tidak berbuat salah padanya." Jaehyun berujar frustasi. Mengacak surai nya kasar dan memangku wajah.
"Coba kau ingat-ingat lagi, mungkin kau memang memiliki salah padanya. Jikapun kau merasa tidak berbuat hal itu langsung tanyakan saja pada Jeno, itu hal mudah."
"Kau seperti tidak tahu saja bagaimana sifat Jeno, dia cenderung tertutup dan selalu menyembunyikan masalahnya sendiri, aku harus memaksa dan membujuknya ribuan kali agar dia bisa membagi sedih dan dukanya padaku. Tapi kembali lagi, Jeno tidak akan dengan mudah mengungkapkan pikiran dan masalahnya." Mendesah lelah, Jaehyun melirik ponselnya yang tergeletak di atas meja. Ponselnya sedari tadi tidak menunjukkan balasan pesan dari Jeno. Padahal Jaehyun mengirim pesan itu setelah dia berangkat bekerja dan sekarang waktu menunjukkan jam makan siang. Apa Jeno sibuk? Ataukah Jeno memang sengaja menghindarinya?
"Lebih baik kau pulang Jaehyun. Aku cukup prihatin dengan keadaanmu saat ini. Aku akan mengatur semuanya dengan karyawan lain, jikapun ada yang penting aku akan segera menghubungimu." Ahh Yuta ini memang sangat pengertian sekali.
"Baiklah, aku percayakan kantor padamu. Doakan aku semoga Jeno bisa cepat kembali menjadi Jeno yang asli." Yuta acungkan jempolnya.
Maka dari itu Jaehyun dengan terburu membereskan barang-barangnya dan menenteng tas di tangan kanan sementara jasnya sengaja di gantungkan di lengan kiri. Melambaikan tangan pada Yuta sebelum dirinya menghilang dari ruangan persegi itu.
Jaehyun harap setelah pulang Jeno sudah membaik.
✧✦✧
Hari ini segini dulu ya, cek ombak dulu rame apa nggak.
Don't forget to vomentnya, biar makin semangat lanjutin ceritanya😉
![](https://img.wattpad.com/cover/308899638-288-k949103.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SPECIAL HUMAN
FanfictionJeno sebagai lelaki Istimewa. Male-pregnant,ofc boy(s)love