─3

1.6K 199 21
                                    

Jeno sedang memandangi langit yang kian menggelap saat Jaehyun memeluk tubuhnya dari belakang. Ia hanya diam, membiarkan Jaehyun melakukan apa yang di inginkan.

Lelaki yang lahir di bulan penuh cinta itu menopang dagu di pundak yang lebih sempit, memandang figur wajah lelaki manisnya yang masihlah muram. Jaehyun kecup lama pipi tirus Jeno dan tersenyum lebar─ walaupun aksinya sama sekali tidak di tanggapi.

Setelah kejadian tadi siang Jaehyun memutuskan berdiam diri dirumah untuk menemani Jeno, dibanding harus mengurus berkas-berkasnya yang menumpuk di kantor. Paling-paling sekarang ini Yuta tengah kewalahan menggantikan dirinya mengurus semua pekerjaan. Ingatkan Jaehyun untuk memberikan sedikit hadiah pada Yuta nanti.

"Kau tidak mengantuk?"

"Ini masih petang, belum waktunya aku tidur." Jaehyun sebenarnya tahu, Ia hanya sekedar berbasa-basi saja dan memancing Jeno untuk tidak selalu melamun dan memikirkan hal yang buruk-buruk.

"Oh ya, berapa bulan usianya? Aku lupa untuk menanyakannya." Jaehyun menanyakan topik utama yang sebenarnya sedari tadi ingin keluar dari mulutnya.

Jeno menoleh, matanya nampak bergulir acak menandakkan empunya tengah berpikir. Jeno hampir melupakan berapa bulan usia bayi dalam perutnya.

"Aku pikir 1 bulan? Entahlah, aku melupakannya."

"1 bulan ya? Berarti sudah menginjak trimester pertama?" Tanya Jaehyun memastikan. Ayolah, Jaehyun masih awam dengan hal ini.

"Ya, kurasa." Balas Jeno seadanya dan sejujurnya. Ia pun lupa menanyakan hal itu pada dokter kandungan yang seminggu lalu dirinya kunjungi─pada saat itu Jeno hanya ingin memastikan apakah dirinya sungguhan tengah mengandung ataukah tespeck nya yang salah.

"Hmm, bagaimana kalau besok kita ke dokter kandungan?" Senyuman manis terbit di bibir Jaehyun, membayangkan akan sebahagia apa dirinya memeriksa bayi dalam perut Jeno.

"Untuk apa?"

"Tentu saja untuk memeriksa keadaan bayinya." Ucap Jaehyun dengan antusias.

"Seminggu lalu aku sudah memeriksanya."

"Itu'kan seminggu lalu, itupun sendiri. Pokoknya besok kita pergi ke dokter. Sebagai gantinya aku akan cuti dan menemanimu sepanjang hari. Bagaimana? Kau pasti tidak bisa menolak lagi."

Jeno tersenyum tipis dan mengangguk ringan. Melihat keantusiasan Jaehyun membuat Jeno tidak bisa untuk kembali menolak.

"Terima kasih, sayangku. Kau memang yang terbaik." Jaehyun kembali sematkan kecupan di pipi Jeno dan semakin melesakkan wajahnya pada leher jenjang lelaki manisnya─menghidu aroma tubuh Jeno yang benar-benar harum dan membuatnya candu.

"Ternyata kau yang membuat Jeno-ku sering diam dan cemberut akhir-akhir ini, dasar anak nakal." Ujar Jaehyun yang kini mengelus perut Jeno yang masih rata. Berujar seolah tengah memarahi sang buah hati yang sudah membuatnya kelimpungan sebab sikap Jeno yang berubah. "Lain kali jangan seperti itu ya..anak baik. Perbuatan mu membuat aku sangat ketakutan."

Diam-diam Jeno mengulas senyum. Ia genggam tangan Jaehyun yang melingkar di perutnya. Jeno bersyukur memiliki Jaehyun dalam hidupnya. Namun─

"Omong-omong mengenai hal ini..Apa keluargamu akan semakin membenciku setelah tahu keadaanku? Mengingat bahwa mereka yang sedari awal tidak senang dengan hubungan kita.."

Atmosfer yang melingkupi mereka berubah cepat, pun dengan kegiatan Jaehyun dileher Jeno terhenti ketika rungu mendengar rangkaian kata yang tersirat kesedihan di dalamnya. Jaehyun terdiam, tidak mampu untuk menjawab atau sekedar menanggapi pertanyaan yang di lontarkan Jeno.

"Mereka pasti akan semakin membenciku dan sudah dipastikan aku tidak memiliki peluang untuk diterima di keluargamu. Mereka membenciku sejak pertama kali aku menginjakkan kaki dirumah mu, mereka bilang aku pembawa petaka dan membuatmu menjadi pembangkang setelah mengenal diriku. Sebegitu buruknya kah aku dimata mereka? Sampai-sampai setiap hal yang aku lakukan selalu buruk dan salah."

"Aku tidak tahu apa masalah mereka sehingga sampai saat ini pun aku sama sekali tidak di anggap oleh keluargamu, apa mungkin karena aku tidak setara dengan keluargamu? Ataukah ada alasan kuat mengapa mereka sampai membenciku?" Jeno rasanya ingin menangis mengingat bahwa dirinya masih belum di terima di keluarga Jaehyun. Entah apa masalahnya dan alasan kuat mereka membenci nya, Jeno pun tidak tahu. Yang jelas mereka selalu menutup pintu untuk Jeno.

"Kita sudah membahas hal ini, Jeno. Tidak ada yang salah dari dirimu, mereka hanya terlalu menutup mata sehingga tidak melihat bagaimana baik dan lembutnya dirimu. Kau tidak perlu memikirkan mereka dan mendengarkan hal-hal buruk yang mereka katakan. Apalagi dikondisimu saat ini justru akan memengaruhi bayinya, kau tidak mau 'kan terjadi hal buruk pada bayi kita? Lagipula aku tidak sudi jika kau masuk dalam keluarga itu, kau terlalu suci diantara mereka yang penuh dosa." Jaehyun-nya selalu membuat Jeno merasa lebih baik. Ia tidak salah mengungkapkan semua kegelisahan dan keluh-kesah yang selama ini Jeno simpan sendiri.

Jaehyun berdiri tegak, lantas membalikkan tubuh Jeno sehingga kini mereka saling berhadapan. "Jadi sekarang, lupakanlah semua hal buruk yang terjadi di masa lalu. Tidak peduli apa yang mereka katakan, kita akan selalu tetap bersama. Lagipula kita akan segera memiliki seorang bayi di tengah keluarga kecil kita, tidak baik untuk terus memendam kebencian yang nantinya bisa berpengaruh untuk mu bahkan bayi kita. Kita akan memulai kehidupan yang baru, Jeno. Hidup penuh cinta dan penuh kebahagiaan di dalamnya. Hanya ada kita bertiga.."

Direngkuhnya pinggang ramping Jeno dan membuat jarak terkikis secara tiba-tiba. "Dan..terima kasih atas semua yang kau berikan padaku. Aku sangat mencintaimu." Bibir Jaehyun mendarat sempurna di dahi Jeno, berikan kecupan singkat yang mampu membuat jantung Jeno berdetak cepat.

Berjinjit demi menggapai leher Jaehyun untuk dirinya rengkuh, begitupun Jaehyun yang memeluk tubuh Jeno dan menenggelamkan wajahnya pada perpotongan leher si manis.

"Aku pun─sangat mencintaimu, suamiku."

Untuk sekarang biarkanlah mereka menyecap kebahagiaan.

✧✦✧

Gimana nih sama ceritanya? Paham ga sih sama apa yang aku tulis? Sksk smoga paham2 aja ya..

thank u untuk klian yg sempatin waktu baca cerita ku smpai chap 3 ini, aku harap klian trus suport aku dengan voment dan kasih kritik sarannya.

Sekali lagi terima kasihh😊💗

SPECIAL HUMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang