"Mau mampir sebentar? Sepertinya kita membutuhkan sesuatu." Di tengah perjalanan menuju rumah. Jaehyun memberhentikan mobil tak jauh dari area supermarket. Ia pikir ada sesuatu yang harus dibeli.
"Memang nya apa yang harus di beli?" Jeno bertanya.
"Susu untukmu dan beberapa makanan lain nya. Kau membutuhkan itu, sayang." Jaehyun membuka seatbelt nya dan Jeno. Membalikkan tubuh sehingga kini berhadapan dengan Jeno yang menatap nya bingung.
Jaehyun tatap teduh rupa Jeno sebelum keluarkan suara. "Terima kasih ya.. karena tetap mempertahankan janin nya, walaupun kau tahu sendiri resiko yang akan kau hadapi nanti nya."
"Aku sangat bahagia namun tidak menutupi bahwa aku juga merasa cemas akan kondisimu kedepan nya nanti, maka dari itu biarkan aku terus menjaga dan mengawasimu, biarkan aku melakukan tugasku memberikan yang terbaik untukmu dan untuk anak kita."
Jeno terdiam. Menyerap tiap kata yang baru saja Jaehyun ucapkan. Perlahan senyum nya mengembang membentuk lengkungan indah pula pada mata. Ia bawa jemari lentik untuk mengusap kasar nya telapak tangan Jaehyun.
"Aku pikir keputusan yang aku ambil sangatlah tepat, mengingat kau yang sedari awal sangat bahagia mendengar aku tengah mengandung, aku tentu tidak tega untuk membuat nya tiada dan membuatmu sedih nanti nya. Alasan kuat lain nya aku mulai menyayangi bayi ini." Jaehyun bawa jemari Jeno untuk di kecup, mencurahkan segala rasa lantaran ungkapan Jeno yang sangat berdampak untuk hati nya. Jenonya sudah menerima bayi mereka.
"Mengenai resiko yang akan aku hadapi nanti..aku akan menyiapkan segala yang aku bisa untuk setidak nya mengurangi rasa sakit. Pun ada kau yang akan selalu menguatkan aku. Maka dari itu jadilah suami, ayah yang baik dan siaga, hm? Karena aku akan selalu membutuhkanmu setiap saat." Jaehyun mengangguk dengan spontan. Tentu saja Ia akan selalu sedia setiap saat Jeno membutuhkan nya. Membantu atau setidak nya mengurangi beban yang semakin hari akan berat Jeno hadapi. Jaehyun akan membantu dengan sekuat tenaga.
"Apapun yang kau inginkan akan dengan senang hati aku kabulkan." Ucapan nya mengundang senyuman si manis makin melebar. Jaehyun rasa-rasa belum pernah melihat senyuman itu. Senyuman yang sangat berdampak buruk untuk nya.
"Baiklah, sebagai tahap awal ayo berbelanja untuk kebutuhan kita─ termasuk untuk bayi ini."
"Aku lebih suka vanilla."
"Heran, kenapa bisa varian rasa yang kau sukai cepat berubah?" Meskipun begitu Jaehyun tetap memasukkan beberapa kotak susu dengan rasa yang baru saja Jeno inginkan kedalam troli.
"Bukan keinginanku─" Jeno menjeda, melihat-lihat sekeliling nya yang dirasa cukup sepi." Tapi keinginan bayiku." Ucapnya berbisik.
Jaehyun menatap sinis." Bayi kita." Koreksi nya tanpa sadar menaikkan suara.
"Hey, pelankan suaramu." Peringat Jeno.
Bukan nya apa, Jeno hanya belum menyiapkan hati untuk menerima setiap reaksi orang-orang tentang keadaan nya.
"Ingat ya, bayi ini bukan hanya bayimu tapi bayiku juga, karena aku ikut andil dalam membuat nya─ " Bisik Jaehyun tepat di samping telinga Jeno yang kini mulai memerah padam. "─Hampir setiap hari."
Jeno kini tidak segan untuk memukul lengan Jaehyun yang berhasil mengundang ringisan. Ia menatap Jaehyun sebal dan meninggalkan nya untuk kembali melihat-lihat deretan susu yang tertata rapi di rak.
"Menyebalkan."
Pukulan Jeno tidak main-main rasa nya, apalagi ketika kesal. Jaehyun bahkan masih merasakan bagaimana kepalan tangan itu menyentuh langsung tulang nya. Tapi tidak apa, menggoda Jeno sangatlah menyenangkan─ walaupun Ia harus mengaduh kesakitan.