2

15 1 0
                                    

Seminggu setelah pesan yang lainnya berlalu, kalian kira, setelah itu apakah kami akan semakin dekat?

Jawaban nya tidak, ya tidak. Kami sangat sering bertukar pesan. Entah dia yang balas pesanku sehari setelah aku mengirimnya, entah dia yang balas pesanku 5 atau 6 jam sekali dan seterusnya.

Setiap ditanya, pasti jawabannya "astaga, gue baru liat chat lo maaf banget". Atau "hectic banget sumpah, gue baru pegang handphone. Sorry ya". Dan masih banyak alasan lainnya.

Sampai saat dimana waktu itu aku membutuhkan teman cerita, dan sepertinya tuhan waktu itu mendengarkan do'aku. Ya akhirnya dia mengirimi aku pesan, saat disitu juga aku langsung meminta apakah aku boleh bercerita atau tidak? Dan dia dengan santai menjawab boleh aja.

Saat itu, aku dan teman angkatanku dikabarkan untuk menghadap dosen. Dosen yang amat sangat super realistik. Saat itu kami di teriaki oleh beliau. Kata kasar, umpatan, dan lain lain. Dan saat itu juga aku menangis.

Aku memutuskan untuk menceritakan kejadian tersebut kepada Aksa. Lalu aksa menjawab

Aksa
enggak kok, bagus itu relatif. menurut gue, apa yang lo nilai soal diri lo sendiri sangat mempengaruhi penilaian orang lain

jadi kalo lo blm bisa terima dirilo apa adanya

dan ga pede sama apa yang lo punya

gimana orang lain mau terima?

Saat detik itu juga aku mencerna apa yang dimaksud. Ah ternyata aku paham, karena ke pesimisan yang aku rasakan. Akhirnya, dia melontarkan kalimat yang bermaksud untuk menyemangatiku.

Saat itu juga aku merasa lebih baik dan tenang. Entah kenapa, menceritakan segala sesuatu kepada Aksa memang se menenangkan itu. Dia bisa menanggapi nya dengan baik dan tidak menyudutkan siapapun.

Lalu setelah kejadian itu, kita semakin intens benar bener intens. Percaya atau tidak Aksa semakin menunjukan rasa seperti ingin melindungiku aku rasa.

Terlalu pede memang jika harus merasakan lebih awal  seperti ini. Sampai pada malam itu Aksa mengirimi aku sebuah  screen shoot.

Aksa

AmertaHey, gimana bisa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amerta
Hey, gimana bisa?

Oh. Tunggu gue punya balasannya

Aksa
Jangan lama lama yah

Nanti gue menghilang, terlelap.

Amerta
Ih iya, pelor dasar lo.

IDK yet- Alexander 23
0:16- 0:24



Aksa
Wait, di denger dulu.

Sialan, bener juga ya. Kita belum ketemu tapi gue udah bisa rindu sama lo.

Lihat, mulus sekali bukan perkataan nya Aksa? Dia memang jago sekali membuat diriku tersipu.

Lalu setelah percakapan itu terlontar, aku semakin sering bercerita hal hal kecil kepada Aksa. Dan Aksa senantiasa mendengarkan apa yang aku ceritakan dengan sabar, dan terkadang melontarkan ledekan yang jayus, tapi membuatku kesal.

Kemudian, aku dan Aksa sering melakukan obrolan malam hari lewat telpon. Suara Aksa yang lembut dan menenangkan itu, sukses membuatku bisa tiba-tiba tertidur pulas di tengah - tengah cerita. Aku malu sekali saat terbangun dan membuka pesan dari Aksa.

Dan saling bercerita melalui telpon  itu menjadi sebuah kebiasaan baru untuk aku dan Aksa. Entah aku yang menemaninya bermain game, entah dia yang menemaniku mengerjakan tugas dan dia mendengarkan sambatan sambatan yang aku lontarkan saat mengerjakan tugas tersebut. Dan seterusnya tanpa ter lewatkan seharipun.

Tidak baik memang, iya tidak baik untuk jantungku.

Saat itu tanpa ada angin, hujan, petir, dan badai Aksa mengirimi aku pesan yang ternyata dia ingin melihatku.

Aksa
Hey, gue mau liat lo dong.

Amerta
Mau liat gue? Mau ngapain? Gue jelek tau

Aksa
Gue penasaran aja sama lo, emang gabole?

Lagi ni ya, kita juga udah 3 minggu kenal gapapa dong?

Ah iya juga, kami berdua belum pernah bertemu sama sekali, video call aja engga pernah. Kami hanya melakukan panggilan biasa. Dan sebenernya aku juga penasaran dengan sosok Aksa ini.

Amerta
Oke, tapi gantian ya?

Aksa
Gantian apa? Gue kirim lo foto gue juga gitu?

Amerta
Ya iyalah, jangan curang.

Masa cuman gue aja yang kirim, lo nya engga iw

Aksa
Hahahahaha iya, gemes amat sii

Kan, aku sudah bilang Aksa itu ahli dalam membuatku tersipu. Ah iya, aku akhirnya memutuskan untuk mengiriminya sebuah fotoku katanya aku cantik. Tapi ini beneran dia bilang gitu.

Aksa
Cantik kaya gini lo bilang jelek?

Amerta
Ya emang jelek Aksa, apaan si lo

Aksa
Mana ada. Lo cantikkk pokonya lo cantik

Amerta
Ni lo lagi ngikutin gue ajakan?

Padahal mah dalem hatinya idih najis jelek banget.

Aksa
Gaada ya gue bicara gitu di dalem hati gue.

Mata lo cantik, gue suka.

saat itu juga, detik itu juga. Laki-laki ini selalu bilang aku cantik setiap aku mengirimi fotoku. Entah aku yang berfoto sedang capek dengan muka kusam dan dekil dan masi banyak lagi.

Ya itulah Aksa, menurut dia aku cantik. Aksa tidak pernah melontarkan kata-kata yang membuatku sakit hati seperti "jelek banget" dan lain lain. Dia selalu memujiku dengan kalimat "cantik banget", "lucu banget mukanya", "mau gigit pipinya gemes banget".

Lucu ya Aksa? Bahkan mantanku saja saat aku bertanya apakah aku cantik atau tidak dia selalu menjawab "ya, cantikan relatif aku gabisa bilang kamu cantik". Alasan macam apa itu? Orang pertama yang selalu memuji diriku ya Aksa.

Lelaki pertama yang membuat aku percaya diri sama yang aku miliki ditubuh ini ya Aksa orangnya.

LengkaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang