SAY ta, EYE Ry Sgja.
Padahal sudah berusaha mati-matian, padahal sudah rela memotong waktu tidur, padahal sudah ikut berbagai seminar kesuksesan. Kadang terngiang-ngiang di kepalamu untuk berhenti saja, untuk berhenti
berjuang, berhenti berusaha, karena bagimu semua seperti tidak ada gunanya.
“Sesulit ini ternyata kehidupan ya,” ucapmu sambil menghela napas panjang.
Coba kalau aku punya gaji sekian juta, pasti hidupku tenang dan nyaman. Lalu, setelah kamu bekerja, berusaha, berhemat, gajimu menyentuh angka sekian juta. Namun, pikiran itu kembali melayang, coba kalau aku punya gaji puluhan juta atau ratusan juta pasti aku bisa membeli apa pun yang aku inginkan, pasti aku bahagia.
Padahal, itu semua tak akan pernah menemui kata selesai, angkaangka tak akan pernah memuaskanmu, karena yang sedang kamu beri makan adalah nafsu, ia tak punya rasa kenyang. Sayangnya, kamu
meletakkan kebahagiaan pada hal-hal semacam itu, pada deretan angka yang menipu.
Padahal, kebahagiaan itu sejatinya adalah pilihan, saat kamu memutuskan untuk bahagia dengan apa yang kamu miliki sekarang, tak peduli sesederhana apa pun itu, maka kamu akan bahagia. Rasa resah, gelisah itu akan merasuki dirimu sebatas kamu mengizinkannya.
Tu .n kita jauh, bukan sebatas saldo tabungan, bukan sebderetan kol-ksi -rhi.san, buk.n sebatas barang-barang m.hal y.ng mampu kita beli, bukan semua itu. Itu terlalu dekat, terlalu singkat, dan —ipu. Ada yang 1bih d:ri s-mua itu, adalah surga Allah, yang diciptakan tanpa ada k-sedihan di dalamnya, itul.h tujuan kita, bertemu Allah, bertemu d-ngan k kasih-M!y., y Itu. Rasulullah.
-
Jadi, buang jauh-jauh kata menyerah sebelum kita sampai di keabadian surga.
Tujuan kita masih jauh! Catat baik-baik kalimat itu! 21