"Oh, jadi lo yang namanya Lily?"
"Cih, apaan, sih, sok kenal."
"Hurted ballerina?"
"Em. Ceritanya seru, tapi berakhir tragis."
"Ckckck, kelakuan pemeran utamanya jangan dicontoh, ya! Masa mereka bunuh diri hanya karena punya satu kelemahan?"
"Kalau gue, sih, udah tentu nggak bakal, ya. Lo, tuh! Yang punya banyak kemungkinan! Dasar Neandra!"
***
Neandra sekali lagi terperanjat dari tidurnya. Bayangan percakapannya dengan Lily kembali terputar di otaknya. Mungkin karena pilihan sembrononya tempo hari.Ia meraih air mineral di atas nakas– berhasil tanpa terjatuh. Lalu meneguk airnya dengan cepat.
"Udah bangun?" ujar suara seorang wanita.
Bukan Lily tentu saja. Suara yang lebih dewasa dan lebih berkharisma. Kakak sulung Neandra.
"Jinan?" tebak Neandra.
Jinan berdecak. "Nggak usah sok nebak suara gue, deh. Gue pergi kuliah dulu, ya. Kalau ada apa-apa telepon aja. Gue udah nyuruh si Lily buat ganti hp lo ke mode... udahlah, lo ngerti, 'kan?"
Jinan mengoceh tanpa henti. Namun merasa tidak enak saat tidak sengaja menyinggung kelemahan adiknya.
Neandra mengerti. Lelaki itu lalu tersenyum dan membalas, "Yo. Oleh-oleh jangan lupa."
Jinan mengangguk namun tiba-tiba teringat sesuatu. "Mulai besok lo sekolah lagi. Nggak apa-apa, 'kan?" tanya wanita itu hati-hati.
Neandra membelalakkan matanya. Menoleh dengan cepat ke arah Jinan. "K-kenapa?!" Ia kira, ia akan disekolahkan di SLB atau home-schooling tepat setelah sembuh. Apa kakaknya bercanda?
"Gue udah urus surat pindahnya. Tapi masalahnya, prosedur pindah di sekolah lo katanya harus sekolah di sana dulu selama sebulan non-stop biar bisa terima surat pindah," jelas Jinan.
Neandra tahu aturan itu. Aturan itu dijalankan agar siswa yang ingin pindah dapat mempertimbangkan kembali kepindahannya.
Tapi, ayolah! Apakah pihak sekolah tidak mengerti keadaannya?
"Lo gila?! Ah! Nggak mau!" tolak Neandra.
"Daripada lo mengulang, mending sekolah dulu. Satu bulan aja," bujuk Jinan. Sepertinya wanita itu akan benar-benar terlambat kuliah sekarang.
"Lo nggak lihat keadaan gue? Gue cacat, Ji! Yang ada, mereka pasti ngetawain gue!" Neandra tidak terima. Yang benar saja, kalau ia sekolah ia pasti akan menjadi bahan tertawaan.
"Ish, sembarangan ngomongnya!" Jinan menabok mulut Neandra dengan perasaan tak karuan.
"Siapa yang ketawain lo?! Hm?! Biar gue jadiin samsak satu-satu," kata Jinan sambil menggulung lengan jas almamaternya.
Ya. Jinan juga salah satu pelatih Lily di klub silat sekolah. Jadi tidak heran, kedua gadis berbeda umur itu saling kenal.
"Gue nggak butuh dibelain sama Lo!" dengus Neandra.
Jinan tergoda untuk menabok adiknya sekali lagi ketika kepala lelaki itu tiba-tiba tertunduk.
"Dengan lo belain gue, sama aja lo buat gue lebih kayak pecundang, Ji ...," ujarnya.
Jinan menghembuskan nafasnya kasar. Ia paling tidak suka suasana sentimental seperti ini.
"Lo yang lari dari teman-teman lo juga sama pecundangnya, Dek. Udah, jangan hirauin kata-kata mereka! Yang penting sekarang cuma pendidikan lo. Mama juga lagi usaha nyari donor kornea buat lo. Sementara itu, tolong, sekolah, ya?" Jinan meyakinkan Neandra dengan memegang bahu lelaki yang lebih muda darinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liliandra (NCT DREAM)
Fanfiction"Gue cinta ama Lo, Na...." "Maaf Ly, aku harap kamu dapat jodoh yang jauh lebih sempurna daripada aku." __________________________________________________ Neandra Arestawijaya (Na Jaemin) Orang yang cukup humble,.ceria dan kepedean akut, namun keper...