Bab VI

140 16 7
                                    

"Gimana keadaannya, Dok?"

Jinan menghampiri dokter muda yang baru saja keluar dari ruangan Neandra.

Ya. Gadis itu berlari secepat mungkin dari kampusnya menuju rumah sakit setelah mendengar keadaan sang adik dari Lily.

Dokter muda tadi menghembuskan nafas pelan sebelum melanjutkan. "Rupanya ada trauma lanjutan setelah peristiwa kecelakaan itu. Hal ini biasa terjadi kepada orang yang baru saja kecelakaan. Misalnya, anda tiba-tiba takut kucing setelah dicakar atau takut menaiki tangga setelah sebelumnya terjatuh dari sana," jelas Sang Dokter.

"Apakah ini serius, Dok? Adik saya bakal begini selamanya?" kejar Jinan.

Dokter itu mengangkat bahu. "Tergantung pasien. Ada beberapa yang sembuh dengan cepat, ada pula yang bertahan dengan trauma itu dalam waktu yang sangat lama. Yang penting sekarang, adik anda tidak akan bisa bertemu trotoar dan jalan raya untuk sementara," jawab Dokter.

"Kalau begitu saya permisi, Mbak," pamit Dokter itu kemudian lalu menjauh dari ruang rawat Neandra.

Lily bergegas mendekat setelah yakin perbincangan kedua orang dewasa itu telah berakhir.

"Gimana, Kak?" tanyanya.

Jinan menggeleng sebagai jawaban. "Nana udah dikasih obat penenang sama dokter. Mungkin kita bisa nemuin dia paling cepat malam nanti, deh. Kamu pulang dulu aja," bujuk Jinan. Dari seragamnya, Lily pasti belum pulang ke rumah sekalipun.

"Tapi, Kak ...," protes Lily.

"Udah sore. Orang tua kamu nyariin," potong Jinan.

"Kapan mereka nyariin aku, Kak? Dua-duanya kerja udah kayak zombie. Muak aku," tolak Lily.

Jinan menoyor kepala Lily agak keras, membuat empunya kepala melotot. "Setidaknya pikirin abang kamu yang cerewet itu, gue aja yang baru dengar dia ngoceh satu kali udah pengang telinga gue. Udah ... pulang sono! Biar gue yang jagain Nana!" perintah Jinan.

Dengan berat hati, akhirnya Lily mengambil tasnya dari kursi tunggu lalu berjalan menjauh setelah sebelumnya bersalaman dengan Jinan.

Jinan yang teringat sesuatu akhirnya memanggil Lily sekali lagi. "Lily!" panggilnya.

Lily menoleh, menampakkan wajah heran. "Kenapa, Kak?" tanyanya.

"Neandra bakal sekolah lagi lusa. Jagain dia, ya!" kata Jinan.

Lily membelalakkan mata. Neandra akan tetap sekolah? Namun segera tersadar. Ah, lelaki itu akan pindah sekolah, ya? Sebulan lagi.

Lily tersenyum lalu mengacungkan jempol. "Apa, sih, yang nggak buat Abang Jinan, wkwkwk!"–lalu bergegas pergi sebelum Jinan menimpuknya dengan high-heels 5 cm yang dipakainya.

***

"Dari mana aja kamu?"

Suara ketus dari sofa ruang tamu mahal itu mau tak mau membuat Lily menghentikan langkahnya.

Itu ibunya. Sang model profesional yang sukses. Krystal Charlotte. Wanita blasteran Rusia-Indonesia yang anggun.

Lily menoleh acuh. "Main," katanya lalu bergerak menuju lantai atas dengan gontai.

Krystal menggeleng tak menyangka melihat perilaku putrinya yang semakin tidak terkontrol. Berniat menyusul Lily, niat wanita itu terhenti karena dering telepon yang berasal dari telepon genggamnya.

"Halo?"

"..."

"Jadwal pemotretan? Hm, ya. Saya ke sana sekarang."

Liliandra (NCT DREAM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang