Gadis berseragam putih abu-abu itu berlari di koridor sekolah sambil membawa tumpukan buku cetak di tangannya. Lima menit lagi upacara di mulai, para siswa sudah berbaris rapih di lapangan untuk mengikuti upacara penaikan bendera yang dilaksanakan setiap hari Senin.
Untung saja pak Wibowo, satpam di sekolahnya memberikan izin untuk masuk. Jika tidak, anak OSIS pasti sudah mencatat namanya saat ini.
Bruk!!
Gadis itu terjatuh di atas lantai bersama tumpukan buku yang sudah berserakan kemana-mana.
Shit!
Ia mengumpat dalam hati. Cobaan apa lagi ini Tuhan?
Masih terduduk di lantai, ia mendongak untuk melihat pelaku yang baru saja menabraknya. Bahkan sampai detik itu pun, tak ada suara dari orang yang menabraknya itu.
"Lo buta ya?! Kalo jalan liat-liat dong!" Emosi gadis itu memuncak begitu saja. Entahlah, hari ini terasa sial baginya.
Tak ada satu kata pun keluar dari mulut laki-laki jangkung yang menabraknya itu. Emosi Kanara-- gadis yang tertabrak-- semakin tersulut.
"Apa sih! Lo bisu? Ga bisa ngomong? Mulut lo stiker doang?" Ocehnya sambil memunguti buku-bukunya yang berserakan di lantai.
"Sorry." Ucap laki-laki itu singkat lalu meninggalkan Kanara yang masih sibuk memunguti buku-bukunya.
Melihat hal itu, Kanara hanya bisa menganga tak percaya dengan apa yang dilakukan laki-laki itu kepadanya. Ia memutar bola mata kesal.
"GA ADA SOPAN SANTUNNYA YA LO?! SEENGGAKNYA BANTUIN GUE BERDIRI KEK! DASAR COWOK GILA!" teriak Kanara spontan.
Seluruh pasang mata di lapangan upacara yang tadinya sibuk memperhatikan gladih bersih upacara, kini tertuju pada gadis itu.
Laki-laki itu menghentikan langkahnya, memutar badan ke arah Kanara kemudian berjalan menemuinya.
Kanara yang melihat hal itu, menjadi bingung sendiri. Apakah perkataannya terlalu kasar? Tapi kan itu salah dia yang tidak mau menolong Kanara.
Sesampainya di hadapan Kanara yang masih terduduk di lantai sambil memegang buku yang telah dipungutnya, laki-laki itu mengulurkan tangan ke arah Kanara.
Kanara menatap curiga uluran tangan laki-laki itu, namun refleks menerima uluran tangan itu hingga akhirnya Kanara sudah berdiri berhadapan dengan laki-laki itu.
"Udah kan? Puas?" Tanya laki-laki itu dengan suara berat khas cowok.
"Shibal!" Umpat Kanara lalu meninggalkan laki-laki itu ke kelasnya.
Di sisi lain, sorak-sorai mulai terdengar di tengah lapangan dari orang-orang yang menonton pemandangan itu.
"Uhui piuit!"
"Aroma-aroma nih!"
"Benih-benih!"
"Dan ku tlah jatuh hati~"
Tiba-tiba suara grusuk mic terdengar. Para siswa kembali terfokus pada upacara yang sebentar lagi dimulai.
❀:ཻུ۪۪⸙
Kanara tengah sibuk memakan bakso kesukaannya. Jam istirahat ini, kantin sekolah SMK Empat Belas benar-benar penuh. Untung saja Kanara cepat ke kantin, jika tidak pasti ia sudah tidak kebagian tempat.
"Melas amat tuh muka Ra, kenapa sih?" Tanya Yeni, sahabat Kanara yang sedang duduk di depan Kanara sambil menyeruput jus alpukat kesukaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1.095 Days
Teen FictionKanara begitu mencintai sosok pria yang selalu ada untuknya itu, dia adalah Samudera. Samudera seperti sebuah lautan yang sangat luas bagi Kanara. Di sana, ia bebas melakukan apapun. Menangis, tertawa, marah, kesal, semua bisa ia luapkan di dalam l...