Author POV
Hembusan angin senja menerpa gadis yang tengah berjalan di trotoar. Ia tiba di sebuah jembatan di pinggir jalan. Matanya disuguhi pemandangan sungai yang begitu menenangkan. Bayangan jingga matahari terpampang jelas di atas air teduh itu.
Sambil mendengarkan lagu 'Luka' milik Tulus melalui earphone yang tersemat cantik di telinganya, gadis itu memejamkan matanya rapat lalu menghirup udara sedalam-dalamnya.
Kanara sama sekali tidak ada niat untuk pulang ke rumah saat ini.
Rumah yang seharusnya menjadi tempat yang penuh kehangatan, tawa, dan kebahagiaan. Jika orang-orang mendefinisikan rumah seperti itu, maka rumah milik Kanara tidak pantas disebut rumah.
Rumah yang merupakan tempat kita pulang, bagi Kanara rumahnya saat ini adalah hal yang tak ingin ia miliki.
Di sana hanya ada sepi, luka, dan banyak kenangan buruk lainnya.
Hembusan angin menerbangkan rambut hitam terurai cantik milik gadis itu. Semilir angin menyapa lembut kulit wajah mulus milik Kanara.
Langit senja mulai berganti menjadi kelabu. Sebentar lagi malam tiba. Namun tetap saja, gadis itu tidak ingin pulang.
Meski tak pulang pun, orang di rumah tak peduli. Tak akan ada yang mencarinya.
Kanara memandangi lama bentangan sungai di depannya itu. Hingga sentuhan lembut di bahunya mengagetkan Kanara. Ia terpekik tertahan.
Gadis itu berbalik dan mendapati seseorang sudah berdiri di hadapannya.
Kanara mengangkat sebelah alisnya, "Lo?"
"Lo ngapain disini?" Tanya balik sosok pria itu, dia adalah Samudera.
Kanara mengalihkan pandangannya dan kembali menatap sungai di depannya. Ia tak mengindahkan kehadiran Samudera.
Samudera memilih berdiri di samping Kanara dan ikut menikmati pemandangan indah di depannya itu.
"Cantik banget." Ucapnya singkat.
Mendengar hal itu, Kanara menatap Samudera dengan tatapan bertanya.
Merasa di tatap, Samudera membalikkan kepalanya dan mendapati Kanara yang masih menatapnya. Kedua pasang mata itu bertemu padang selama beberapa menit.
"Pemandangannya maksud gue."
Dan lo juga, Kanara.
Kanara memutuskan kontak mata, lalu merotasikan bola matanya. "Kalo ngomong disebut objeknya biar ga salah paham orang-orang." Ucapnya datar.
"Pemandangannya indah, kalo ada yang lompat sayang banget ga sih? Ngerusak suasana." Tanya Samudera dengan nada sedikit menyindir.
"Apaan sih siapa juga yang mau lompat?" Sewot Kanara. Padahal benar, ia memiliki niat untuk melompat jika saja tak ada orang ini disampingnya.
"Gue." Ucap Samudera enteng.
Mendengar hal itu, Kanara mengernyit. Entah mengapa, saat Samudera mengatakan hal itu, jantungnya seperti mencelos keluar.
"Kenapa?" Ucap Samudera terkekeh, saat Kanara tidak melepas pandangannya pada Samudera.
Kanara menggelengkan kepalanya, ia tak mau ikut campur dengan masalah orang di sampingnya ini, meskipun rasa penasarannya sangat besar.
"Lo denger lagu?" Tanya Samudera saat melihat sebuah earphone tersemat di telinga Kanara. Kanara menjawabnya dengan anggukan.
Tanpa aba-aba, Samudera langsung saja menarik sebelah earphone milik Kanara dan menyematkannya di lubang telinganya. Kanara sempat terkejut, namun tidak membantah.
KAMU SEDANG MEMBACA
1.095 Days
Teen FictionKanara begitu mencintai sosok pria yang selalu ada untuknya itu, dia adalah Samudera. Samudera seperti sebuah lautan yang sangat luas bagi Kanara. Di sana, ia bebas melakukan apapun. Menangis, tertawa, marah, kesal, semua bisa ia luapkan di dalam l...