Bonus Part

1.7K 210 38
                                    

Waktu berlalu begitu cepat. Rasanya baru kemarin Sea berjuang melahirkan bayi kembarnya dan sekarang mereka sudah berusia 5 tahun.

Pernikahannya dengan Devan berjalan dengan baik. Meski terkadang di bumbui oleh pertengkaran kecil. Hal itu wajar saja terjadi, yang namanya hidup berumah tangga antara 2 orang berbeda sifat pasti ada saja hal yang diributkan. Meski hal itu sepele pasti akan di besar-besarkan oleh salah satu pihak. Sea sadar jika ia berada di pihak itu, entah karena dia perempuan atau memang sifatnya pencemburu dan mudah overthinking membuatnya terkadang lebih sensitif dari Devan. Untung saja suaminya sangat sabar dan lebih memilih untuk mengalah.

Tidak seperti yang ditakutkan Aldi dan Arga mengenai perekonomian mereka yang bisa dibilang sangat menipis. Justru hal itu membuat Devan semakin semangat mencari uang hingga akhirnya bisa membeli rumah untuk keluarganya. Bukan rumah yang besar seperti istana, tapi setidaknya rumah itu adalah milik mereka dan lebih baik dari kontrakannya yang dulu.

Mobil? Belum, Devan belum membeli mobil meskipun sebenarnya sangat ingin membelinya. Bukan untuk pamer, melainkan untuk mengajak istri dan anak-anaknya jalan-jalan. Devan hanya membeli motor, untuk dirinya bekerja di salah satu pabrik tekstil. Mengenai Sea, wanita itu memilih untuk bekerja. Dari awal Devan tidak pernah memaksa Sea untuk selalu dirumah dan mengurus anak, Devan mengizinkan Sea untuk bekerja asal tetap ingat tugasnya sebagai istri dan ibu. Sea bekerja di salah satu industri rumahan yang membuat macam-macam kue. Anak-anak mereka akan di antar pagi menuju TK dan akan di jemput jika waktunya sudah pulang.

"Dev, kamu jemput anak-anak dulu ya. Aku belum selesai, masih ada adonan."

Sea akan selalu menghubungi Devan seperti ini jika belum selesai bekerja, sedangkan beberapa menit lagi harus menjemput anak-anaknya.

"Iya, nanti aku yang jemput. Semangat kerjanya ya, Bunda."

Meski tidak melihatnya secara langsung, Devan tahu seperti apa ekspresi Sea saat ini. Istrinya itu akan salah tingkah, pipi merona, senyum-senyum sendiri atau menutup mulutnya menahan senyum.

"Haha, Ayah juga semangat ya."

Devan menarik kedua sudut bibirnya keatas, lantaran senang di panggil ayah oleh Sea. Jarang-jarang Sea memanggilnya seperti itu. Selesai mengangkat telepon dari Sea, Devan segera melaksanakan tugasnya untuk bergantian menjemput putri kembarnya di taman kanak-kanak.

Perjalanan cukup jauh, memerlukan waktu 25 menit untuk sampai di sana. Devan menyesal karena motornya masih ada di bengkel, sehingga dirinya harus naik angkot untuk menjemput anak-anaknya.

Sesampainya di depan gedung TK Devan melihat Putri kembarnya sedang duduk di bangku luar dengan kaki yang di ayun-ayunkan. Keduanya tertawa bahagia hanya karena melihat buku gambar milik mereka.

"Karisa, Karina!" Teriak Devan membuat mata bulat 2 gadis kecil itu bergulir ke arah Devan.

"Ayah!" Teriak mereka berdua dengan wajah bahagia dan senyum lebar memperlihatkan gigi-gigi kecil mereka.

Kedua gadis itu berdiri dan menunggu ayahnya menghampiri mereka. Sesampainya di depan putri-putrinya, Devan segera berlutut menyamakan tinggi nya dengan tinggi anak kembarnya.

"Aduh, maaf ya ayah telat."

"Gak apa-apa," jawab Karisa masih setia untuk tersenyum. 

"Iya Ayah gak apa-apa," imbuh Karina.

Devan membuang nafas lega. Ia sangat beruntung sekali memiliki anak yang baik, lucu, sangat ramah, dan tidak sering bertengkar seperti anak kembar lainnya. Devan juga heran mengapa anaknya sesempurna ini, padahal dirinya sangat banyak kekurangan.

Young Parents✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang