•••
"Saya rasa meeting hari ini sudah cukup, saya tunggu tinjauan dan perbaikan dari rekan rekan sekalian." Felix bangkit, membenarkan jas hitam yang ia kenakan sebelum akhirnya berjalan keluar dari ruangan berlapis kaca tempat mereka mengadakan rapat untuk membahas proyek terbaru yang akan dikerjakan.
Pembangunan yang tinggal beberapa bulan lagi membuat seluruh staf bagian yang terlibat menjadi disibukkan dengan berbagai agenda. Termasuk rapat, rancangan pembangunan, anggaran, investor dan banyak hal merepotkan lainnya.
Keluar dari ruangan yang terletak di lantai empat dengan pemandangan perkotaan yang terpantul dengan jelas dari jendela kaca, Felix nampak sesekali mengulas senyum guna menjawab sapaan dari para pegawainya. Yah, memegang jabatan sebagai CEO gak serta merta membuat Felix menjadi pribadi yang menyebalkan dengan sikap angkuhnya. Terlepas dari fakta bahwa dirinya sering memberikan pekerjaan 'berlebihan', Felix cukup disenangi sebagai seorang pemimpin.
"Tolong kirim informasi terbaru terkait perizinan lahan ke emailku."
"Baik pak."
Changbin menyahut, masih setia mengikuti langkah sang atasan menuju ruang CEO yang terletak satu lantai di atas mereka. Memasuki lift yang sama, pemuda tampan dengan rahang tegasnya itu terlihat sibuk memainkan tablet di genggaman untuk mengirimkan apa yang Felix minta barusan.
"Datanya sudah saya kirim pak."
Tidak terlalu lama, Changbin lantas mengangkat pandangan begitu selesai dengan pekerjaannya. Sosok di sebelah sontak mengangguk singkat, sibuk termenung sembari menatap pantulan mereka dari pintu lift yang buram.
"Changbin."
Mendengar namanya dipanggil, yang lebih tua hendak menjawab namun pintu lift yang terbuka telah lebih dulu menyita perhatiannya. Melangkah keluar, Changbin kemudian mengeluarkan suara, "Ada apa ya pak?"
Menyusuri lorong menuju ruangan bertuliskan CEO di atasnya, Felix lantas menyahut dengan pandangan yang masih mengarah lurus ke depan, "Kalau aku minta kamu tinggal di apartemenku, kamu mau?"
Changbin nampak terkejut, bukan karena panggilan non formal yang Felix ucapkan namun karena permintaan tak biasa yang bosnya itu berikan. Oh ayolah, mereka telah bekerja bersama selama lebih dari dua tahun, tentu Felix tak merasa keberatan berbicara santai dengan Changbin atau sekedar menawarkan hal barusan.
"Memangnya ada apa ya pak?"
Menghela nafas sekilas, Felix lantas menghentikan langkah sebelum akhirnya menghadap penuh ke arah yang lebih tua, "Kita bakal megang proyek besar, ada baiknya kalau kita tinggal bareng untuk sementara waktu."
Ah Changbin mengerti, tentu ia yang paling tau tentang seberapa besar impian serta ambisi Felix untuk membangun mall megah yang berdampingan langsung dengan bangunan opera. Sepertinya bukan merupakan ide yang buruk jika dirinya mengiyakan tawaran barusan, lagipula Changbin merasa memang tugasnya untuk membantu Felix semaksimal mungkin.
"Kena biaya gak pak?"
Tapi tetap, Changbin tidak mau rugi.
"Gak ada biaya apapun, kamu bisa tinggal secara gratis. Sebaliknya, kamu akan mendapat banyak bonus jika proyeknya berhasil."
Sebenarnya si tampan tau kalau pertanyaan tadi hanya lah basa basi, walau ia menolak sekalipun, Felix pasti akan menghalalkan segala cara supaya dirinya mau mengiyakan. Yah, pemuda tak waras dengan sifat menyebalkan yang tertutupi dengan image malaikat miliknya. Sayang sekali orang orang tidak mengetahui seberapa iseng dan tak jelas tingkah pemimpin mereka.
"Baik kalau begitu pak, kapan saya bisa mulai pindahan?"
"Besok."
"Hah, besok? Tapi-"
"Kenapa? Kamu keberatan?"
Mendapat lirikan dari mata tajam Felix, Changbin sontak menelan kembali kata yang ingin ia ucapkan. Kepala berhias surai arang tersebut langsung menggeleng pelan, mengulas senyum tipis dengan berat hati, "Gak sama sekali pak, saya akan mulai pindahan besok."
Mengangguk dengan ekspresi yang mengundang untuk Changbin pukul, Felix lantas melanjutkan langkah tanpa memperdulikan Changbin sedikitpun. Lagipula sang asisten telah mengiyakan tawarannya dengan mudah.
Menghela nafas panjang, Changbin mulai memijat keningnya yang mendadak terasa pusing karena pemuda bernama Felix. Hey, dirinya saja baru pulang bekerja pukul enam sore, Felix pikir beres beres dan berkemas merupakan hal yang bisa selesai dalam sekali kedipan mata?
Ayolah, Changbin mulai menyesali pemikirannya untuk membantu Felix semaksimal mungkin. Bagaimana pun sosok berfreckhles itu benar benar menyebalkan, sudah banyak kesulitan yang telah Changbin lalui hanya karena Felix.
"Untung gajinya gede Fel, kalau gak, aku udah resign sejak lama dari sini."
Menggerutu pelan, pemuda leo tersebut kemudian kembali mengikuti langkah sang atasan. Mungkin akan ada banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan setelah ini.
Memikirkan kembali mengenai keputusan tentang dirinya yang akan tinggal bersama dengan Felix mulai besok, Changbin mulai terganggu dengan hal hal kecil. Misalnya rasa canggung, sungkan atau sekedar jam tidurnya yang bisa saja berkurang.
Tapi, berpegang pada motivasi terkait uang, mau tak mau Changbin harus mengesampingkan semua itu. Lagipula proyeknya akan dimulai kurang dari enam bulan lagi, tentu bukan waktu yang lama. Lagipula mereka pasti akan disibukkan dengan banyak agenda, memangnya hal buruk apa yang bisa terjadi?
To Be Continue
Ternyata lucu juga ya kalau Changbin manggil Felix 'pak', hahaha...
Tertanda, 10/06/2022
Bee, dibingungkan dengan penggunaan bahasa
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Talk, Little Meow [Changlix]
FanficMemimpin sebuah proyek besar, Felix dihadapkan dengan masalah terkait suplai pembangunan. Rancangan bangunan mall super besar yang menjadi impiannya nyaris berantakan, terlebih lagi ketika Felix mendapati dirinya yang terbangun dalam wujud kucing. M...