4. Harta , Tahta, Bunda sama Moa

225 172 14
                                    

"loh moa?"

Lelaki itu menatap Moa dengan tatapan penuh tanya, Moa sebenarnya juga sama terkejutnya seperti lelaki di depannya, namun ia hanya memasang senyumannya.

"halo kak Sean?"

"eh oh iya halo" Sean malah terlihat kikuk dan canggung.

Tidak jauh dari Sean dan Moa, Daniel sedang memperhatikan Moa yang sedang berbincang dengan temannya, Daniel merasa Sean terlalu dekat dengan adiknya, ia bangkit dari duduknya dan menghampiri Moa yang masih setia di ambang pintu bersama Sean.

"adek gue, dilarang deket deket" Daniel menarik lengan Moa dan merangkul bahunya erat, "mau masuk apa keluar?" sambungnya.

"masuk kak, permisi" Sean melenggang pergi meninggalkan Daniel dengan tatapannya yang tajam.

"ga boleh deket deket sama cowo" Daniel menekan kata katanya.

"masuk kamar aja, itu martabaknya abang taruh di dapur" Daniel melepas rangkulannya dan mencubit gemas pipi adiknya itu, sebelum Moa meninggalkannya ia terlebih dulu mengacak acak rambut cantik adiknya.

"iya abang ku sayang ~" Moa berlari kecil ke arag dapur sesuai ucapan Daniel, setelah menutup pintu rumah Daniel berjalan santai ke ruang tamu.

"yang sabar dek, abangnya positip jadi begitu" Januar menepuk bahu bahu Sean, wajahnya nampak kecewa, ini namanya sudah kalah sebelum berperang.

"posesif anjir" Agus menatap Januar dengan tatapan tajam.

"woles gus woles"

Moa berjalan ke arah dapur dan mangambil pesanannya, sedangkan Daniel ikut bergabung bersama dengan teman temannya. Dimana bundanya? -Mina, Ia sudah lebih dulu masuk ke dalam kamarnya, tidak ingin menganggu urusan anak muda katanya.

"gue ga tau bang kalau moa adek lu" Sean mengangkat dagunya dan menatap Daniel yang masih berdiri di sampingnya.

"gue baru inget lo berlima sesekolahan sama adek gue kan?"

"iya" jawab Sean, Bayu dan Kai bersamaan.

"kai sama Zaldy kelas 10 kan? Ada yang sekelas sama adek gue?" Kai mengangkat tangannya.

"gue bang, gue duduk di belakangnya juga"

"bagus, jagain adek gue dari buaya buaya macam Bayu"

"nah nah gue diem aja kena loh" Bayu memasang wajah memelas.

"oh iya, Angga mana? Bukannya tadi di markas ada?" Ravel celingukan, menyadari bahwa Angga tidak ada di sana.

"ohh dia balik ke rumah, di telfon bokapnya" jawab Daniel sambil memakan buah semangka yang sudah bundanya siapkan di atas meja.

𓈑࠭͠ 𓈒A N D E L A﹪ׄ  ׅ

Di kediaman Angga.

"paa aku itu udah dewasa, bisa milih masa depan sendiri, bukan malah kayak gini pa" lelaki itu berjongkok dan mengacak rambutnya frustasi.

"inikan demi kebaikan kamu sendiri, lagian kalau kamu ketemu orangnya juga pasti suka" pria paruh baya itu duduk di sofa dan bersandar di punggung sofa.

"ini udah bukan jaman jodoh jodohan pa, orang punya hak masing masing, Angga juga punya hak sendiri buat milih pasangan Angga pa, apalagi Angga masih kelas 11, walaupun Angga udah 18 tahun bukan berarti bisa nafkahin anal orang gitu aja pa, nikah kan sakral banget lagian bentar lagi naik kelas mikir ujian juga" belum selesai berbicara ucapannya sudah terpotong oleh Papanya.

ANGGARA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang