8. Pdkt ( Moa Pov)

178 128 13
                                    

Brum brummmm

suara derum motor itu mengejutkan ku, kulihat jam digital di meja ku, what?! udah jam 6 lebih, akupun bergegas masuk kamar mandi dan membersihkan diriku. Mandi bebek saja lalu pakai parfum biar tetap wangi pikirku.

"Moaa ! Angga udah nunggu nih sayang, kamu belum bangun?" teriak bundaku dari balik pintu kamar, ahhh membuat aku tambah panik saja.

Suara ketukan pintu itu sudah tidak ada lagi berarti bunda sudah kembali ke bawah dan menyiapkan sarapan, kuharap tidak akan terlambat.

Aku berlari keluar kamar dan memakai seragam kebanggaan anak SMA.

"eh bukannya apel di mulai 06.45? kok gue buru buru? sabodolah ya sama kak Angga" ucapku bermonolog sambil menyisir rambutku di depan cermin, bersenandung kecil lalu memoles bibirku dengan liptint, agar tidak terlihat pucat.

"nona amoa apakah saya harus menunggu anda dandan sampai nanti pukul dua belas siang?" suara itu mengejutkanku, aku memutar badan dan melihat sesosok pria bersedekap dada di ambang pintu kamarku yang terbuka. sejak kapan itu di buka? kenapa tidak menyadarinya?

"lah lu kok bisa di kamar gue ? awas di marahin bunda mampus" ejek ku pada kak Angga, lalu berjalan mengambil tas dan sepatu.

"menurut lo? kalau gue ga disuruh tante Mina naik buat nyeret lu, gue mau?" mulutnya ini ! ingin sekali ku kucir lalu ku potong hingga tidak punya bibir.

"iya iya udah jam 6.27 mau tetep debat apa berangkat? " aku berjalan melewatinya dan menuju ke ruang makan, kak Angga mengikutiku dengan wajah yang tenang, sebenarnya dia takut terlambat tidak?

"Moa ... Yaampun nak cepat cepat ! ini bekal sama minumnya, ini punya Angga juga cepet nanti terlambat sekolahnya" begitulah bundaku ,sangat khawatir pada anaknya dan tidak boleh membiarkan anaknya terlambat harus disiplin katanya.

"terimakasih tante" kulihat Angga menyalami tangan bunda.

"bunda, bukan tante" tekan bundaku, Kak Angga hanya mengangguk dan tersenyum, lalu bergegas  keluar, sebenarnya dia benar benar sudah terlambat karena ku, siapa suruh dia menunggu ku? setelah menyalami bunda akupun bergegas menuju garasi motor dan hendak menaiki kendaraan yang ada di garasi.

"gunanya apa gue nungguin lo dari tadi?" aku lihat ke depan dan mendapati dia sudah siap dengan motornya.

"ya gue mau naik motor sendirilah" kak Angga menghela nafasnya, melihatnya seperti itu aku menjadi sedikit kasihan alhasil ku standar kan motor dan meletakkan kuncinya di tempat semula lalu menaiki motornya yang tinggi itu.

"lo bisa ga besok pake matic aja, gue susah naiknya" ucapku saat sudah duduk manis di atas motornya. Padahal biasanya aku juga menaiki motor tinggi seperti ini, motor siapa lagi kalau bukan punya kakakku tercinta Bang Daniel. Sepertinya Angga tidak mendengarkanku, tiba tiba saja dia menancap gas motornya itu, sangat kencang sampai aku benar benar ketakutan sekarang, ku peluk erat pinggangnya dan memejamkan mata.

INI SEPERTI NAIK ROLLERCOASTER ! sangat mengerikann bagaimana jika jantungku langsung copot saat ini? apakah tidak bisa sedikit lebih pelan? jarak rumah ke sekolah juga cuma 15 menit kalau pakai kecepatan normal.

"lo gapapa?" aku masih tidak menghiraukan ucapannya dan masih terus memeluknya seperti tadi, demi apapun aku benar benar belum ingin mati sia sia.

"nona amoa alivina silahkan turun bisa?" aku pun membuka mata dan .. apakah ini parkiran sekolah?! astaga ! berapa banyak orang yang liatin aku tadi?

Akupun langsung turun dari motornya dan berlari ke arah kelas namun langkahku terhenti karena teriakan kak Angga.
"helm nya !" aishhh kenapa sial banget sih? mau tidak mau aku harus kembali ke parkiran dan meletakkan helm ini, Sial banget sih.

ANGGARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang