VENESIA • Part 47

2.5K 148 15
                                    

Playlist : Martin Garrix, Troye Sivan - There For You

Siena menyadari kalau Drake memiliki sederet tanggungjawab di Amerika, namun kali ini saja biarkan dia menjadi egois karena ingin pria itu fokus padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Siena menyadari kalau Drake memiliki sederet tanggungjawab di Amerika, namun kali ini saja biarkan dia menjadi egois karena ingin pria itu fokus padanya. Dia yang lebih membutuhkan Drake ketimbang kertas-kertas yang sering dibaca pria itu. Siena ingin Drake, nalurinya berkata jika hanya pria itu yang dapat membantunya. Hanya Drake yang tulus padanya. Drake bukan seperti pria lainnya, dia sudah mengetahui kalau Siena adalah anak dari seorang pelacur, namun Drake tetap menghormatinya. Meski Siena sudah menjauhi pria itu, Drake tetap mendekatinya seolah itu bukan apa-apa. Siena sudah banyak merepotkan pria itu. Sedikit rasa tidak enak mengerubungi hatinya, tetapi demi Yolanda, Siena harus mengemis pertolongan padanya.

Ia merebahkan tubuhnya di kasur dan memijit pelan keningnya. Begitu banyak masalah yang datang akhir-akhir ini, setelah terbebas dari Carlos Vergara, kini Siena harus menghadapi sang musuh dalam selimut, yakni Miguel.
_

Setelah membersihkan diri sepulang dari kantor, Drake melirik jam dinding yang menempel gagah pada dinding. Pukul 6 pagi, dan itu artinya dia melewatkan waktu tidurnya. Empat jam dari sekarang, dia akan pergi lagi ke kantor. Masih ada waktu untuk tidur sejenak, tetapi Drake memutuskan untuk tidak melakukannya, namun dia harus menelpon Siena lebih dulu.

Drake mengambil ponselnya dan berjalan menuju ruang kerjanya dalam Mansion yang berada di lantai dua.

Setelah sampai, Drake mendudukkan dirinya di sofa, sambil merebahkan diri. Jujur, rasa kantuk itu ada. Namun ditahannya demi Siena.

Ia mulai menelpon Siena. Benar saja, dering pertama, Siena langsung mengangkat teleponnya.

"Halo, Drake!" Suara gadis itu tercekat. Drake menyadari memang sesuatu telah terjadi padanya. "Astaga! Aku bersyukur kau menelpon balik. Aku tidak tahu harus kemana lagi saat kau mengabaikan teleponku. Aku tidak tahu harus menghubungi siapa lagi. Drake, aku membutuhkanmu." Kata gadis itu langsung pada intinya. Kelewat cepat. Siena tampak terengah-engah karena kepanikannya. 

Dahi Drake berkerut, "tarik nafasmu, Siena. Kau harus tenang." Katanya seperti memerintah.

Gadis itu melakukan perintahnya, berulang kali terdengar suara helaan nafas panjang dari sebrang sana.

Drake menjeda sejenak, setelah merasa kalau Siena sudah lebih baik, ia kembali berkata, "sudah lebih baikan?"

"Ya, aku baik-baik saja sekarang. Tapi bukan itu yang kumaksud--- aku tidak baik-baik saja. Aku...aku" Suara Siena putus-putus karena sangking paniknya. Drake bisa merasakan kekalutan gadis itu dari suaranya. Ia memilih diam ketika Siena kembali berkata.

"Aku sudah mengetahui segalanya." Siena menghela nafas lagi di ujungnya.

Drake mengangkat sebelah alisnya, apa yang sudah diketahui gadis itu? Drake menatap layar ponselnya dan beralih ke panggilan video. Tak lama, Siena menyetujui panggilannya dan kini dia dengan jelas melihat seberapa frustasinya gadis itu dari mimik wajahnya, kantung matanya melonggar, air bening mengalir dari matanya, dan rambut gadis itu diikat asal-asalan. Siena menatapnya penuh harap. Apa yang sudah dilalui gadis ini? Seberapa berat masalah yang menimpanya?

VENESIA - Carrington #3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang