Fall in to the trap

11.9K 949 54
                                    

Mata cokelat Ana melebar penuh. Wajahnya mendadak pias seakan tak ada aliran darah yang menjalar di bawah lapisan kulit. Terkesiap mendapati fakta yang baru saja diketahuinya. Kedua tangannya gemetaran hingga membuat nampan yang dipegang terlepas dan terhempas ke lantai. Cookies coklat yang dibawa pun berhamburan di sekitar kedua kakinya.

Gadis itu terpaku di depan ranjang besar dengan wajah pucat pasi. Tidak mempercayai apa yang matanya lihat.

Ana memalingkan wajah, menatap dengan bingung ke arah sekretaris Henry yang berdiri tak jauh darinya. Seakan meminta penjelasan lebih.

Seakan mengerti maksud Ana, sekretaris Henry langsung menganggukkan kepala.

Kembali Ana memfokuskan pandangan ke depan. Menelisik penampilan sosok yang di luar dari ekspektasinya. Berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Pikiran rasionalnya sama sekali tak dapat memahami keadaan di depan matanya saat ini.

Anak delapan tahun katanya?

Tapi apa yang ada di depannya saat ini justru sangat berbanding terbalik. Di atas ranjang besar lagi mewah di hadapannya itu terduduk seorang lelaki dewasa yang sudah berusia 28 tahun. Bertubuh kekar dan sehat tanpa terlihat satu kekurangan pun dalam dirinya. Otot-otot di bawah kulitnya bahkan terlihat menonjol dan mampu membuat perempuan manapun terkesima. Bahkan Ana sampai terperangah dan menelan ludah susah payah saat mengamati wajah lelaki itu yang mempunyai ketampanan yang luar biasa.

Ana bisa merasakan jantungnya berdebar sangat kencang. Tak tahu berdebar karena keterkejutan atau karena ketampanan lelaki itu yang seakan menghipnotis dirinya. Ia sampai mengutuki dirinya sendiri yang mematung selama beberapa saat hanya untuk mengagumi keindahan yang terpahat sempurna pada seluruh wajah lelaki itu.

Sementara laki-laki yang dipandanginya itu seolah mematung dan bergeming di posisi dengan mulut yang terbuka lebar. Sepertinya, ia sama syoknya dengan Ana.

Saat Ana memperoleh kesadarannya kembali, ia terus saja menggeleng tak percaya dan langsung berlari keluar kamar tanpa berbicara sepatah kata pun.

Sekretaris Henry bergegas mengejarnya.

"Nona Ana!"

"Nona Ana!"

"Berhenti Nona Ana!" teriak sekretaris Henry dengan begitu keras. Suaranya sampai menggema ke segala penjuru ruang. Tetapi Ana menulikan telinga, terus saja berlari meninggalkan sekretaris Henry jauh di belakang. Ia sangat merasa terhina dan tak menerima di tipu seperti itu.

Melihat tak ada jalan lain, mau tak mau akhirnya sekretaris Henry memerintahkan para pengawal untuk membawa gadis itu kembali ke hadapannya.

Ana yang baru saja menginjakkan kaki di lantai dasar langsung dikepung oleh beberapa pengawal berseragam serba hitam.

"A-apa yang kalian lakukan? Biarkan saya lewat!" Ana melebarkan mata menatap para pengawal itu bergantian.

"Maaf, Nona. Anda tak bisa ke mana-mana."

"Apa maksud kalian?" Kening Ana mengerut dalam. Napasnya tersengal-sengal menahan gejolak emosi. "Minggir!" teriak Ana dengan marah.

Bukannya menyingkir, pengawal itu malah semakin mendekat dan langsung meringkusnya. Memegangi tubuh Ana di kedua sisi dan mengangkatnya kembali menaiki anak tangga menuju ke tempat sekretaris Henry berada.

Walaupun kekuatan gadis bertubuh mungil itu tak sebanding dengan beberapa pengawal yang memeganginya, tapi Ana tak menyerah begitu saja. Terus mengerahkan tenaga melakukan perlawanan dan pemberontakan yang memang nampaknya sia-sia saja. Pengawal itu mampu membawanya kembali kehadapan sekretaris Henry.

The Psychopath LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang