Matahari pagi mengintip dari peraduan. Sepercik cahaya menembus di sela-sela panel jendela dan lubang-lubang ventilasi udara. Menarik kesadaran seorang gadis yang masih bergelung nyaman di atas ranjang yang empuk.
Ana mengernyitkan kening sesaat, hingga kemudian mengerjap beberapa kali merasakan silau terpaan sinar mentari itu. Matanya begitu terasa berat untuk terbuka, tapi kilas ingatan yang dialami semalam memaksa kesadarannya untuk pulih. Ana pun tersentak dari pembaringan. Terkesiap dan melentingkan tubuh terbangun dengan tergesa-gesa.
Pandangannya langsung mengedar mengamati sekitar, kemudian beralih memeriksa keadaan diri. Memeriksa keseluruhan tubuhnya secara seksama.
Semuanya tampak normal. Pakaiannya masih utuh dan tak ada hal yang mencurigakan pada tubuhnya. Selain itu ia terbangun di atas ranjang di kamar dengan buku-buku yang berserakan di sampingnya.
Apa yang terjadi?
Mengapa aku bisa kembali berada disini?
Bukankah semalam ....?Ana beringsut dengan cepat, bergegas keluar dari kamar dan memeriksa keadaan di luar sana. Mengecek dan memastikan kalau apa yang dialaminya semalam nyata adanya.
Langkahnya begitu terburu-buru menyusuri koridor yang seiingatnya semalam telah dilewatinya. Namun pupil matanya sontak melebar begitu mendapati keadaan sekitar tampak normal. Bahkan lampu-lampu taman klasik yang semalam dilihatnya pecah, hancur dan serpihannya berserakan dimana-mana juga tampak normal dan baik-baik saja. Tak ada sedikitpun tanda-tanda bekas kekacauan terjadi.
Kedua tangan Ana terangkat membekap mulutnya dengan mata yang masih membelalak heran. Tak percaya dengan apa yang dilihatnya, kembali ia mengayunkan langkah menuju taman yang berada di tengah bangunan. Berlari kecil menyusuri jejeran pilar-pilar tinggi dan kokoh bangunan berarsitektur klasik eropa tersebut. Tapi sepanjang ia berjalan menyusuri tempat itu, tak ada keanehan maupun kejanggalan yang ditemukannya.
Apa yang terjadi sebenarnya?
Jelas-jelas semalam semua yang ada disini sudah hancur tak bersisa.
Apa aku hanya bermimpi?
Tapi ciuman itu?
Lelaki itu?Ana mengusap frustasi wajahnya. Masih terekam jelas dalam ingatan bagaimana liarnya ciuman yang diterimanya dari seorang lelaki misterius semalam. Ana bahkan masih bisa mengingat aroma embusan napas lelaki yang menyerangnya itu. Begitu brutal dan bergairah. Mengisap dan mengeksplorasi setiap isi mulutnya hingga tak memberikannya ruang untuk sekedar menghirup oksigen. Membuatnya kehilangan kesadaran di tengah aktivitas lelaki itu mencumbunya.
"Suster Ana, apa yang Anda lakukan disini?" Suara bariton berat itu reflek membuat Ana berbalik dan memandangi lelaki tua dihadapannya. Menggunakan kemeja putih berompi yang dipadukan setelan blazer hitam dengan ujung bagian belakang lebih panjang daripada bagian depannya, seseorang yang dikenalkan oleh sekretaris Henry sebagai kepala pelayan mansion tersebut.
"Pa-paman ... Theo." Ana tergagap dengan wajah pias, "A-apa yang terjadi disini?"
Paman Theo mengernyit seraya memandangi penampilan Ana yang kusut.
"Se-semalam.... terjadi sesuatu disini, dan itu ... itu...." Menunjuk jejeran lampu klasik yang terpasang di pilar-pilar dinding beton. "Bukankah semalam lampu-lampu di sepanjang koridor ini sudah pecah? Apa mungkin anda sudah menggantinya di pagi-pagi buta?"
"Apa maksud anda Suster Ana?" tanya paman Theo seraya mengangkat kedua alisnya memandangi Ana keheranan.
Ana mengusap kasar wajah dengan kedua tangan. Raut kebingungan tampak jelas di wajahnya.
"Apa suster Ana baik-baik saja?" tanya lelaki tua itu lagi karena pandangan Ana yang terus bergerak-gerak tak tenang.
"Se-semalam saya keluar kamar karena mendengar ada keributan di sekitar sini. Saya jelas melihat semua lampu yang ada disini telah pecah. Dan juga ... dan juga ada seorang lelaki yang berkeliaran. Saya pikir lelaki itu yang telah membuat keributan dan memecahkan semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Psychopath Love
RomanceAnastasia Eleonore, Seorang pengasuh anak kebutuhan khusus yang menerima tawaran bekerja sebagai pengasuh dari Tuan Muda di kediaman keluarga De Lavigne yang merupakan bangsawan Perancis. Akan tetapi, Tuan muda yang diasuh tidak seperti apa yang An...