02

647 86 9
                                    

Vote coment ditunggu~

Happy reading 😘

Hari hari berlalu Tine mulai menerima berbagai macam gangguan dari orang orang yang tak dikenalnya. Dari gangguan yang masih ringan hingga gangguan yang berat sudah pernah dicicipi oleh Tine. Seperti beberapa hari yang lalu, ketika dirinya datang terlambat dan dengan sengaja pemuda bertubuh tinggi menabrak tubuhnya. Hal itu membuat dirinya langsung terjatuh ke lantai dan datanglah seorang gadis yang tak dikenalnya tiba tiba menumpahkan segelas jus buah keatas tubuhnya. Dan hal itu hanya awalan menuju satu hari penuh kemalangan.

Saat ini Tine sedang berjalan menuju kantin dengan keadaan yang sangat kacau, rambutnya basah karena tersiram segelas air mineral dingin, baju putihnya kotor karena tadi ada yang mendorongnya dari belakang, dan sepatunya tertutupi lumpur karena harus berjalan di atas lumpur untuk menghindari bola basket yang hampir mengenai dirinya.

Brak!

Tine tiba-tiba mengebrak meja Type dan teman temannya, hal itu tentunya mengejutkan mereka berempat yang ada di sana dan beberapa orang yang lewat juga ikut terkejut.

"Gue mau masuk kelompok kalian" ujar Tine dengan wajah yang sangat kusut.

"Tiba tiba banget?" Tanya Kao kembali melanjutkan makannya setelah melewati keterkejutan.

"Gue kira dia bisa tahan lebih lama" ujar Type sambil melanjutkan makan siangnya.

"Apa udah nyerah?" Tanya Third dengan nada mengejek.

"Keadaan lo sekarang membuktikan apa yang terjadi ke lo" ujar Arthit sambil melihat keadaan kacau Tine.

"Gue nggak peduli dengan respon kalian karena gue tiba-tiba datang dan minta gabung sama kalian yang jelas gue udah nggak tahan dengan semua gangguan dari mereka" ujar Tine lalu menarik kursi disebelah Arthit yang dianggapnya paling waras dari yang lain.

"Ya udah selamat datang" sambut empat pemuda manis.

"Serius gini doang penyambutan kalian?" Tanya Tine tak percaya.

"Nanti gue hubungin, soal rencana penyambutan lo" ujar Type sambil menyerahkan ponselnya untuk meminta nomor Tine.

"Gue bener bener nggak tahan sama gangguan mereka, tapi anehnya orang yang bentuk kayak gitu bisa lolos dari hukuman" ujar Tine sambil menumpukan kepalanya di atas meja kantin.

"Anak dari orang berada jelas bisa ngelakuin apa yang dia mau" balas Artiht lalu menyesap minuman merah muda nya.

"Maksud lo mereka orang berada? " Tanya Tine tak paham.

"Orang tua dia salah satu penyumbang dana terbesar di kampus ini jelas kampus mau tutupin apa yang udah dia buat" jawab Type.

"Terus kenapa dia nggak berani ganggu kalian?" Tanya Tine yang entah mengapa ia sangat penasaran.

"Kita nggak tau, semenjak kita masuk kelompok mereka nggak pernah berani ganggu kita" jawab Third yang sebenarnya.

Tanpa mereka sadari ada lima pemuda yang duduk dibelakang mereka dan mendengar semua yang mereka bicarakan.

"Jadi cowok itu baru gabung? Terus yang beberapa hari kemarin mereka ngapain?" Tanya Sarawat dengan suara amat kecil.

"Gue nggak tau, mungkin kemarin dia baru ditawari" jawab Khai dengan nada yang kecil pula.

"Ai'Arthit ayo marah marah sama Kao~" pinta Kao dengan suara yang dibuat manja. 5 pemuda yang dibelakang menjadi terkejut.

"Kao nggak ada sejarahnya orang minta dimarahin" balas Arthit dengan nada yang sangat lelah.

"Ada Arthit, nih gue mau dimarahin sama lo" ucap Kao yang masih dengan nada manjanya.

"Berarti otak lo udah geser Kao" balas Arthit.

"Arthit niat Kao tuh baik, dia cuman nggak pengen lo galau terus" bela Thrid atas usaha Kao.

"Gue nggak galau tuh" balas Arthit sambil menikmati minuman manisnya.

"Kalo lo nggak galau, kenapa lo nggak makan hah!" tanya Type tapi lebih terdengar seperti tuntutan.

"Gue nggak laper" jawab Arthit dengan mata yang teralih.

"Kan kan, ini pasti gara gara makhluk sialan itu kan" ujar Type sedangkan Arthit tidak membantah sama sekali. "Apa yang dia bilang ke lo? Jawab!" Tuntut Type. (Biar gue perjelas yang dimaksud Type itu Kongpop sedangkan yang Arthit tangkap itu hal lain oke)

"Dia nggak bilang apa-apa, bahkan gue nggak ngerti apa yang dia omongin" jawab Arthit. "Itu memang kebenarannya" lanjut Arthit saat melihat Kao ingin membalas.

"Jadi kenapa lo galau Arthit?" Tanya Third dengan nada selembut mungkin. Bukannya menjawab Arthit malah memanyunkan bibirnya.

"Jawab aja Phi" ujar Tine walaupun ia tak paham dengan apa yang mereka bahas tapi ia tak ingin ada masalah diantara mereka.

"Kemarin ada mobil pindahan di depan bangunan kondo gue..." ujar Arthit memulai sesi ceritanya, sedangkan 9 orang yang mendengarkan dengan cermat. (Hei kalian nggak lupa kan sama 5 pemuda tampan dibelakang mereka)

"Terus pas gue mau keluar bangunan kondo gue, gue ngliat......" jeda Arthit cukup lama membuat 9 orang itu penasaran.

"Ngeliat cewek cantik?" Tebak Kao.
"Ngeliat mobilnya bagus banget?" Tanya Tine.
"Ngeliat barangnya terlalu banyak?" Tebak Third.
"Ngeliat junior rese kemarin?" Tebak Type membuat Kao dan Arthit langsung menatapnya tajam.

"Bukan" jawab Arthit dengan nada kesal. "Gue ngeliat kucing lucu banget, tapi sebelum gue gendong kucingnya udah diambil orang terus dibawanya pergi pakai mobil" lanjut Arthit dengan wajah yang teramat sedih.

"Seharusnya gue nggak ngarep lebih" ujar Kao dan itu disetujui oleh yang lain.

"Arthit, kapan kapan gue ajak lo ke mall kita lihat-lihat komik baru oke?" tawar Type.

"Lo yang beliin?" Tanya Arthit dan mendapat anggukan dari Type. "Oke gue mau" jawab Arthit dengan penuh riang gembira.

"Ya udah gue mau ke kelas bye-bye" pamit Arthit dengan nada riang.

"Gue kira P'Arthit dingin orangnya ternyata nggak sama sekali" ujar Tine tak menyangka dengan sikap Arthit yang dilihatnya.

"Arthit dingin? Itu nggak mungkin. Sikap dia dingin ke junior itu gara-gara perintah dari P'Tum kalo bukan gara-gara itu gue yakin dia udah tebar senyum kemana mana" ujar Kao menjelaskan sikap Arthit.

"Kalo lo mikir kita semua kasar lo salah, yang kasar disini cuman Type mungkin ditambah sama lo sekarang" sambung Third sambil tersenyum ramah.

"Gue sebenarnya nggak kasar kok Phi, yang kemarin itu salah tuh senior yang nyuruh nyuruh gue dengan nada kasar karena gue nggak suka dikasarin gue kasari balik lah ya kali gue diem aja" balas Tine memberitahu kejadian kemarin. "P'Kao memangnya nggak kasar? " Tanya Tine maklumlah wajah wajah Kao menunjukkan betapa kasar sikapnya.

"Dia nggak kasar, tapi otaknya agak geser dikit mangkanya kalo dia ngomong pedes banget" jawab Third.

"Jadi mereka nggak kasar, tapi kenapa rumor bilang mereka kasar? "Tanya Khai setelah mendengar apa yang 4 pemuda manis bicarakan.

"Ayo kita cari tau" balas Pete karena ia juga penasaran.

TBC

Agak nyimpang sih, tapi ya udah lah

Uke Rasa Seme Rasa Uke Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang