Lab Love 2

113 13 1
                                        


SEJAK PENEMUAN SORE ITU, Ash kini punya kebiasaan baru, nongkrong di lab kapanpun ia punya waktu longgar. Meskipun itu berarti harus membiasakan diri dengan aroma khas lab anatomi. Tidak seburuk bau formalin, walau tidak sepenuhnya bebas aroma cairan pengawet juga.

Padahal satu minggu yang lalu, Ash sudah pasti akan memilih bertapa di studio tari dibandingkan di lab. Sebenarnya pilihan yang masuk akal karena bagaimanapun juga, dirinya penari, masa penari nongkrongnya bukan di studio? Kan aneh.

Apa sekarang nongkrong di lab anatomi masih terdengar aneh? Sejujurnya, iya. Paige tidak banyak berkomentar, tapi teman-teman yang lain mulai bersuara. Walaupun tidak berani berkomentar sinis di depannya, tapi Ash tahu apa yang mereka bicarakan di belakangnya. Ditambah lagi, dengan nongkrong di lab, Ash bisa sedikit menambah isi otaknya dengan materi anatomi.

Win win.

Peduli amat dengan komentar yang lain.

Hari ini pun sama, usai kelas menari Ash menunggu jemputan di lab. Kalau saja tadi tidak ada latihan tambahan, dirinya bisa pulang bersama Uncle Ben, tapi ternyata beliau ada rapat urusan lab, dan Asher sudah terlanjur pulang. Jadilah Ash harus menunggu Mom menjemput sambil membaca ulang materi otot paha yang tadi—sekarang pun masih sama—membuatnya nyaris membanting buku, saking sulitnya dimengerti. Kenapa, sih, nama-nama mereka susah diucapkan?

"Beef, steak, smell, great."

Ash terlonjak, kedua tangannya sontak mencengkeram dada ketika mendengar suara Luke dari belakang kursinya. Ash berbalik, makin kesal ketika melihat Luke hanya menoleh—dan memutar kedua bola matanya—lalu kembali melanjutkan mencuci gelas ukur.

Ash sendiri tidak mengira jika Luke memperhatikan gumam frustrasi melafalkan nama-nama otot paha belakang. Satu hal yang membuat Ash kagum adalah, bagaimana mungkin Uncle Ben menghapal semua nama-nama ini? Tapi beliau nggak mungkin juga bisa jadi guru tanpa menghapal, dan kini, sepertinya sedang dalam proses transfer ke otaknya Luke.

"Kau nggak pernah diajari mnemonic?" Pertanyaan Luke mau tidak mau memutus lamunan Ash.

"Beef, steak, smell, great, mnemonic untuk otot paha dari belakang ke dalam. Beef - biceps femoris, steak - semitendinosus, smell - semimembranosus, great - gracilis. Secara teknis gracilis bukan termasuk otot hamstrings - paha belakang, dia masuk di paha dalam," lanjut Luke.

Rahang Ash meluncur ke lantai. Luke menjelaskan semua nama-nama tersebut tanpa beban. Enteng sekali nama otot yang membuat lidahnya berulang kali keseleo keluar dari mulut cowok itu. Satu lagi yang sangat perlu digarisbawahi, Luke bicara sambil terus mencuci gelas ukur! Bukankah itu seperti meremehkan? Maksudnya, Ash mengeluarkan segala macam usaha untuk menghapal dan tidak berhasil, sedangkan, Luke... argh!

"Enteng sekali kau menyebutnya," Ash paham komentar yang ia lontarkan bukan komentar yang cerdas, tapi masa bodoh. "Kau pinjam otak Uncle Ben?"

"Kalau kau sering membaca, kau juga akan mudah mengucapkannya." Luke kembali memutar kedua bola matanya. Kini ia mulai mengelap gelas-gelas ukur yang baru ia cuci.

"Membaca dan melafalkan suatu kata adalah dua hal yang berbeda, terutama kalau bahasanya berasal dari planet lain." Ash membela diri.

Luke mendengus mendengar alasan Ash. "Kau itu sudah punya sumber belajar yang keren, masih juga ngeluh, dasar manja!"

"Heh!" Ash berdiri, kedua tangan nangkring di masing-masing pinggang. Siap untuk adu mulut. "Tahu apa kau tentangku?"

"Cukup tahu kalau kau keponakan dari guru terbaik yang pernah kukenal, dan kau bahkan nggak bisa menguasai materi pelajaran beliau dengan benar." Luke bicara tanpa menatap Ash, dia masih sibuk mengelap gelas ukur lalu menyimpannya di kabinet di bawah wastafel.

Lab Love [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang