"KAU NGGAK BILANG KALAU KERJA DI In-N-Out."
Ash mengekor Luke yang sedang merapikan lab setelah dipakai Charles mengajar. Gadis itu menawarkan diri untuk membantu, tapi baik Charles dan Luke melarang dengan alasan dirinya tidak paham apa yang harus dilakukan. Sepertinya bukan hanya Uncle Ben yang suka memperlakukannya seperti anak kecil, sekarang bahkan Charles juga. Oke, Charles memang lebih tua daripada Uncle Ben, tapi bukan berarti dia boleh ikut-ikutan Uncle Ben, kan? Ugh, menyebalkan!
"Ada alasan kenapa aku harus lapor bekerja di mana?" tanya Luke sambil menyemprot kadaver dengan cairan pengawet, sebelum ditutup dengan kain dan dibungkus plastik.
Ash membuka dan menutup mulutnya seperti ikan yang terdampar di daratan, tidak tahu harus bicara apa. Karena memang Luke benar, tidak ada alasan kenapa cowok itu harus melaporkan dia bekerja di mana.
"Nggak ada alasan khusus, sih," aku Ash.
"Then I don't think I should report to you about where I'm working, unless," Luke tidak menyelesaikan ucapannya, malah merapikan kursi di sekeliling meja—kali ini Ash berinisiatif membantu. Kalau hanya merapikan kursi, tidak mungkin tidak boleh, kan?
"Unless what?" tanya Ash.
"Kau malu mengenal seseorang yang kerja di sana."
"What?" jerit Ash. "Why should I?"
"Si kapten nampaknya nggak nyaman nggak bisa show off," Luke mengangkat bahu, tapi raut mukanya terlihat geli.
Ash tertawa. "He's trying too hard, he looks like a fool to me."
Mata Luke menyipit. "Terdengar seperti lirik lagu."
"Not exactly, but yeah, something like what Uncle Ben usually listens to," Ash nyengir.
"Mr. Hughes mendengarkan lagu pop?"
"Pop-punk, Avril Lavigne."
Luke menatap Ash lama, seperti ingin memastikan dirinya tidak salah dengar atau Ash yang berbohong.
"Surprise?" tanya Ash.
Luke mengangkat bahu. "A bit."
"Hey guys," sapa Charles sembari mengacak rambut Ash.
"Ih, kebiasaan!" sungut Ash sambil menepis tangan Charles.
Mengabaikan protes Ash, Charles memberikan sebuah buku pada Luke. "Ini buku yang kubilang waktu itu."
"Thanks—"
Sebelum Luke berhasil menerima bukunya, Ash ikut melongok, penasaran dengan buku di tangan Charles.
Sontak otak Ash kosong ketika Charles memperlihatkan buku apa yang sedang dipegang;
The Evolution of Human Head
Damn, Uncle Ben tidak bohong ketika mengatakan jika Luke tertarik dengan anatomi. Siapa yang mau membaca buku setebal itu? Yang jelas bukan Ash. Ia hanya akan membaca buku tebal jika itu adalah buku Pride and Prejudice. Ha!
Siapa yang bisa mengabaikan pesona Mr. Darcy? Bahkan seorang Elizabeth Bennett saja bisa jatuh hati. Apalagi seorang Ash?
"Kau mana paham bacaan begini," Charles terkekeh.
"Kau bilang akan menjadi resepsionis, kenapa mondar-mandir di sini?" Luke ikut-ikutan menggoda.
"Rasanya memang salah aku di sini. Kalian nikmatilah menjadi nerd." Ash berbalik keluar lab.
"Aw, come on, Ash," panggil Charles.
Ash hampir selesai mengerjakan esai sejarah ketika Charles kembali ke mejanya—konter resepsionis. Melihat Ash sibuk, Charles membuka komputernya sendiri. Untuk beberapa saat, keduanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lab Love [selesai]
Ficção AdolescenteAsh, Ashley Christine Hughes siswi tahun pertama di West Hills High School. Salah satu siswi populer, dan dikenal sebagai penari balet nomor satu di West Town. Bahkan sejak SD sudah digadang-gadang mendapatkan beasiswa The Julliard School. Sebagai s...