𝙖𝙘𝙝𝙩𝙨𝙩𝙚

7 5 5
                                    


"Dalam ilmu fisika, tekanan adalah besarnya gaya yang bekerja tiap satuan luas permukaan atau bidang tekanan. Fenomena tersebut timbul sebagai akibat dari gaya tekan yang bekerja pada benda per satuan luas permukaan dengan arah yang tegak lurus. Suatu tekanan akan sangat bergantung pada besarnya gaya."Jelas Damian panjang kali lebar menjelaskan bagian dari keluarga fisika tersebut.

" Jadi intisari dari pembelajaran tentang tekanan ini adalah'jangan banyak gaya jika tak ingin banyak tekanan' bergaya itu lebih baik sesuai isi dompet, " ujarnya dengan sebuah senyuman tipis tapi dengan nada yang menusuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Jadi intisari dari pembelajaran tentang tekanan ini adalah'jangan banyak gaya jika tak ingin banyak tekanan' bergaya itu lebih baik sesuai isi dompet, " ujarnya dengan sebuah senyuman tipis tapi dengan nada yang menusuk.

Pasalnya kelasnya ini sangat menjunjung tinggi penampilan tak peduli jika orang tua mereka itu dari golongan orang yang termasuk dari kurang mampu.

" Wow! Damian nih bos, senggol dong, " ucap Budi dengan semangatnya, soalnya apa yang dikatakan oleh Damian itu sangat relate banget sama jaman sekarang.

"Anjay si Dami,sekali ngomong nusuknya sampe ke empedu, " ucap siswa yang lain turut menyahuti si Budi.

Dan sekarang lihatlah wajah dari para kaum hawa yang sebagai penghuni kelas Damian, bukan salah satu melainkan hampir mayoritas dari mereka semua langsung berwajah masam kala mendengar apa yang diucapkan Damian barusan.

Setelah merasa apa yang perlu disampaikannya telah cukup, dia pun pamit undur diri dan kembali duduk di asalnya.

Tok! Tok! Tok!

Mendengar ada yang mengetuk pintu, Bu Via yang langsung menghampiri pintu dan membukanya, takut jika itu adalah sang kepala sekolah tapi ternyata itu adalah si berandal sekolah yang sekarang sedang memamerkan senyum ala pepsodent-nya kepada Bu Via.

"Gerald? Kamu ngapain kesini waktu masih jam pelajaran? Mau ngajakin komplotan kamu yang disini bolos juga? " tanya Bu Via bertubi-tubi yang bertitik pusat pada suudzon.

"Engga dong Bu,jangan suudzon mulu sama saya. Niat saya kesini baik kok, mau membantu menjelaskan tentang rumus usaha Bu, " tutur Gerald sebelum nyelonong masuk ke dalam kelas.

Gerald melambaikan tangan bak model yang lagi catwalk,"hai guys, to the point aja ya. Lagi sibuk soalnya, "kekehnya sebelum melanjutkan perkataannya. " jadi gini.... "Jedanya beberapa saat sambil tangannya dengan lincah menuliskan huruf per huruf yang akan menjadi pokok pembahasannya nanti.

"Dalam ilmu fisika itu di jelaskan bahwa, kalau lo pada mau hidup tentram , aman dan damai itu kudu ada perubahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dalam ilmu fisika itu di jelaskan bahwa, kalau lo pada mau hidup tentram , aman dan damai itu kudu ada perubahan. Jangan stuck sama diri lo yang sekarang, dan perubahan itu juga bukan berarti harus dengan gaya yang over. Yang namanya perubahan itu butuh usaha bukan cuma model bacod doang. "

Setelahnya Gerald pun langsung berpamitan kepada Bu Via yang masih menganga tak percaya pada apa yang baru saja Gerald sampaikan "dia beneran Gerald?si langganan ruang keramat yang tiap hari nggak pernah absen berkunjung," mungkin kira-kira seperti itu isi pikiran Bu Via, mungkin bukan Bu Via saja yang beranggapan seperti itu bahkan seluruh penghuni kelas .

Setelah pintu tertutup, dapat Gerald dengar bahwa terjadi keributan di dalam sana yang samar-samar dapat dia dengar.

"Woilah! Tumben si Gerald bisa bijak. "

"Damage-nya itu loh pas waktu njelasin. "

"Buset, aduh srepettt! Sabi kali ya gue bikin jadiin sw ntuh quote-nya si Gerald. "

"Woah,impressive! Fiks mulai sekarang gue join ke klub 'Gerald lover's'. "

Gerald terkekeh mendengar teriakan heboh dari mereka, "gue kira anak MIPA 1 kalem-kalem, ternyata cuma covernya doang aslinya mah sama aja kek kelas gua, "gumamnya pelan.

🏁🏁🏁🏁🏁🏁🏁

Dukh!

"Bangsat! Minggir lo heh! "

"Yang harusnya minggir itu lo anjirr! "

"Heh bulu babi! Awas lo, gua mau masuk, "

"Heh bulu anoa! Gue duluan yang nyampe sini, berarti gua duluan yang masuk! " Apa-apaan dia dengan seenak jidatnya mengganti nama yang sudah bapak ibunya berikan berganti menjadi 'bulu babi'.

Mereka berdua masih saja berdesakan di pintu masuk, bahkan sampai tak menyadari jika sang empu rumah sedang memperhatikan mereka di sofa.

Ck! Ck! Ck!

"Emang ya... fans fanatik Shella nggak ada yang waras, " batin Azlan sambil menatap kasihan kepada dua pemuda yang dari tadi ingin masuk tapi tidak ada yang mau mengalah.

"Bi! "

"Iya Den. "Bibi Sumi berlari tergopoh-gopoh menghampiri Azlan, " ada apa Den?"

"Itu, tolong bukain pintu sebelahnya dong, kasian mereka, " pintanya kepada Bi Sumi dengan nada kasihan yang dibuat-buat, sebenarnya biar saja mereka seperti itu mau sampai kapanpun, tapi masalahnya tuh! Si Shella lagi sakit, bisa berabe ntar kalau sampai denger suara mereka yang kek kaleng rombeng.

"Asiyap Den. " Setelahnya dia langsung berlari menghampiri pintu ruang tamu dan membuka yang sebelahnya.

Ceklek!

Bugh!

Dugh!

Bersamaan dengan dibukanya pintu tersebut, terdengar pula bunyi lainnya yang saling bersahutan, bukannya menolong mereka, Bi Sumi malah terlihat seperti sedang menahan tawanya.

Niatnya ingin menolong, tapi melihat tatapan Azlan yang seolah berkata 'biarkan saja Bi'. Dia pun mengurungkan niatnya, daripada kena semprot si Azlan mending nahan ketawa kan?

"Anjing! Jidat mulus gua.... " Gerald mengeluh sebab jidatnya malah mencium lantai dengan tidak aesthetic-nya.

"Hidung mancung gua, ntar kalau pesek gimana? " Damian sedih bukan main, pasalnya hidung mancung yang selama ini dia sayangi dan cintai sepenuh hati sekarang malah memerah dan nyut-nyutan akibat menabrak lantai dengan keras.

"LO BERDUA BRISIK BABI!MENDING PADA BALIK AJA SONO! "

"Gua nggak sudi ya nerima tamu kayak kalian, " nada suara Azlan menurun ketika dia teringat Shella yang sedang sakit diatas sana, takut mengganggu istirahatnya.

Setelah mendengar teriakan menggelegar dari seorang pemuda yang tak mereka kenali, Gerald dan Damian sontak berdiri dan menundukkan kepalanya, mereka kicep.

Mereka sedang peeang batin sekarang, kira-kira siapa pemuda itu. Dan dia siapanya Shella?

"Lo berdua mau cosplay jadi patung pancoran? " Cemooh Azlan.

Mendengar pertanyaan tersebut, mereka hanya bisa merespon dengan menggelengkan kepalanya.

"Trus? Lo pada mau ngapain kesini?"

"Ki-kita mau jenguk Shella Bang, " ungkap Damian dengan gugup. Sial, kok gue gugup gini sih!

Sebenarnya daritadi itu Azlan sekuat tenaga menahan tawanya, menurut Azlan tuh komuk mereka udah kayak anak TK yang takut dimarahin emaknya sebab ketahuan ngompol.

"Pffttt.... "

"HAHAHAHA.... " Cukup sudah, Azlan tak tahan lagi dan pada akhirnya dia pun menyemburkan tawanya.

Happy Reading...
Moga kalian nggak bosen sama cerita quuu...
Kalau bisa jangan lupa tinggalkan jejak yaaa....
Yang mau mutualan atau feedback juga boleh, DM aja😊

arshella [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang