𝙫𝙞𝙟𝙛𝙙𝙚

10 8 2
                                    

Makin dikunyah makin pahit....
Kirain apa
Eh ternyata REALITA
°°°°°

"Pagi yang cerah, secerah hatiku, " ujarnya sambil mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, hingga sebuah panggilan menyeruak masuk ke pendengarannya yang berhasil mengganggu ketenangannya di pagi hari ini.

"Kak! "

"Kak Ian! "

"Kak Damian!! "

"Yaelah kak, gue panggil dari tadi juga nyaut napa!?"

Damian pun menoleh ke sumber suara, melihatnya sejenak lalu melanjutkan langkahnya yang tertunda. Sang gadis pun tak ingin menyerah untuk memanggil sang empu meskipun yang dipanggil hanya acuh saja.

'Kuatkan dan tabahkan hamba-Mu ini yaAllah ' Batinnya sambil mengusap dada sabar.

Sedangkan Damian sendiri pun hanya menganggap panggilan dari Zahra sebagai angin lalu, hingga sebuah pekikan masuk menerobos ke gendang telinganya yang membuat ia mau tak mau harus menoleh kebelakang.

Terlihat Zahra sedang memegangi lututnya yang sedikit lecet akibat terjatuh tadi, tanpa sengaja Zahra melihat Damian menoleh kearahnya dengan tatapan dinginnya.

"Shella nunggu lo di perpustakaan!! "

Mendengar teriakan dari Zahra yang menyangkut pautkan nama Shella di dalamnya, tanpa sadar dia menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman tipis yang bahkan hanya orang yang memperhatikan secara detail saja yang dapat melihat bahwa sekarang seorang Damian Az-zahair sedang tersenyum.

"Cih! Giliran denger nama Shella aja dia langsung ngerespon, coba kalau pake nama gue pasti sampe lebaran kodok pun dia gak akan pernah mau senyum kek gitu," gerutu Zahra pelan, mana mungkin dia berani bicara keras tentang hal tersebut secara gamblang di depan Damian. Bukannya mendapat sebuah penghargaan, yang dia akan mendapat sebuah jitakan beserta tatapan maut dari sang Zahair.

"Lha! Kak Ian mana?! Kok gue ditinggal sih, bukannya ditolongin kek"

Teriakan Zahra tadi berhasil mengundang intensi tatapan semua murid yang sedang berlalu lalang di koridor, tak ingin rasa malunya bertambah ia pun langsung bangkit dan pergi menuju ke arah kelasnya.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Di malam yang sunyi ini seorang gadis sedang duduk melamun di balkon kamarnya sambil memandang bintang yang bertaburan menambah indahnya langit malam.

"Huufftt." Lalu tanpa sengaja pandangannya tertuju pada gitar yang berada di pojok kamarnya, dan senyumnya mengembang mengingat banyaknya kenangan yang ada pada gitar itu. Tidak! Itu bukan gitar miliknya. Melainkan milik abangnya yang kini sedang melanjutkan study-nya di London United Kingdom.

oo0oo

Malam ini mood Damian sedang dalam mode yang sangat bagus karena dia akan pergi ke rumah Shella. Bukan! Bukan untuk acara kencan atau nge-date malam minggu seperti remaja umumnya, melainkan untuk belajar persiapan olimpiade yang akan dilaksanakan 2 minggu lagi. Buktinya saja saat ini pemuda itu tersenyum sangat lebar sambil mengendarai Ferrarinya, dia singgah sebentar saat tak sengaja melihat penjual kaki lima yang berjualan seblak.

"Pak, seblak cekernya 1 ya Pak," ujarnya dengan senyum yang masih bertahan pada bibirnya yang membius seluruh pengunjung pedagang itu yang mayoritas cewek berteriak histeris melihat seorang Az-Zahair bisa tersenyum selebar itu. Bahkan tak jarang pula dari mereka ada yang memotretnya secara diam-diam, tapi Damian tetap acuh tak menghiraukan mereka sama sekali yang ada dipikirannya saat ini hanya ada Shella seorang.

"Ini den seblaknya, "

"Makasih Pak, kembaliannya buat Bapak aja. " Sambil menyodorkan uang berwarna merah.

"Makasih den, "

"Sama-sama Pak." Berjalan menuju kendaraannya yang terparkir tak jauh darinya.

oo0oo

Who do you think you are
Runnin' 'round leaving scars
Collecting your jar of hearts
Tearing love apart
You're gonna catch a cold
From the ice inside your soul
So don't come back for me

Tepat setelah Shella menyanyikan lirik terakhir dia mendengar pintu kamarnya di buka, dan benar saja seorang Damian sudah berdiri disana sambil membawa baki berisi seblak yang dibelinya tadi.

"Lo? Sejak kapan lo ada disini?" tanyanya dengan heran, pasalnya dia tak mengundang siapapun untuk berkunjung ke rumahnya.

" Btw, suara lo bagus banget tadi. Gak nyangka gue kalau lo pinter nyanyi sama main gitar, "

Mendengar pujian itu membuat Shella tersenyum, "thanks, tapi gua juga sebenarnya gak terlalu bisa main gitar. "

"Seriously? Lo yang udah se-jago itu aja bilang gak bisa main gitar, padahal permainan gitar gua sama lo bagusan elo. "

Shella hanya tersenyum dan mengangguk menanggapi ucapan Damian ,"ngapain lo masuk kamar gua? Udah gitu gak ngetuk pintu dulu lagi. "

"Gua tadi udah ngetuk pintu, cuma gak dapet respon dan berhubung kamar lo gak dikunci yaudah gua langsung masuk aja. Gua gak disuruh duduk dulu gitu? pegel nih kaki gua berdiri mulu. "

"Yaudah duduk aja dulu, gua mau naruh gitar dulu. "

Damian duduk di sofa balkon tepat disamping tempat yang diduduki Shella tadi dan menaruh baki yang dibawanya di meja.

"Eh, belajarnya ntar pake buku lo ya. Gua lupa enggak bawa buku soalnya, " ucap Damian sambil senyum pepsodent.

"Oke"

Hening

Selama proses belajar berjalan hanya ada keheningan yang meliputi mereka berdua. Sampai pada akhirnya Damian tak tahan dengan keheningan itu pun membuka suara saat melihat seblak yang dibelinya tadi mulai mendingin.

"Shell"

Shella hanya menoleh menanggapi panggilan tersebut.

"Itu gua tadi beliin seblak buat lo, jangan lupa dimakan takut ntar dingin kan gak enak"

Shella melirik mangkuk seblak yang berada didekatnya lalu menariknya sambil mengambil sendok dan meyuapkan kedalam mulutnya.

"Thanks Yan, lo mau engga? " tawarnya sambil mengangkat sendok yang berisi seblak ke arah Damian.

Sedangkan Damian melihat ragu pada sendok itu, tapi tak urung mulutnya membuka dan menerima suapan dari Shella, seketika darahnya berdesir dan jantungnya berdetak lebih cepat saat wajah Shella mendekat padanya.

"Eh, seblaknya terlalu panas ya? "

"Hah? Eng-enggak kok,kenapa emang? " Damian bertanya balik.

"Itu telinga lo merah, " sambil menunjuk telinga Damian yang masih setia memerah.

"Sial! Ngapain pake acara salting segala sih...arrrggghhh," batin Damian menjerit menahan malu setengah mampus karena sudah ketahuan salting di depan sang-crush.

Kalian bayangkan saja, saat kalian ketahuan sedang salting di depan crush, pasti rasanya itu seperti mau menenggelamkan diri di sungai Amazone. Malunya itu lhooo....

------++++-----

Jangan lupa buat vote and comment yawww...
Jangan jadi silent readers...
Ini my first story, jadi masih pemula bgt....
Yang mau krisar atau ada bagian yang kurang nyambung atau gimana gitu menurut kalian, langsung tandain aja ya...

arshella [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang