[04] Dijemput

4 0 0
                                    

Malam itu, suasana makan malam di rumah keluarga Grey dihiasi dengan cerita-cerita Sam tentang jalan-jalannya tadi bersama Zura mengelilingi Munich. Meja marmer bulat itu penuh dengan makanan. Tante Avantie membuat banyak sekali makanan. Asapnya yang mengepul membuat siapapun tidak tahan untuk tidak mencicipinya.

"Oh ya Zura, maaf karena kami belum sempat mengunjungi Renata di pernikahannya," kata Paman Paul disela-sela dentingan suara sendok dan garpu yang beradu.

"Tidak apa Paman, kami mengerti kok," jawab Zura. Paul, adalah dokter bedah yang memiliki jadwal yang sangat padat.

"Belakangan ini banyak sekali jadwal operasi jadi aku tidak bisa meninggalkan itu begitu saja. Kuharap Renata tidak kecewa," ucap pamannya itu. "Nanti titipkan hadiah pernikahan dari kami ya."

"Siap Paman, aku yakin Renata akan sangat senang sekali menerimanya," jawab Zura.

"Kau kapan mau menyusul Zura?" tanya Sam sambil mengunyah makanannya. Tante Avantie dan Paman Paul memandangi Sam dengan geram lalu beralih menatap Zura dengan was-was.

"Kurasa aku masih perlu mencari waktu yang tepat," ucap gadis itu setelah menelan makanannya. "Di pernikahanku kau harus datang Sam. Paman dan Tante juga."

Suasana pun kembali mencair, walaupun paman dan bibinya itu sempat tegang karena putrinya bersifat lancang.

"Oh ya, aku belum melihat Louis dari tadi pagi?" tanya Zura tiba-tiba teringat Louis.

"Dia masih bekerja jam segini," jawab Tante Avantie sambil memotong steaknya.

"Kau tau Zura, rumah sakit tempat Luois bekerja lebih sibuk dari McDonals," imbuh Paman Paul.

Kini Sam menambahkan. "Aku sudah bilang padamu Zura, dia tidak akan pulang."

"Siapa yang tidak akan pulang, adik bawel." Louis muncul dari balik punggung Sam, membuat seisi ruangan menertawakan Sam.

"Louis kenapa pulang?" ucap Sam setengah kaget.

"Loh, aku tidak pulang kau marahin, pulang juga dimarahi," kata Louis sambil berjalan mengitari meja. Sementara Sam mendumel, Louis menghampiri Zura.

"Very long time no see you, Doctor Louis," ucap Zura lalu memeluk Louis. Laki-laki jangkung itu lebih tua 2 tahun daripada Zura. Louis pun memanggil Zura dengan panggilan 'adik'.

"Adikku yang satu ini ternyata sudah besar," katanya setelah mereka saling melepaskan pelukan.

"Sam dari tadi mendumel tentangmu. Katanya Louis tidak pernah pulang," kata Zura sambil tertawa kecil melihat Sam yang menampakkan wajah geram pada kakaknya itu.

"Tidak terlalu," kata laki-laki itu sambil menarik kursi kosong disamping Zura. "hanya saja, adik bawelku itu memang terlalu sayang padaku. Sedetik saja tidak ada dirumah dia akan membicarakanku kemana-mana," sambung Louis sambil tertawa.

"Sudahlah Lou, jangan terus menggoda adikmu seperti itu," ucap paman Paul menengahi.

"Mami sudah buatkan steak kesukaanmu, Lou," kata Tante Avantie sambil menunjuk piring steak yang tersisa. Mereka semua pun melanjutkan makan malamnya.

"Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Paman Paul pada anak laki-lakinya itu.

"Cukup merepotkan hari ini. Pasienku yang sakit malah memberontak ingin pulang menemui kekasihnya," ucap Louis sambil mengunyah makanannya.

SeparuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang