First of all

1.3K 118 9
                                    


Hanessa menghela nafasnya panjang begitu mendapati sesosok pria yang masih memakai piyama tidur itu sudah sibuk dengan dapurnya.

"Good morning,"

Hanessa atau kita panggil Eca saja, perempuan itu hanya mengulas senyum tipis membalas ucapan selamat pagi untuknya tadi.

"Berangkat jam berapa hari ini?"

Eca tak menjawab, memilih abai seolah tak mendengar apapun.

"Boleh sarapan bareng?" tanyanya dengan nada penuh harap.

Eca menghela nafasnya, menoleh kearah pria yang kini sedang menunggu jawabannya dibalik meja pantry. "Maaf, aku berangkat sekarang."

Mazen hanya tersenyum, sudah jelas istrinya itu menolak lagi bukan?

"It's okey, maybe next time." katanya mencoba biasa saja.

Eca mengalihkan tatapannya, berusaha menghindar untuk bertatapan lama dengan Mazen.

"Tapi setidaknya bawa ini. Aku udah siapin buat nanti kamu sarapan di rumah sakit." ucap Mazen sambil menyerahkan kotak bekal untuk Eca.

Eca mengangguk, mengambil tas miliknya dan juga kotak bekal tadi lalu menyalami tangan Mazen. "Aku berangkat." pamitnya.

"Jangan lupa dimakan, kalau ada waktu senggang sempetin istirahat." peringat Mazen lembut.

"Hm."

Setelahnya hanya ada Mazen yang menatap sendu kearah pintu yang baru saja ditutup oleh sang istri.

"I love you Ca." gumamnya disusul kekehan yang terdengar begitu miris.

Dilain tempat, Eca baru saja memarkirkan mobilnya. Tapi saat mau turun, matanya terfokus pada kotak bekal di jok samping ketika akan mengambil tasnya.

Tatapannya datar, tak ada ekspresi apapun yang ditunjukkan untuk kotak bekal tak bersalah itu. Namun Eca tetap turun dengan membawa serta kotak bekalnya.

"Selamat pagi dok."

Eca tersenyum, "Pagi." balasnya ramah. Matanya mengedar mencari seseorang yang dicarinya.

"Hengki!!" serunya ketika yang dicarinya berhasil ditemukan. Dengan langkah riang Eca berlari kecil menghampiri seorang remaja dengan baju biru khas petugas kebersihan yang sedang mengepel lantai.

"Dokter Nessa? pagi dok."

"Hm pagi juga Hengki. Udah sarapan?" tanya Eca.

Yang dipanggil Hengki itu menggeleng, "Belum dokter."

Eca mengembangkan senyumnya, "Nih sarapan, jangan lupa habisin oke?" katanya menyodorkan kotak bekal tadi ke Hengki.

"Menunya apa hari ini bu dokter?" tanyanya membuat Eca tertawa.

"Cek aja deh nanti. Jangan lupa nanti kalo udah habis tempatnya anter ke ruangan saya kaya biasa oke? oh iya jangan dicuci dulu loh tempatnya."

Hengki mengangguk nurut, "Siap bu dokter."

"Yaudah kalo gitu saya duluan ya." pamitnya seraya berlalu menuju ruangannya sendiri.

Saat membuka pintu ruangannya, hal pertama yang Eca lihat adalah Ranja, dokter kandungan yang bekerja ditempat yang sama dengannya, sekaligus teman sedari masa sma nya.

"Balik sana, gue ada konsul bentar lagi." ucap Eca sedikit menggoyangkan bahu Ranja yang tertidur di sofa ruangannya.

"Plis Ca, jangan dulu."

"Mereka baik-baik aja Ja, gak ada yang harus lo khawatirin. Ibunya juga sehat kan, jangan terlalu khawatir Ja." Ujar Eca mulai mengecek jadwal prakteknya hari ini.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang